Hujan Turun, Banjir Pun Masih Mengancam

Sumber:Kompas - 07 Juli 2010
Kategori:Banjir di Jakarta

Jakarta, Kompas - Setiap kali turun hujan deras, sebagian warga Jakarta langsung waswas. Pasalnya, air hujan langsung memenuhi drainase dan air meluber hingga jalanan. Tertundanya rencana pengerukan 13 sungai utama membuat banjir besar tetap akan menghantui warga Jakarta.

Kewaspadaan warga harus ditingkatkan karena perubahan iklim telah membuat 12 kawasan di Jakarta dan sekitaranya mengalami peningkatan curah hujan menjadi lebat dan sangat lebat.

”Meskipun Kanal Banjir Timur sudah dioperasikan, risiko banjir di Jakarta tetap harus diwaspadai karena banyak prasarana penanggulangan banjir yang belum siap digunakan,” kata anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, M Sanusi, Selasa (6/7) di Jakarta Pusat.

Dari ramalan cuaca yang dirilis di situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, peluang hujan ringan hingga sedang di wilayah Jakarta masih terbuka hingga 12 Juli mendatang. Hujan berpeluang terjadi terutama pada sore hingga malam hari.

Di Bogor, hujan ringan hingga sedang pada sore hingga malam hari juga masih berpeluang terjadi hingga tanggal 8 Juli mendatang. Mulai tanggal 9 hingga 12 Juli, peluang hujan ringan hingga sedang terjadi di Bogor bagian selatan.

Hujan ringan berpeluang terjadi di Tangerang, Bekasi, dan Depok hingga tanggal 12 Juli. Hujan umumnya terjadi pada sore hingga malam hari.

Selain banjir besar, genangan pada saat dan seusai turun hujan deras juga masih menjadi permasalahan di Jakarta. Penanganan genangan di badan jalan juga harus diprioritaskan karena menimbulkan kemacetan lalu lintas yang parah pada pagi dan sore hari.

Daya serap

Pengamat perkotaan Yayat Supriatna mengatakan, ancaman banjir masih cukup besar karena daya serap tanah terhadap air hujan di Jakarta semakin kecil. Semakin banyak lahan terbuka yang ditutup bangunan membuat air yang terserap makin sedikit dan air memusat di saluran drainase.

Padahal, banyak drainase yang kapasitasnya kecil dan jaringannya tidak tersambung satu sama lain karena terpotong pembangunan fisik gedung, rumah, atau jalan. Kecilnya daya tampung sungai dan anak sungai karena belum kunjung dikeruk memperburuk ancaman banjir di Jakarta.

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah DKI Jakarta Sarwo Handayani mengakui, ancaman banjir pada tahun 2010 memang masih cukup besar karena daya tampung sungai belum diperbesar. Selama ini banjir mudah terjadi karena badan sungai mengalami pendangkalan parah dan penyempitan sehingga air sulit mengalir ke laut.

”Pengoperasian KBT membuat risiko banjir di Jakarta Timur dan Jakarta Utara berkurang sampai 30 persen karena air lebih cepat mengalir ke laut. Jika ke-13 sungai itu selesai dinormalisasi, risiko banjir di seluruh Jakarta akan berkurang sampai 40 persen,” kata Sarwo.

Selain ketidaksiapan sungai, perubahan iklim juga turut meningkatkan risiko banjir di Jakarta. Berdasarkan penelitian Economy and Environment Program for Southeast Asia, kelima kota di Jakarta termasuk dalam 10 kota yang paling rawan perubahan iklim di Asia Tenggara.

Selain itu, terdapat 12 kawasan di Jakarta dan sekitarnya, yang selalu mengalami hujan lebat dan sangat lebat akibat perubahan iklim. Kawasan yang selalu mengalami hujan sangat lebat adalah Cengkareng dengan curah hujan 317 milimeter (mm), Tangerang (262,5 mm), Kemayoran (193 mm), Pakubuwono (168 mm), Ciledug (160 mm), Kedoya (157,3 mm), dan Halim (136 mm).

Kawasan dengan curah hujan lebat adalah Priok (88 mm); Dermaga, Kabupaten Bogor (76 mm), Gunung Mas, Cianjur (74 mm); Citeko, Cianjur (70 mm); dan Depok (55 mm). Peningkatan curah hujan itu diikuti penyempitan lahan terbuka sehingga semakin banyak air yang harus dialirkan ke laut atau menjadi genangan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Ery Basworo mengatakan, untuk mengurangi risiko banjir, pihaknya melakukan berbagai pengerukan di puluhan anak sungai dan saluran drainase penghubung. Pengerukan dan normalisasi itu diharapkan dapat mengurangi risiko banjir.

Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum, Tata Air, Jakarta Barat Heryanto mengakui, pihaknya kewalahan menertibkan saluran air karena antara langkah penertiban dan serbuan bangunan warga di atas saluran air tidak seimbang. ”Yang ditertibkan 100 bangunan, yang muncul 200 bangunan baru,” ucapnya.

Senin lalu, pihaknya membongkar 160 bangunan di Kompleks Rasa Sayang di Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Sebelum bangunan dibongkar, warga mengelabui petugas dengan membuat saluran ilegal.

”Mereka membuat saluran untuk mengelabui petugas agar bangunan yang berada di atas saluran air tidak dibongkar. Mereka tidak tahu bahwa kami memiliki block plan semua saluran air di Jakbar,” ucap Heryanto (ECA/ART/NDY/WIN)



Post Date : 07 Juli 2010