Jakarta Bebas Banjir, Ternyata Baru Sebatas Janji Belaka

Sumber:Kompas - 19 Agustus 2010
Kategori:Banjir di Jakarta

Jakarta bebas banjir rupanya masih jauh di angan. Selasa hingga Rabu (17-18/8), sebagian warga Jakarta kembali dikejutkan dengan air yang menggenangi rumah-rumah mereka dan muncul hampir di seluruh penjuru Ibu Kota.

”Di sini memang cekungan, tetapi selama ini ada tanggul yang membatasi dan melindungi perumahan dari luapan Kali Pesanggrahan. Siapa mengira akan jebol?” kata Lili (45), warga kompleks Ikatan Keluarga Pegawai Negeri (IKPN), Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Rabu.

Lili adalah satu dari sekitar 500 warga kompleks IKPN yang dipaksa mengungsi, Selasa sore. Lili dan ratusan warga lain kalang kabut karena tidak siap menyambut banjir. Apalagi, jebolnya tanggul terjadi sekitar pukul 15.30 ketika warga mulai sibuk menyiapkan buka puasa.

”Mau copot rasanya jantung ini waktu ada tetangga teriak mengabarkan tanggul jebol. Mungkin ada beberapa menit saya cuma bengong, tidak tahu mau menyelamatkan barang apa dulu atau membawa anak ke mana biar aman,” kata Agus.

Akhirnya ratusan warga dari delapan RT di dua RW, yaitu RW 4 dan RW 12, mengungsi di SD 05 Pesanggrahan dan Masjid Al Humaira. Selasa malam, kandas sudah rencana Agus dan keluarganya berbuka puasa dengan masakan serba hangat untuk mengurangi dingin akibat hujan seharian. Bantuan yang datang rata-rata makanan instan. Namun, makanan matang atau siap saji dan alat masak amat kurang. Pakaian kering juga langka karena sebagian warga lebih mendahulukan menyelamatkan barang berharga dan elektronik daripada baju.

Rabu sore kemarin, warga kompleks IKPN baru bisa berlega hati. Bantuan makanan dan pakaian terus mengalir. Air pun sudah surut setelah dipompa menggunakan pompa air bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun, setiap gerimis mulai datang, jantung Lili, Agus, dan warga lainnya kembali berdegup kencang.

”Melihat air mengalir di sela tumpukan karung untuk tanggul sementara itu bikin ngeri. Malam ini, mungkin keluarga saya masih tinggal di pengungsian,” kata Agus.

Rasa waswas juga dirasakan warga di dua RW di Kelurahan Gandaria Selatan, Kecamatan Cilandak. Kawasan ini juga kebanjiran sejak Selasa sore. Air merendam ratusan rumah warga, tepatnya sejak pukul 15.00, setelah sebelumnya hujan mengguyur selama satu jam.

Kawasan Gandaria Selatan yang terendam air banjir terdapat di RW 07, meliputi RT 10, 11, 13, dan RT 14, serta di RW 08. Kedalaman air mencapai 2 meter. Beberapa rumah yang terletak lebih rendah daripada rumah yang lain tampak terendam hingga ke atapnya.

Normalisasi kali dan RTH

Direktur Irigasi, Sungai, Rawa, dan Danau Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Pitoyo Subandrio mengatakan, banjir di beberapa titik di wilayah selatan Jakarta selama beberapa hari terakhir disebabkan oleh tingginya curah hujan harian.

”Untuk di Pesanggrahan sebenarnya relatif kecil, yakni 69 milimeter, yang tinggi justru di Pondok Indah dan Cinere,” kata Pitoyo.

Pitoyo menambahkan, untuk membebaskan Jakarta bagian selatan dari banjir, harus dengan normalisasi Kali Grogol dan Pesanggrahan. Pemprov DKI Jakarta diminta membebaskan lahannya dan Kementerian PU akan membantu pendanaannya.

Saat ini, Kementerian PU juga tengah gencar mengantisipasi banjir Jakarta, antara lain dengan rehabilitasi Situ Gintung yang ditargetkan selesai dibangun pada Desember 2010.

Berdasarkan data Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Situ Gintung dibangun oleh Belanda tahun 1932-1933, dengan kapasitas penyimpanan air 2,1 juta meter kubik dengan luas 31 hektar. Namun, pada tahun 2008, luas situ tinggal 21,4 hektar. Kapasitas penyimpanan air pun berkurang menjadi hanya 1,5 juta meter kubik.

Selain butuh normalisasi sungai dan situ, pengamat perkotaan Yayat Supriatna mengatakan, Jakarta perlu menata kotanya kembali. Pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dan perumahan secara masif di Jakarta Selatan, misalnya, telah membuat ruang terbuka hijau berkurang drastis. Kondisi ini membuat air hujan tidak terserap oleh tanah.

Padahal, Kali Krukut dan Kali Pesanggrahan yang menjadi ujung aliran air berbagai saluran drainase di Jakarta Selatan mengalami pendangkalan dan penyempitan yang parah. Daya tampung kedua sungai itu terbatas dan mudah meluap.

Di sisi lain, saluran drainse yang sempit dan tertutup sampah juga membuat air hujan mudah meluap dan membanjiri permukiman. Apalagi, banyak kawasan di Jakarta Selatan yang secara topografi berbentuk cekungan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Jakarta Selatan dianggap alpa mengantisipasi dampak gencarnya pembangunan. Di Jakarta Selatan, misalnya, baru saja dibuka kawasan pusat perbelanjaan besar di Gandaria. Selain tertutupnya lahan terbuka, lokasi pusat perbelanjaan yang pasti mengundang banyak pengunjung didirikan tepat di sisi Arteri Pondok Indah yang selama ini rawan kemacetan. Wajah Kota Jakarta pun makin diragukan bisa terlepas dari kesemrawutan dan bencana. (NEL/ECA/RYO)



Post Date : 19 Agustus 2010