Drainase Tersumbat, Cirebon Banjir

Sumber:Kompas - 24 November 2009
Kategori:Drainase

Cirebon, Kompas - Ketika hujan deras terjadi, banjir di sejumlah titik mengepung Kota Cirebon. Penyebabnya adalah penyempitan drainase yang diperparah dengan tersumbatnya saluran air tersebut oleh timbunan sampah dan lumpur.

Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kota Cirebon Nasrun Mansyur, Senin (23/11), mengatakan, 30 persen drainase di Kota Cirebon butuh perbaikan. Saluran-saluran air itu tidak rusak, tetapi kebanyakan tersumbat sampah dan lumpur sehingga kapasitas daya tampung airnya berkurang. Padahal, saat hujan dibutuhkan drainase dengan kapasitas yang besar untuk menampung air hujan.

"Karena drainase tersumbat sampah, akhirnya air terlimpas ke jalan. Sampah berasal dari masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan ke saluran air. Tanah dan lumpur berasal dari jalan yang juga dibuang ke selokan," ujar Nasrun.

Hampir semua lokasi banjir di Kota Cirebon bukan di pusat kota. Sebab, wilayah pusat kota, yaitu dari daerah Siliwangi, Karanggetas, sampai Pulasaren, menggunakan sistem drainase tertutup dan pembuangan air ke laut menggunakan pompa penyedot. Sisanya masih menggunakan sistem drainase terbuka. Maka, ketika intensitas hujan tinggi dan saluran air tak mampu menampung, air melimpah ke jalan.

Menurut Kepala Bidang Fisik dan Lingkungan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Cirebon Yoyon Indrayana, terdapat delapan titik di Kota Cirebon yang rawan tergenang saat hujan deras. Penyebabnya, luas penampang drainase yang menyempit dan kecilnya kapasitas drainase sehingga tidak mampu menampung debit run-off air hujan. Penyebab lain adalah banjir kiriman dari Kabupaten Cirebon.

Lima titik rawan tergenang karena sempitnya drainase adalah Kompleks Perumnas Burung dan Gunung, Jalan Pemuda sekitar Kali Cimanggu, Jalan Dr Cipto Mangunkusumo (dari Kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Cirebon sampai SMA Negeri 2 Kota Cirebon), dan daerah Kampung Sukasari (belakang Hotel Kharisma). Sangat sedikitnya daerah resapan air di permukiman padat mengakibatkan air hujan tidak terserap ke dalam tanah dan terbuang ke drainase. Air pasang

Banjir dan genangan air yang menjadi masalah langganan di Kota Cirebon disebabkan selisih tinggi rata-rata permukaan tanah dengan permukaan air laut hanya 5 meter. Akibatnya, saat terjadi rob, air laut masuk ke sungai sehingga tinggi muka air sungai meningkat. Pada saat bersamaan, debit air sungai yang menampung hujan dan run-off juga bertambah. Posisi drainase di permukiman yang lebih rendah dan daya tampung yang menyusut mengakibatkan air tidak bisa masuk ke sungai yang kemudian meluber ke jalan.

Banjir akibat air pasang (rob) dan tingginya debit air di sungai, kata Kasno, Kepala Seksi Operasional dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, hampir setiap tahun terjadi di hilir Sungai Kesunean. Meski demikian, tiga hilir sungai lainnya, yaitu Kalijaga, Sukalila, dan Kedungpane, juga tidak bebas banjir. Sebab, banyak tanaman tahunan dan sampah tertimbun di bantaran sungai-sungai tersebut yang mengakibatkan daya tampung sungai menyusut.

Untuk mencegah banjir, kata Nasrun, Pemerintah Kota Cirebon tahun ini sedang memperbaiki drainase di sepanjang Jalan Dr Cipto Mangunkusumo, menormalisasikan Sungai Cikalong, dan membuat tanggul di daerah Kalitanjung. Tahun depan, rencananya drainase di sekitar Perumnas Gunung akan dibangun, dan normalisasi Sungai Lunyu yang juga melintasi perumnas itu dilakukan. (THT)



Post Date : 24 November 2009