Drainase Buruk

Sumber:Suara Pembaruan - 27 Desember 2007
Kategori:Drainase
Banjir yang menggenangi sejumlah wilayah Kota Bekasi beberapa pekan terakhir sangat mengganggu aktivitas masyarakat. Bahkan, bukan saat musim penghujan saja banjir terjadi. Banjir kiriman dari wilayah Bogor dan sekitarnya selalu merepotkan warga, terutama mereka yang bermukim di pinggiran Kali Bekasi.

Genangan air dan banjir di buffer city (kota penyangga) ibu kota negara ini terjadi karena semakin menyempitnya saluran air dari arah selatan ke arah utara. Terjadinya penggerusan dan terbawanya material saluran oleh aliran air sehingga terjadi pendangkalan yang mengakibatkan terjadinya penyempitan drainase.

Selain itu, pengembangan wilayah kota yang mengubah tata guna lahan mengakibatkan bertambahnya debit air di saluran. Luapan dan genangan terjadi karena pertambahan debit air itu tidak disertai dengan perencanaan ulang saluran drainase.

Kepala Bidang Perencanaan, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bekasi, Agus Sofian mengemukakan, berulangnya musibah banjir setiap musim penghujan disebabkan saluran primer dan sekunder mengalami kerusakan. Faktor lainnya adalah berkurangnya daerah-daerah resapan air. Bukan hanya Kali Bekasi yang menjadi momok. Saluran kali primer lainnya seperti Kali Cakung dan Kali Sunter dari Jakarta Utara, jika meluap akan berdampak pada pemukiman terutama yang berada di Kecamatan Pondok Gede dan Kecamatan Jati Waringin.

Menurut Agus, rata-rata saluran sekunder yang mengalir ke Kali Bekasi kurang baik sehingga air tidak mengalir dengan lancar. Selain karena letak geografis Kota Bekasi, yang berada di dataran rendah, datangnya air kiriman bertubi-tubi dari wilayah Bogor dan sekitarnya membuat Kali Bekasi tidak mampu menampung tumpahan air. "Saluran primer seperti Kali Bekasi yang merupakan kepanjangan dari Kali Cikeas, Bogor, Jawa Barat semakin menyempit. Hal itu yang menyebabkan bila hujan dan banjir kiriman datang, Kali Bekasi meluap karena tidak mampu lagi menampung debit air," kata dia.

Dari pantauan SP, saat ini, kondisi saluran air di Bekasi sudah berkurang fungsinya. Di Kali Bekasi sendiri di bagian-bagian tertentu sudah mengalami pendangkalan atau penyempitan. Penyebabnya, antara lain meningkatnya kegiatan masyarakat di sekitar kali dan pesatnya pembangunan perumahan di sepanjang pinggiran kali.

Aktivitas masyarakat di sekitar bantaran kali yang cenderung merusak ekosistem misalnya, banyak warga pendatang dari luar Bekasi yang mendirikan pemukiman berupa gubuk-gubuk liar di wilayah sempadan kali. Akibatnya, saluran air terganggu dan menimbulkan kekumuhan. "Maraknya pembangunan perumahan di sekitar Kali Bekasi membuat kondisi kali menyempit. Diperlukan biaya yang sangat besar untuk memperluas kali karena harus merelokasi pemukiman padat penduduk," jelas Agus.

Kasie Pembangunan Drainase, DPU Kota Bekasi, Effendy Arif mengakui, persoalan banjir di Kota Bekasi sulit dihentikan. "Butuh biaya besar untuk membangun drainase yang mampu menampung debit air yang begitu besar. Belum lagi, panjang Kali Bekasi hingga Kali CBL (Cikarang Bekasi Laut) mencapai 79 kilometer. Bila musim penghujan tiba, air cenderung tertahan dan lambat mengalir ke laut," jelasnya.

Menurutnya, saluran sekunder yang berada di pemukiman warga juga tidak berfungsi dengan baik, yang pada akhirnya air tertahan dan kemudian menggenangi sejumalah pemukiman. "Kita menghimbau warga supaya tidak membuang sampah ke kali. Warga harus menjaga kebersihan lingkungan agar bila hujan datang, air dapat mengalir dengan normal. Sampah yang teronggok di bantaran kali merupakan penyebab utama terjadinya banjir," papar dia.

Ia menambahkan, ke depan normalisasi saluran sekunder akan terus digalakkan untuk mengurangi dampak banjir yang lebih besar. Selain itu, pembuatan pintu air di setiap kali sekunder menuju kali primer sangat penting agar dampak banjir dapat diminimalisasi. Untuk Kali Bekasi, dibutuhkan sekitar 30 buah pintu air disertai pompa dengan kapasitas memadai.

Sampah Menumpuk

Di sisi lain, setiap musim hujan tiba, tumpukan sampah tak pernah luput dari aliran air di Kali Bekasi. Akibatnya, air meluap ke perumahan warga. Menurut petugas pemantau bendung Kali Bekasi, PT Jasa Tirta II Saluran Tarung Barat, Arsito, banyaknya sampah di Kali Bekasi membuat air lambat mengalir ke laut.

Ia menyebutkan, sampah-sampah itu menumpuk di tiang-tiang jembatan yang membentang di atas Kali Bekasi. Sampah rumah tangga, seperti sofa bekas, potongan ranting-ranting pohon, plastik, hingga kandang ayam memadati lali tersebut. "Bila hujan datang, kapasitas sampah meningkat tajam di Kali Bekasi. Itu yang membuat aliran air menjadi lambat. Akhirnya, kali meluap dan menggenangi pemukiman warga," ujar Arsito. Ia menyebutkan, jumlah sampah yang diangkut dari Pintu Bendungan Kali Bekasi mencapai 50 kubik setiap hari bila hujan tiba. Padahal, hari biasa, hanya sekitar tiga kubik per hari. [Hotman Siregar]



Post Date : 27 Desember 2007