Hidup Enggan Mati pun Tak Mau

Sumber:Suara Merdeka - 14 Mei 2005
Kategori:Air Minum
IBARAT hidup segan mati pun tak mau, jika menelusuri kondisi PDAM Blora saat ini. Betapa tidak, dengan lilitan utang yang menggunung, kerugian yang mencapai miliaran rupiah setiap tahunnya masih ditambah dengan sulitnya untuk memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggannya, sampai saat ini perusahaan milik Pemkab Blora itu masih berusaha untuk bertahan.

Dengan kondisi itu, praktis jika ada pertanyaan konstribusi apa yang diberikan kepada Pemkab selama ini, jawabannya belum ada. Bagaimana mau memberikan konstribusi riil berbentuk uang misalnya, sementara setiap bulannya selalu mengalami kerugian?

Hanya, Direktur Tehnik, Iskandar masih berharap agar banyak pihak memaklumi tentang keberadan PDAM sampai saat ini. Yang baru bisa diberikan dan akan terus diupayakan adalah kesejahteraan masyarakat dalam konteks mendapatkan air bersih.

Plt Dirut PDAM Blora, Riyanto, sama sekali tidak menampik saat Suara Merdeka mengajukan pertanyaan bahwa pelayanan PDAM terhadap para pelanggan sampai saat ini masih jelek. "Ya, memang hal itu kami akui. Permasalahan utama adalah keminiman air baku, terutama pada musim kemarau. Kalau memang air baku tidak ada, lantas apa yang mau kami jual?" tanyanya.

Menurutnya, jika memasuki musim kemarau, praktis air baku yang selama ini menjadi andalan PDAM yakni di Ngampel dan di Waduk Tempuran akan habis. Sementara yang masih lancar hanyalah air baku yang ada di Kajar, dengan debit air sekitar lima liter/detik. Beberapa upaya telah dilakukan, namun sampai saat ini pihaknya belum berhasil menemukan sumber air yang mumpuni untuk mencukupi kebutuhan air para pelanggannya.

Naikkan Tarif

Disinggung tentang rencana PDAM akan menaikkan tarif air ke pelanggan dengan kondisi masih jeleknya pelayanan, baik Riyanto maupun Iskandar berharap para pelanggan bisa memaklumi. "Itu memang kendala kami, dalam konteks rencana kami menaikkan tarif yang semula Rp 700/m3 menjadi Rp 1.000, sudah tentu akan muncul pertanyaan bagaimana dengan pelayanan kami."

Meski demikian, Riyanto bertekad bakal melakukan sosialisasi kepada para pelanggan akan rencana kenaikan tarif tersebut. Dia mengatakan, sampai saat ini tarif air di Blora yang Rp 700/meter kubik, masih terendah dibandingkan dengan tarif air di beberapa kabupaten tetangga.

Dia menegaskan, tidak ada jalan lain bagi PDAM Blora untuk tidak menaikkan tarif dalam konteks memperbaiki kondisi PDAM. Dengan tarif baru nantinya, Rp 1.000/m3 air, tetap saja PDAM masih mengalami kerugian setiap bulannya.

"Kalau ditanya rugi tetap saja nantinya setiap bulan kami masih rugi. Paling-paling dengan tarif baru itu baru bisa mengurangi angka kerugian tiap bulannya." (Urip Daryanto-15s)

Post Date : 14 Mei 2005