Jakarta Tak Siap Hadapi Banjir

Sumber:Koran Sindo - 01 Nopember 2011
Kategori:Banjir di Jakarta

JAKARTA – Warga DKI Jakarta harus siap-siap menghadapi banjir. Walaupun musim hujan belum mencapai puncaknya, bencana yang rutin melanda wilayah ini sudah menimpa kawasan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan. 

 
Curah hujan yang cukup tinggi di kawasan selatan Jakarta mengakibatkan Sungai Krukut meluap dan menggenangi sekitar lima RT di kawasan itu Minggu (30/10) malam.Sekitar 239 kepala keluarga terpaksa mengungsi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi perhatian terhadap ancaman banjir di Jakarta.
 
Sebelum bertolak menuju Prancis untuk mengikuti pertemuan negara-negara anggota G-20, kemarin, Presiden meminta Wakil Presiden Boediono dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo segera mengatasi dan mengantisipasi banjir di Jakarta. Dia pun mengingatkan bahwa sejumlah negara di kawasan AsiaTenggara sepertiThailand dan Myanmar, dilanda banjir besar dalam beberapa waktu terakhir.“Meski akhir-akhir ini Jakarta selamat,tapi kita tidak bisa underestimate akan masalah ini,”ujarnya. 
 
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan ancaman banjir DKI Jakarta meningkat karena curah hujan di wilayah Jabodetabek diperkirakan terus naik, hingga memasuki musim penghujan sesungguhnya pada Januari 2012. Diperkirakan, musim penghujan dimulai pada Januari– Maret, dengan intensitas hujan akan semakin lebat dan berdurasi lama.Kondisi tentu berpotensi mengakibatkan bencana banjir. 
 
Kepala Subbidang Informasi Cuaca Ekstrem BMKG Kukuh Ribudiyanto menjelaskan, saat ini kondisi hujan belum merata di wilayah Jabodetabek. Wilayah yang sudah terlebih dulu diguyur hujan adalah utara Jakarta,Tangerang, dan Bekasi. Sementara wilayah selatan seperti Jakarta Selatan dan Depok akan lebih sering hujan bulan ini. “Rata-rata curah hujan ini bervariasi mulai sedang hingga lebat. 
 
Namun meski curah hujan lebat, durasinya masih singkat,”terangnya. BMKG juga mengingatkan potensi banjir lima tahunan. Kukuh menuturkan, berdasarkan kajian banjir besar Jakarta 2007,banjir besar terjadi karena intensitas curah hujan bisa mencapai 100–300 milimeter per jam. Saat itu BMKG mencatat wilayah Cengkareng, Jakarta Barat pernah mengalami intensitas hujan hingga 300 milimeter per jam. 
 
“Hal ini bisa saja terjadi pada 2012 mendatang, karena pada Januari–Februari mendatang curah hujan akan merata di seluruh wilayah Jabodetabek. Untuk melihat kemungkinan intensitas hujannya apakah akan tinggi seperti 2007 itu, perlu dilakukan pantauan setiap hari,”tuturnya. Ketua Komisi D (Pembangunan) DPRD DKI Jakarta Muhammad Sanusi menilai Pemprov DKI Jakarta kurang siap menghadapi permasalahan banjir. 
 
Dia menandaskan, persoalan banjir di Jakarta adalah masalah klasik, sehingga seharusnya eksekutif sudah lebih siap dan tidak panik.Apalagi, sejumlah anggaran perubahan sudah dimasukkan tahun ini. “Peranan pemerintah pusat juga dibutuhkan karena terjadi lintas kewenangan untuk penangan sungai di Jakarta dengan Kementerian Pekerjaan Umum,”katanya. 
 
Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakarya melihat pemerintah pusat dan daerah kurang siap menghadapi masalah banjir di Jakarta. Dia melihat pemerintah seakan puas setelah berhasil menyelesaikan Banjir Kanal Timur (BKT) dan rencana membuat danau.Semestinya, lanjutnya, pemerintah juga harus memperluas daerah resapan air di Jakarta.”Saat ini hanya sekitar 26% curah hujan yang dapat terserap, perlu diperluas,” lanjutnya. 
 
Kebijakan pemerintah menyerahkan begitu saja lahan kosong yang ada kepada pihak swasta, lanjutnya, membuat masyarakat saat ini menanggung akibatnya. ”Belajar dari Bangkok dan Manila, jangan sampai banjir merusak perekonomian dan kegiatan masyarakat,” tandasnya. Pengamat kebijakan publik Andrinof Chaniago berharap pemerintah segera meminimalisasi dampak perubahan cuaca ekstrem, seperti banjir besar setiap lima tahun di Jakarta, yang bisa melumpuhkan sendi kehidupan masyarakat. 
 
Dia menunjuk banjir besar yang melanda Thailand dan Myanmar. ”Bencana memang tidak bisa dihindari, namun dampak banjir seharusnya dapat diantisipasi atau setidaknya diminimalisasi oleh pemerintah,”ujar Andrinof. Menurut dia,salah satu antisipasi terpenting yang perlu dilakukan pemerintah adalah memperbaiki konstruksi saluran- saluran air yang rusak di Jakarta. 
 
Dalam pandangannya, sampai saat ini belum diketahui sampai sejauh mana kesiapan pemerintah untuk mengatasi banjir besar yang biasanya menimpa Jakarta setiap lima tahun sekali itu. Sementara itu,Wakil Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Novizal mengungkapkan, ancaman banjir bukan karena tingginya curah hujan, melainkan juga karena adanya penyempitan sungai. 
 
