Inggris Menyalahkan China

Sumber:Kompas - 22 Desember 2009
Kategori:Climate

LONDON, SENIN - Inggris menyalahkan China akan peristiwa perundingan yang ”lucu”. Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, Senin (21/12) di London, Inggris, menyalahkan negara-negara yang ”menyandera” perundingan pada Konferensi Perubahan Iklim PBB.

Gordon menuding, gara-gara ulah sejumlah kecil negara, kini muncul situasi salah-menyalahkan di antara negara-negara peserta konferensi.

Hal ini muncul karena Persetujuan Kopenhagen dihasilkan dari perundingan hanya oleh 27 pemimpin negara. Padahal, konferensi di Kopenhagen, Denmark, pada 7-18 Desember itu diikuti oleh 193 delegasi negara.

China dituding

Brown tidak menyebutkan nama negara yang dia maksud. Akan tetapi, Menteri Perubahan Iklim Inggris Ed Miliband mengatakan, China memimpin sejumlah negara untuk ”membajak” proses negosiasi yang menyebabkan proses itu menjadi ”tampak lucu di hadapan publik”.

Hasil Kopenhagen akhirnya disusun oleh sekelompok pemimpin negara yang dipimpin Amerika Serikat. Negara-negara itu antara lain China, India, Brasil, Afrika Selatan, dan negara besar anggota Uni Eropa. Mereka tidak menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca negara maju, dan keputusan itu tidak bersifat mengikat secara hukum.

”Tidak ada kesepakatan mengurangi 50 persen emisi global pada tahun 2050 atau 80 persen pengurangan emisi dari negara maju,” tulis Miliband di surat kabar The Guardian.

”Keduanya diveto China. Padahal, ada dukungan dari koalisi negara maju dan mayoritas negara berkembang,” tambahnya. Menurut pihak Miliband, negara-negara Sudan, Bolivia, dan pemerintahan sayap kiri negara-negara Amerika Latin termasuk yang mengkritik hasil itu.

Konstruktif


Sementara itu, Perdana Menteri China Wen Jiabao berkeras bahwa pemerintahannya telah memainkan peran ”penting dan konstruktif”. Dia mengatakan, ”China menunjukkan ketulusan dan berupaya sangat keras.”

”Ini adalah hasil dari upaya semua pihak dan telah mendapatkan persetujuan dari kalangan luas,” ujarnya. Hasil ini tidak didapat dengan mudah, jadi harus disambut baik.

Perdana Menteri Perancis Francois Fillon saat berkunjung ke Beijing mengatakan, proses perundingan berlangsung baik, tapi Eropa kecewa dengan hasilnya. Perancis dan negara Uni Eropa lainnya menginginkan keputusan yang lebih mengikat.

Presiden AS Barack Obama yang juga menyadari situasinya mengatakan, semua negara emiter besar harus segera berbuat lebih banyak setelah ”negosiasi yang amat sulit dan kompleks” tersebut.

Persetujuan tersebut berisi janji bantuan 100 miliar dollar AS untuk negara miskin yang berisiko menerima dampak terburuk akibat perubahan iklim. Selain itu, juga memuat janji menjaga kenaikan temperatur global agar tidak melampaui dua derajat celsius dibanding zaman industri. Ini lebih lemah dibanding permintaan negara-negara pulau kecil. Mereka minta kenaikan suhu global tidak melewati 1,5 derajat celsius.

Para ahli menegaskan, ratusan juta manusia terancam akibat memburuknya kekeringan, banjir, badai, dan naiknya muka air laut akibat pemanasan global.

Brown mengatakan, ”Jangan pernah lagi sampai buntu. Jangan pernah lagi gerakan global ke arah dunia yang lebih ramah lingkungan disandera sejumlah kecil negara,” kata Brown.(REUTERS/AP/AFP/ISW)



Post Date : 22 Desember 2009