Drainase di DKI Buruk, Genangan Masih Terjadi

Sumber:Kompas - 04 Oktober 2011
Kategori:Drainase

jakarta, Kompas - Antisipasi banjir yang kemungkinan terjadi pada musim hujan kali ini terkendala buruknya drainase. Di Jakarta, hingga awal Oktober ini, proyek perbaikan drainase belum mencapai tahap penyelesaian. Bahkan, di Depok keberadaan drainase di jalan dan perumahan minim.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan perbaikan seluruh sistem drainase terselesaikan pada 2012. Sepanjang tahun 2011 dilakukan perbaikan drainase, antara lain pembuatan saluran menyilang, seperti di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Selain drainase menyilang yang akan mempercepat aliran air ke saluran utama sebelum menuju laut, dilakukan juga peremajaan sistem saluran di tingkat permukiman hingga tepi jalan raya. Ukuran saluran air dibuat seragam, yaitu 3 x 4 meter. Ukuran yang cukup besar itu memudahkan petugas masuk ke dalam saluran untuk pembersihan dan perawatan rutin.

Namun, belum terselesaikannya program perbaikan drainase menyebabkan genangan air tetap muncul. Saat hujan deras mengguyur pada Jumat (16/9), misalnya, genangan air tercipta di Kemang dan Fatmawati di Jakarta Selatan serta di sebagian Cipinang dan Jatinegara di Jakarta Timur.

Di Depok, lokasi banjir selama lima tahun terakhir tidak berubah. Hampir seluruh lokasi banjir berada di area permukiman dan jalanan utama. Ada kecenderungan area basah itu bertambah karena minimnya sarana drainase di jalan raya.

Lokasi genangan air dan banjir di Depok paling banyak berada di wilayah tengah dan timur yang dalam lima tahun terakhir tumbuh menjadi permukiman padat. Meskipun Pemerintah Kota Depok berupaya mengurangi lokasi banjir, kawasan yang tergenang belum berubah.

”Untuk mengurangi genangan di kawasan permukiman, kami mulai membagikan alat pembuat lubang biopori. Mudah-mudahan pembuatan lubang ini dapat dilaksanakan serentak di Kota Depok,” tutur Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok Yayan Ariatna.

Bertambah


Seiring dengan upaya untuk mengurangi titik banjir, di beberapa kawasan justru bertambah jumlah genangan airnya. Di Jalan Raya Margonda, misalnya, lima tahun lalu terdapat dua titik genangan air saat musim hujan. Tahun ini bertambah menjadi tiga titik, yaitu di depan Terminal Depok, di depan Optik Melawai, dan di sekitar simpang Jalan Juanda dengan Jalan Margonda.

”Pengerjaan saluran air di Jalan Margonda kini masih dalam proses lelang ulang,” kata Yayan.

Sesuai data Pemkot Depok, tahun ini ada 26 titik banjir di seluruh wilayah. Targetnya, Pemkot Depok dapat mengurangi dua titik banjir per tahun. Minimnya kemampuan mengurangi titik banjir tersebut disebabkan terbatasnya anggaran.

Ada 32 titik genangan

Di Tangerang Selatan, menurut Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Pemerintah Kota Tangerang Selatan Dendy Pryandana, yang didampingi Kepala Humas dan Protokol Pemkot Tangsel Aplahunnajat, setidaknya terdapat 32 daerah genangan air dan banjir.

Hal ini disebabkan karakteristik wilayah relatif landai cenderung datar, di mana beberapa lokasi terdapat daerah cekungan sehingga terdapat banyak titik genangan air. Curah hujan dari daerah hulu, yakni Depok dan Bogor, sangat memengaruhi hidrologi wilayah kota tersebut

Fungsi parkir air, seperti situ dan rawa, juga makin berkurang disertai peningkatan debit aliran air buangan, baik dari dalam maupun luar wilayah kota ini. Sementara itu, kapasitas tampungan sungai, seperti Kali Angke, tidak memadai.

Di sisi lain, sistem jaringan drainase pembuang yang masih memanfaatkan jaringan irigasi menyebabkan pola aliran drainase tidak berfungsi optimal.

Dalam upaya mengantisipasi terjadinya banjir, Pemerintah Kota Tangerang Selatan hingga tahun ini melakukan rehabilitasi dan normalisasi sungai dan saluran pembuang. Upaya tersebut dilakukan melalui program jangka pendek, menengah, dan panjang. (NEL/NDY/PIN)



Post Date : 04 Oktober 2011