Di Sungai Krukut misalnya, lebar sungai tersisa dua meter di sejumlah titik, padahal idealnya adalah 12 meter. Penyempitan juga terpantau di Kali Angke, tepatnya sebelum masuk aliran Mookervart dan Cengkareng Drain. Kondisi ini mengancam daerah Semanan bila ketinggian air di kali tersebut meningkat.Termasuk penyempitan di Kali Mampang, di mana titik penyempitan terpantau di sepanjang aliran, khususnya di wilayah Pasar Minggu. 
 
Sementara penyempitan di Kali Grogol, terpantau mulai batas kota hingga masuk wilayah Lebak Bulus, serta masuk kawasan Terogong dan Pesanggrahan. Kondisi penyempitan juga terpantau di Kali Pesanggrahan yang sering menimbulkan banjir di sepanjang aliran, khususnya di kawasan Pondok Pinang.Kondisi tersebut membuat daerah bantaran rawan banjir di sepanjang aliran meski curah hujan relatif sedikit. 
 
“Kami baru mengusulkan normalisasi untuk Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan Sunter,” jelasnya. Kepala Suku Dinas (Sudin) Pekerjaan Umum (PU) dan Tata Air Jakarta Utara Rifig Abdullah mengaku tengah mengantisipasi banjir karena lima hari ke belakang air laut mulai pasang.Selain itu,kondisi ratarata normal air laut yang biasanya hanya 1,8 meter,saat ini sudah mencapai 2,18 meter.“Hal itu dinilai bisa berpotensi banjir jika hujan deras turun. 
 
Jika elevasi air sudah memasuki 2,40 meter, tidak hujan pun akan banjir,” ungkapnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Rifig mengaku menyiapkan enam pompa mobile dan 5.000 kantong pasir yang disimpan di wilayah rawan banjir. Berdasarkan laporan Crisis Center Jakarta,tinggi muka air pada pos pemantau dan pintu air di Jakarta masih tergolong normal.
 
Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat Satpol PP DKI Jakarta yang membawahi Crisis Center Jakarta, Hotman Sinambela, mengungkapkan bahwa laporan terakhir yang diterima pukul 16.00 menyebutkan, dari 14 pintu air yang tersebar di tiga subsistem yakni barat, timur, dan tengah Jakarta, mayoritas masih normal. Hanya debit air di pintu air Pasar Ikan yang cukup tinggi. 
 
Penyempitan Kali Krukut 
 
Ratusan rumah di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan terendam akibat meluapnya Kali Krukut. Luapan air mulai membanjiri rumah warga sekitar pukul 20.00 WIB ke sejumlah wilayah permukiman dan mencapai puncaknya pada 23.00 WIB, hingga ketinggian air mencapai 200 cm di RT 11/RW 03.Ketinggian air mencapai 150 cm terpantau menggenang di RT 09,10,11,12,dan 14 . 
 
Akibatnya, sedikitnya 358 kepala keluarga (KK) atau 1.268 jiwa mengungsi di Pos Kamling RT 11/03,Jalan Bango 2 No 21, Masjid Darussalam, dan Jalan Bango IV. “Sebenarnya banjir sudah terjadi sejak dua minggu lalu.Namun, puncaknya justru terjadi pada minggu malam,”’ ujar Dani, salah seorang warga. 
 
Menurut keterangan sejumlah warga, banjir terjadi karena Kali Krukut dipersempit akibat pembuatan goronggorong, sehingga air yang mau masuk susah,dan akhirnya masuk rumah warga.Warga juga mengeluh karena banjir yang sudah terjadi beberapa pekan ini ternyata tidak mendapat perhatian pemerintah. Kemarin,Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Menko Kesra Agung Laksono turun ke lokasi banjir.Foke, sapaan akrab Fauzi Bowo, mengaku sudah menurunkan tim untuk mengatasi masalah ini. 
 
”Saya dengar katanya belum ada bantuan, saya telepon wakil camat supaya segera membantu.Buktinya kan sudah langsung ada tenda dan logistik,”katanya. Sementara itu,Menko Kesra Agung Laksono mengakui banjir disebabkan penyempitan badan sungai. ”Kita imbau kepada seluruh masyarakatuntuktetaptenang, karena ke depannya curah hujan akan tinggi.Tapi tak perlu panik, selama ada kerja sama dengan pemerintah kota dalam menanggulangi tanggap darurat dan solusi ke depan itu adalah tugas bersama,”ujarnya. 
 
Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas PU DKI Tarjuki menjelaskan,banjir disebabkan curah hujan yang tinggi di kawasan selatan Jakarta atau hulu Kali Krukut. Curah hujan terpantau hingga 108 mm per jam.Kondisi ini diperparah dengan karakter wilayah berupa cekungan dan penyempitan kali di sekitar kawasan.“ 
 
Padahal, curah hujan normal adalah 5–10 mm per jam, ini adalah curah hujan sebulan yang turun hanya dalam waktu sejam,”ungkapnya. Untuk mengatasi penyempitan sungai,dia mengaku baru menganggarkan dana penanggulangan banjir di kawasan ini pada 2012.”Ternyata banjir datang lebih awal dari perkiraan kita,”ujar Tarjuki. isfari hikmat/ helmi syarif/solihin/ant 


Post Date : 01 November 2011