Indonesia Tidak Masuk 10 Besar Terbanyak

Sumber:Kompas - 15 Desember 2009
Kategori:Climate

Kopenhagen, Kompas - Tanpa menghitung emisi dari sektor kehutanan dan kerusakan lahan, Indonesia tidak masuk dalam 10 besar negara pengemisi gas rumah kaca terbanyak di dunia. Organisasi nonpemerintah Germanwatch menyebutkan hal itu dalam laporan Climate Change Performance Index 2009 di Kopenhagen, Denmark.

Negara-negara pengemisi sepuluh teratas berturut-turut adalah China (20,96%), AS (19,92%), Rusia (5,48%), India (4,57%), Jepang (4,27%), Jerman (2,76%), Kanada (1,96%), Inggris (1,81%), Korea Selatan (1,69%), dan Iran (1,61%). Ke-10 negara itu menyumbang emisi karbon dioksida sebesar 60 persen dari emisi global saat ini. Laporan tersebut diungkapkan Senin (14/12).

Analisis didasarkan atas emisi dari sektor energi, industri, dan transportasi. ”Kami tidak memiliki data emisi yang cukup dari hutan dari negara-negara yang kami analisis. Barangkali tahun depan bisa kami masukkan,” kata penulis laporan dari Germanwatch, Jan Burck, di sela-sela persidangan Konferensi Perubahan Iklim PBB 2009.

Sejauh ini komunitas global masih menempatkan Indonesia sebagai pengemisi terbesar ketiga di bawah China dan AS, seperti laporan Wetlands Internasional. Untuk itu, emisi dari kebakaran lahan tahun 1997 dimasukkan.

Pada tahun 2008 Indonesia juga tidak masuk dalam 10 besar pengemisi versi Germanwatch. Namun, sejumlah negara peserta negosiasi masih menyebut Indonesia sebagai pengemisi besar.

Peringkat ke-23


Untuk indeks prestasi perubahan iklim 2009, Indonesia berada di urutan ke-23 dari 57 negara maju dan berkembang pesat yang dianalisis. Ini naik empat tingkat dari urutan tahun lalu.

Meski tergolong baik, posisi ke-23 dinilai masih bisa meningkat. ”Sebagai sebuah negara berkembang, posisi itu lumayan. Tetapi, di tingkat Asia masih di bawah India,” kata Jan Burck.

Indeks tersebut didasarkan atas pengukuran 12 indikator yang terbagi dalam tiga kategori besar, yaitu tren emisi per sektor (energi, transportasi, rumah tangga, dan industri), level emisi (dari energi saja), dan kebijakan iklim setiap negara. Semakin tinggi posisi negara, hal itu menunjukkan prestasi mereka menahan laju perubahan iklim.

Namun, tidak ada satu pun negara pada posisi tiga besar yang menunjukkan niat yang sungguh-sungguh dalam mencegah laju perubahan iklim. Brasil merupakan negara dengan posisi teratas dari sisi indeks prestasinya, menggusur Swedia.

Kanada, Australia, dan Arab Saudi masuk dalam daftar negara dengan sumbangan emisi gas rumah kaca yang mencemaskan.

Sebagian data yang dipakai merupakan data dari International Energy Agency (IEA) dan data-data survei di luar itu. Analisis melibatkan 130 pakar organisasi nonpemerintah sehingga layak dipercaya.

Salah satu poin positif Indonesia adalah komitmen menurunkan emisi 26 persen dari level perencanaan semula (business as usual) pada tahun 2020 secara sukarela dan menjadi 41 persen bila ada bantuan negara maju. ”Ini sebuah kemajuan dari sisi kebijakan,” kata Mathias Duwe dari Climate Action Network Eropa.

Indeks prestasi perubahan iklim dan penetapan 10 besar negara pengemisi karbon dioksida merupakan kegiatan tahunan bersamaan dengan konferensi perubahan iklim. Salah satu tujuannya, mengingatkan negara-negara dengan tingkat emisi tinggi agar mengubah pola pembangunannya. (Gesit Ariyanto dari Kopenhagen, Denmark)



Post Date : 15 Desember 2009