Gang yang Mengurangi Beban Sampah

Sumber:Media Indonesia - 13 November 2009
Kategori:Sampah Jakarta

GANG Bhinekka di Kedoya Utara, Jakarta Barat, tak jauh berbeda dengan gang lainnya. Lebarnya tak lebih dari 2 meter. Namun, begitu kita melangkah ke dalam, suasana hijau yang segar dan menyejukkan tampak di setiap sudut lingkungan Gang Bhinekka. Terbatasnya lahan tidak menjadi alasan untuk tidak menyulap kawasan ini menjadi hijau asri.

Tanaman hijau dalam pot plastik tergantung rapi menggunakan bambu-bambu yang disusun di atas gang, melindungi setiap pejalan kaki dari teriknya matahari. Pot-pot plastik tanaman hias itu juga terlihat hampir di setiap penjuru. Mulai dari halaman depan rumah, di tepian gang, tergantung di dinding, di tembok-tembok rumah, hingga di atas atap rumah. Sangat berbeda dengan kebanyakan gang sempit di Jakarta yang kumuh dan gersang.

Di gang ini juga hampir tidak ditemukan sampah yang terserak. Penduduk Gang Bhinekka rupanya telah menerapkan manajemen pengelolaan sampah sederhana. "Kami berusaha mengurangi sampah semaksimal mungkin," ujar Luspiati, 40, warga RT 07.

Menurut istri ketua RT ini, sampah rumah tangga warga dipilah menjadi dua, yaitu sampah basah dan sampah kering. Sampah kering yang masih bisa dimanfaatkan dikumpulkan di bank sampah untuk dijual ke pengumpul langganan mereka, atau dimanfaatkan menjadi berbagai produk daur ulang.

Berbagai macam produk daur ulang sampah telah dihasilkan oleh warga. Ada tas dan dompet plastik dari limbah bekas detergen atau pewangi pakaian. Lalu mereka juga membuat taplak meja dari sampah sedotan plastik. Pot bunga pun dibuat dari bekas kemasan gelas air mineral. "Saya sudah seperti pemulung saja, mengumpulkan sampah-sampah untuk dijadikan taplak seperti ini," seloroh Sumarni, 55, salah seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam kegiatan PKK.

Bukan hanya sampah kering yang masih bisa digunakan. "Sampah organik bekas sayuran atau kupasan buah kami kumpulkan dalam tong untuk dijadikan kompos," ujar kader lingkungan Gang Bhinekka yang akrab disapa Ibu Hendarto. Sampah mereka jadikan sebagai teman. "Sampah pasti selalu ada, karena itu kami mencari cara untuk memanfaatkannya." Warga juga menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Di setiap sudut gang yang agak lebar terlihat ember berisi air untuk mencuci tangan. "Anak-anak yang sedang bermain dapat mencuci tangannya apabila akan memakan penganan atau jajanan," katanya.

Membentuk paradigma peduli lingkungan kepada warga bukanlah perkara mudah. Waktu yang dibutuhkan tentu tidak sebentar. "Kuncinya adalah sabar, gigih, dan tidak pantang menyerah memberikan pengertian dan penyuluhan kepada warga," tutur Ibu Hendarto.

Gang Bhinekka yang tadinya kumuh dan kerap menjadi langganan banjir kini asri dan tak lagi menjadi korban luapan air. "Setiap turun hujan deras, genangan air surut dengan cepat karena setiap rumah kini telah dilengkapi lubang biopori."

Gang Bhinekka pun menjadi langganan juara berbagai perlombaan K3 maupun perlombaan kampung sehat. (Jui/J-3)



Post Date : 13 November 2009