Jalintim Tergenang Satu Meter, 10.399 Hektar Sawah Terendam

Sumber:Kompas - 17 Januari 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Tulang Bawang, Kompas - Jalan lintas timur di dekat perbatasan Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan di Kilometer 195 hingga Kilometer 196 tergenang sedalam satu meter. Genangan di kawasan Simpang Pematang, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung, itu merupakan luapan dari rawa-rawa di sekitar jalan itu. Akibatnya, lalu lintas dari Lampung dan Sumatera Selatan terputus dan macet hingga enam kilometer di masing-masing jalur.

Menurut pemantauan Kompas, Minggu (16/1), banjir tersebut melintasi badan jalan lintas timur (jalintim) sedalam 50 sentimeter hingga satu meter. Satu truk terguling saat melintasi jalan yang terendam.

"Belum pernah terjadi seperti ini. Sebelumnya banjir hanya mencapai pinggir jalan. Entah dari mana air datang hingga begini besar," tutur Yuskar, warga Pematang Panggang.

Air juga menggenangi tugu perbatasan Lampung dan menenggelamkan puluhan rumah. Bahkan, pos polisi Agung Batin yang baru dibangun nyaris roboh dihantam banjir.

Untuk menyeberangi bagian jalan yang terendam, warga menggunakan perahu. Kendaraan sejenis Kijang, Colt, dan Isuzu dianjurkan tak melewati kawasan tersebut. "Hanya truk-truk besar dengan roda setinggi hampir satu meter yang dapat melewati ruas jalan ini. Untuk menghindari kemacetan, lebih baik kendaraan dari Lampung mengambil jalan lintas tengah," tutur seorang polisi.

Banjir itu juga menyebabkan arus bantuan untuk Aceh terhenti. Puluhan truk yang mengangkut sumbangan untuk Aceh, seperti dari Pertamina dan Departemen Pendidikan, terhenti di Pematang Panggang. "Kami sudah dua hari antre di sini untuk lewat. Semoga hari ini bisa lolos," tutur sopir pengangkut bantuan dari Departemen Pendidikan.

Air juga membanjiri ruas jalintim di Desa Bugis, Kabupaten Tulang Bawang. Terdapat empat titik jalan yang terendam air hingga 50 sentimeter.

Ruas jalintim di Sumatera Selatan juga tergenang. Air dengan arus deras mengalir di atas jalan di Desa Tebing Suluh dan Bumi Arjo, Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Ruas jalan di antara kedua desa itu terendam air setengah meter. Banjir menyebabkan permukaan aspal jalan rusak dan berlubang-lubang. Transportasi melalui jalintim antara Palembang dan Bandar Lampung melalui Simpang Pematang, Kabupaten Tulang Bawang, putus.

Jalintim yang biasanya ramai menjadi sepi. Mobil travel atau bus jarak jauh yang biasa mengandalkan jalur tersebut mengalihkan rute ke jalan lintas tengah Sumatera melalui Baturaja, Ogan Komering Ulu. Hanya sejumlah truk besar dan satu-dua bus jurusan Palembang-Bandar Lampung yang nekat melalui jalur itu.

Puluhan truk dan bus yang melalui Desa Tebing Suluh-Bumi Arjo terpaksa antre menyeberangi arus deras satu per satu. Satu truk yang mengangkut sembilan bahan pokok terjerembap ke dalam lubang dan terseret arus, terguling di pinggir Desa Tebing Suluh. Beberapa pengendara motor berusaha menyeberang dengan menaikkan kendaraannya di gerobak.

Semakin luas

Banjir yang melanda Kecamatan Lempuing, sejak dua pekan lalu, semakin meluas. Sampai Minggu, 2.441 rumah di 18 desa terendam air dengan ketinggian antara setengah meter hingga dua meter. Banjir dari luapan Sungai Lempuing itu belum surut karena mendapat kiriman air dari hulu sungai, ditambah air hujan yang terus turun beberapa hari ini.

Menurut pengamatan Kompas, Minggu, sebagian rumah yang terendam air ditinggal mengungsi oleh pemiliknya. Sebanyak 7.302 warga Kecamatan Lempuing tercatat mengungsi.

Camat Lempuing Fahrul Rozi mengatakan, desa yang dilanda banjir paling parah antara lain Cahya Tani, Cahya Maju, Tebing Suluh, Kepayang, Sumber Agung, dan Sungai Belida.

Areal persawahan yang terendam air juga semakin luas, mencapai 10.399 hektar. Areal persawahan di Lempuing berubah menjadi lautan air yang luas. Jika air belum surut, sebagian besar tanaman padi berumur sekitar sebulan hingga dua bulan dipastikan membusuk. "Jika terendam lebih dari seminggu, padi muda pasti membusuk. Itu merugikan kami yang keluar biaya jutaan rupiah untuk biaya tanam dan pemeliharaan," kata Sugeng (40), petani di Desa Muara Burnai II.

Sejumlah sekolah di daerah itu juga menjadi korban banjir, seperti madrasah ibtidaiah (MI) di Cahya Maju dan Desa Sumber Agung yang meliburkan siswanya. "Demi keselamatan, siswa kami liburkan sejak tiga hari lalu," ungkap Taufik, Kepala MI Nurul Islam di Desa Sumber Agung.

Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Pemerintah Kecamatan Lempuing hingga kemarin memberikan bantuan berupa beras, mi instan, ikan asin, dan kecap kepada korban banjir. Petugas kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia juga berjaga-jaga selama 24 jam untuk mengantisipasi keadaan yang lebih berbahaya.

Banjir di Kecamatan Muara Kuang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, hingga kemarin juga belum surut. Sejumlah warga mengungsi ke rumah-rumah saudara mereka. Di Desa Kasih Raja, misalnya, 90 rumah di dua blok terendam air. Salah satu rumah panggung milik Neli, warga desa itu, bahkan kemarin roboh diterjang air luapan Sungai Ogan.

Banjir di Muara Kuang juga mengakibatkan ruas jalan menuju Prabumulih putus. Genangan air dengan tinggi hingga menutupi jembatan mengakibatkan jalan tidak bisa dilalui.

Khawatir rumah ambruk

Di daerah lain di Sumatera Selatan, air dari luapan Sungai Lematang, Sungai Lengi, dan Sungai Niru yang menggenangi Kabupaten Muara Enim sampai kemarin masih bertahan. Camat Gunung Megang Emran Tabrani, Minggu, mengatakan, air yang sudah delapan hari menggenangi tujuh desa di kecamatan tersebut belum surut.

Di Kabupaten Musi Banyuasin, meskipun pasang Sungai Musi berulang kali merendam permukiman penduduk di tepinya sejak dua minggu terakhir, pemerintah kabupaten belum mencemaskan kondisi itu.

Di Palembang, pasang Sungai Musi dan Sungai Keramasan masih merendam sebagian permukiman warga yang berada di tepian. Di Kecamatan Gandus dan Seberang Ulu I, air masih menggenangi puluhan rumah warga.(jos/iam/mul/dot)

Post Date : 17 Januari 2005