Hujan Deras, Banjir, Macet Berjam-jam

Sumber:Indo Pos - 13 Juli 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
SURABAYA - Hujan deras yang turun selama tiga jam sejak pukul 05.00 kemarin membuat beberapa ruas jalan di kota ini nyaris lumpuh total. Pasalnya, jalan-jalan itu tergenang air bercampur sampah dan lumpur yang meninggalkan bau busuk. Kemacetan lalu lintas pun mewarnai wajah Surabaya.

Berdasarkan pantauan Jawa Pos, ruas jalan di kawasan Surabaya Selatan paling banyak digenangi air. Seperti kawasan Wonokromo, Jl Musi, Jl Petemon, Jl Ciliwung, Jl Setail, Jl Kartini, Jl Teuku Umar, dan Jl Mayjen Sungkono. Jalan-jalan itu memang sudah terkenal langganan banjir.

Di Wonokromo, buliran air hujan bercampur lumpur menggenang setinggi trotoar. Kondisi ini diperparah dengan luapan air selokan yang selama ini mampet. Alhasil, air kotor bercampur bau tak sedap menjadi pemandangan pengguna jalan menjelang siang hari.

Sementara di Jl Mayjen Sungkono, Jl Ciliwung , Jl Setail, dan Musi seharian kemarin mirip kolam renang. Genangan air hujan nyaris menenggelamkan sepeda motor dan mobil. Tak ayal, kendaraan yang kebetulan melintas di tiga ruas jalan itu macet karena mesin dan knalpotnya kemasukan air.

Pemandangan serupa juga tampak di sekitar Jl Kartini, Jl Petemon, serta Jl Teuku Umar. Genangan air di tiga jalan itu membuat lalu lintas menjadi lumpuh selama hampir lima jam. Penyebabnya, kendaraan yang melintas tidak bisa melanjutkan perjalanan karena kemasukan air hujan.

Banjir juga melanda kawasan Ketintang. Menurut sejumlah warga, banjir sudah menjadi makanan rutin setiap musim penghujan. Mereka mengaku jengkel karena belum ada langkah konkret dari pemkot. Saking jengkelnya, sejumlah warga Jetis VI Ketintang memotret banjir itu dan melaporkannya kepada wartawan yang ngepos di pemkot.

"Kawasan Ketintang selalu dilanda banjir dan jalan rusak, tapi sampai sekarang belum ada tindakan dari pemkot," ujar Sofyan, warga Jetis VI Ketintang yang memotret banjir di daerahnya.

Beberapa ruas jalan di Surabaya Timur juga lumpuh karena banjir. Yang paling parah, sepanjang Jl Kertajaya, Jl Manyar Kertoarjo hingga Jl Dharmahusada. Luapan air mencapai ketinggian sekitar 30 hingga 50 centimeter.

Polisi pun dibuat sibuk melancarkan arus lalu lintas. Mulai mengatur pengguna jalan hingga menepikan kendaraan yang mogok. "Yang pasti, sejak pagi hingga siang kemarin menjadi hari paling sibuk bagi kami," ujar Kasatlantas Polresta Surabaya Timur AKP Suwardjo.

Di bagian lain, Kepala Seksi Data dan Informasi BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) Juanda Endro Tjahjono menyatakan bahwa fenomena cuaca yang terus hujan di musim kemarau ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, dari pantauan data satelit diketahui adanya kenaikan suhu permukaan laut di Samudera Hindia. Tepatnya di Barat Sumatera. Saat ini, rata-rata suhunya mencapai 30 derajat celcius, dari rata-rata normal 27 derajat. "Ini menyebabkan naiknya banyak uap air yang kemudian berkumpul menjadi awan hujan," tuturnya.

Kenaikan suhu permukaan laut ini merupakan imbas dari koordinat posisi matahari yang berada pada 23,5 derajat Lintang Utara pada 21 Juni lalu. "Karena koordinat tersebut terletak persis di garis khatulistiwa. Saat itu, permukaan laut seperti dipanggang oleh matahari, yang terletak persis di atasnya," lanjutnya lagi.

Sebab kedua adalah adanya palung tekanan rendah yang bergerak melintasi Jawa Timur. Palung ini terus bergerak karena tertarik oleh pertemuan massa udara di bagian Barat Daya Australia. "Palung ini menarik awan-awan hujan yang bergerak di dekatnya. Akibatnya, daerah sekitar palung pun sering turun hujan. Kombinasi banyak awan hujan yang terbentuk di Sumatra, yang kemudian tertarik oleh palung bertekanan rendah inilah yang kemudian mengakibatkan sering turun hujan," urainya, panjang lebar.

Endro juga menyatakan agar masyarakat tak perlu khawatir. "Ini merupakan fenonema alam biasa, dan bukan merupakan hal yang mengkhawatirkan. Dalam 2-3 hari ini cuaca akan kembali normal seperti biasanya," pungkasnya.

Sementara itu, hujan kemarin membuat Kepala Dinas Penanggulangan dan Pengendalian (DPP) Banjir Ir Kusnowihardjo, pontang-panting. Dia mengaku berkeliling memantau seluruh rumah pompa sejak subuh. "Dari hasil pantauan, semua rumah pompa sudah berfungsi maksimal," katanya. Lantas, mengapa masih terjadi banjir? Menurut Kusno, tingginya genangan air disebabkan tumpukan sampah yang menggenangi saluran. "Pagi ini saya sudah mengerahkan puluhan orang untuk membersihkan sampah yang menyumbat saluran," ujarnya. "Sekalipun semua rumah pompa berfungsi, tapi kalau sampah menyumbat saluran, laju air tidak akan lancar," katanya.

Selain itu, Kusno menyatakan bahwa banjir kemarin disebabkan air laut pasang. "Data dari BMG Maritim menyatakan bahwa air laut baru pasang sekitar pukul 11.00. Faktanya, sejak pukul 06.00 sudah terjadi pasang. Ini menghambat aliran pembuangan air ke laut," tutur mantan Kadis Kebersihan ini. (fid/ano/oni)

Post Date : 13 Juli 2005