DKI Siapkan Polder untuk Percepat Pembuangan Air

Sumber:Kompas - 30 Oktober 2009
Kategori:Banjir di Jakarta

Jakarta, Kompas - Setelah mengeruk belasan kali dan memperbaiki saluran drainase mikro, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menyiapkan perbaikan dan pembangunan beberapa polder. Polder disiapkan guna mempercepat pembuangan genangan air banjir.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Budi Widiantoro, Kamis (29/10) di Jakarta Pusat, mengatakan, sistem polder dan pompa air dibangun agar air yang terjebak di dataran rendah dapat segera disedot dan dibuang ke laut. Sistem polder ini diperlukan karena 40 persen wilayah Jakarta berada di bawah permukaan air laut sehingga genangan tidak mudah kering jika hanya mengandalkan gravitasi.

Untuk membebaskan Jalan Thamrin dari banjir, dinas PU akan menyelesaikan pembangunan sistem pompa Cideng, rehabilitasi saluran drainase, dan peningkatan kapasitas tampungan panjang Kali Siantar. Seluruh proyek rehabilitasi itu menelan biaya Rp 92 miliar.

Selain itu akan dibangun polder Kampung Bandan dan polder Kapuk Poglar. Adapun sistem pompa di Duri, Koja, dan Tomang juga akan dibangun.

Waduk Halim dan Situ Babakan juga akan dibangun untuk menampung air hujan dan banjir kiriman. Untuk membangun polder, sistem pompa, waduk, dan situ, Pemprov DKI Jakarta dalam Rancangan APBD 2010 mengusulkan Rp 373,35 miliar.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, pembangunan polder, sistem pompa, dan perbaikan waduk dan situ merupakan bagian dari rencana induk penanganan banjir Jakarta. Air hujan dialirkan melalui saluran drainase mikro ke sungai.

Jika saluran drainase tidak sanggup menampung air hujan, sistem pompa diaktifkan untuk menyedot air ke kolam penampungan atau polder. Air di penampungan itu segera dipompakan lagi ke laut atau sungai utama agar dapat segera terbuang ke laut.

Selain polder dan sistem pompa, Pemprov DKI Jakarta juga memasukkan pembangunan tanggul tinggi di tepi laut dalam rencana induk penanganan banjir. Tanggul tinggi diperlukan untuk mengatasi banjir rob yang semakin tinggi akibat pemanasan global. (ECA)



Post Date : 30 Oktober 2009