Kali di Jaktim makin jorok, lurah harus kreatif

Sumber:Harian Terbit - 07 Juli 2005
Kategori:Drainase
JAKARTA - Pemerintah Kotamadya Jakarta Timur hingga saat ini kesulitan menciptakan kali yang bersih. Karena kesadaran masyarakat sangat rendah dan masih jorok, membuang sampah langsung ke kali.

"Berbagai masalah yang dihadapi Jakarta Timur saat ini, salah satunya sulitnya menciptakan kali bersih. Kali di Jakarta Timur menjadi tempat sampah terbesar di Indonesia," kata Walikota Jakarta Timur, Koesnan Abdul Halim, kemarin.

Ia pun sering merasa kasihan juga kepada lurah dan camat di wilayahnya karena merekalah yang sering menjadi korban cacian masyarakat. Camat dan lurah dianggap tidak bisa menciptakan kali bersih. Karena itu, sekalipun sering mendapat cacian masyarakat, camat dan lurah harus tetap bekerja dengan baik.

Walikota memerintahkan lurah harus kreatif menciptakan satu kawasan unggulan di setiap kelurahan yang dipimpinnya. Begitu pula dengan camat, mereka harus mempunyai satu kawasan unggulan di wilayah kecamatan yang dipimpinnya.

"Bayangkan, jika dari 10 kecamatan di Jakarta Timur masing-masing memiliki kawasan unggulan ditambah 65 kelurahan dan tambah satu kawasan unggulan tingkat Kotamadya Jakarta Timur," kata walikota.

Mengenai penghargaan Satyalancana Wira Karya yang diterimanya dari Presiden SBY, walikota mengatakan penghargaan tersebut merupakan kebanggan bersama. Itu sebabnya ia mengucapkan terimakasih kepada para lurah, camat dan pejabat terkait yang selama ini bersama-sama dirinya mewujudkan Jakarta Timur menja-di wilayah yang tertib, rapi, bersih dan aman.

Berkat kerja sama antaraparat terkait tersebut, menurut Koesnan, dirinya memperoleh penghargaan Satyalancana Wira Karya bidang Keluarga Berencana (KB) dari Presiden.

Mengenai balita kurang gizi, Koesnan mengimbau para lurah agar memantau di wilayah masing-masing untuk mencari anak balita yang kuranggizi. Lurah, katanya, harus terjun langsung mencari balita yang kurang gizi. Kalau ketemu, Walikota memerintahkan agar langsung dibawa ke rumah sakit dan biayanya gratis.

"Jangan sampai orang lain yang tahu duluan, kita bisa malu," kata Koesnan. (lim)

Post Date : 07 Juli 2005