Kanal Timur Tembus Laut

Sumber:Suara Pembaruan - 29 Desember 2009
Kategori:Banjir di Jakarta

[JAKARTA] Kanal Banjir Timur (KBT) sudah tembus ke laut, namun pengerjaan keseluruhan megaproyek ini belum rampung. KBT baru selesai dikerjakan sekitar Maret 2010. Pasalnya hingga hari ini KBT tembus ke laut dengan lebar saluran yang tak seragam serta sejumlah jalan inspeksi juga belum terbangun.

Ketua Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) Departemen Pekerjaan Umum, Pitoyo Subandrio, mengakui hingga saat ini lebar saluran yang telah digali belum seluruhnya mencapai 70 meter. Beberapa saluran masih memiliki lebar sekitar 10 meter.

"Dari panjang KBT yang direncanakan mencapai 23,5 kilometer, sekitar 99,9 persen telah berhasil digali dengan lebar sesuai rencana yaitu 70 meter. Sedangkan, sisanya masih digali karena lebarnya baru mencapai 10 meter. Bulan Januari 2010 akan kita lanjutkan lagi penggaliannya agar mencapai lebar sesuai rencana," ujar Pitoyo, Selasa (29/12) pagi.

Masih Digali

Hingga saat ini masih ada sekat-sekat kesdam (tanggul) yang masih digali. Ditargetkan pada bulan Maret 2010 seluruhnya akan rampung tergali. Meski demikian, target untuk mengalirkan KBT ke laut pada akhir bulan Desember 2009, saat ini sudah tercapai.

"Kanal ini ibarat jalan yang seharusnya empat jalur namun baru selesai satu jalur. Jadi kanal sudah tembus ke laut dan airnya sudah mengalir meskipun sedikit namun bukan berarti pekerjaan selesai," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta optimistis bahwa KBT akan tembus ke laut sesuai jadwal yakni akhir Desember 2009.Kanal ini berfungsi mengalirkan air yang berasal dari pertemuan Sungai Cipinang dan Sungai Sunter serta antara Sungai Buaran dan Sungai Jati Kramat ke laut.

Dengan demikian kanal yang nantinya mampu menampung debit air dari sungai sebesar 390 m3/detik ini akan membantu kelancaran aliran air.

Sebelumnya pengerjaan KBT tersendat antara lain karena keberadaan perlintasan jalan tol dan adanya tiang saluran udara tegangan tinggi PLN. Kendala serius yang cukup menyita banyak waktu adalah dalam hal pembebasan lahan.

Penyebabnya, antara lain karena kepemilikan tanah atau bangunan oleh warga ternyata bermasalah atau masih dalam proses sengketa. Ada juga pemilik tanah yang meminta ganti rugi melebihi nilai jual objek pajak (NJOP) di kawasan itu.

Bahkan pada minggu ke-3 bulan Desember 2009, masalah pembebasan lahan warga baru selesai. "Sekarang semuanya sudah selesai, kami tinggal nerusin pengerjaan saja agar semua saluran lebarnya mencapai 70 meter," ujarnya.

Sedangkan pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Surapriatna menilai, target KBT tembus laut pada akhir Desember 2009 hanya tembus laut. "Target tembus ke laut pada Desember 2009 ini hanya dikejar-kejar suatu obsesi besar. Kalau sekadar menargetkan tembus ke laut bolehlah, tapi karena ingin mencapai prestise atau target prestasi lalu kualitas kerja menurun atau standar pekerjaan terabaikan," tuturnya.

Saat ini masyarakat Jakarta tengah menunggu bagaimana hasil uji coba KBT dalam menghadapi curah hujan yang besar pada bulan Januari dan Februari 2010. Masyarakat ingin melihat apakah pengoperasian KBT dapat memenuhi target dalam mengatasi banjir Jakarta.

"Itu target yang lebih besar daripada target sekadar tembus ke laut yang merupakan target untuk proyek. Kita akan lihat apakah KBT itu akan efektif atau tidak, untuk membuktikannya kita akan lihat pada musim penghujan yang akan datang, benar nggak KBT bisa mengurangi banjir," jelasnya.

Tidak Bebas Banjir

Pitoyo menyatakan bahwa dengan KBT bukan berarti Jakarta bebas banjir KBT hanya bisa mengatasi masalah banjir pada sebagian wilayah di DKI Jakarta, yaitu sebagian wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur. KBT setidaknya diharapkan akan dapat melindungi 13 kelurahan di DKI Jakarta yakni Kelurahan Cipinang Besar, Cipinang Muara, Pondok Bambu, Duren Sawit, Malaka Jaya, Malaka Sari, Pondok Kopi, Pulo Gebang, Cakung Timur, Ujung Menteng, Marunda, dan Rorotan. Namun begitu, kanal sepanjang 23,5 km ini akan menjadi percuma bila tidak didukung oleh pengendalian dan drainase yang baik.

Sementara itu, masih ada belasan kawasan yang rawan tergenang karena berada di bawah permukaan laut. Untuk mengatasinya, kata Pitoyo, akan digunakan pompa polder.

Pitoyo mengakui, hingga akhir bulan Desember 2009 fungsi KBT belum dapat berjalan optimal. Barulah pada bulan Maret 2010, bersamaan dengan selesainya pengerjaan proyek KBT, maka fungsi KBT dalam mengatasi banjir di sepertiga luas Kota Jakarta agar tidak separah tahun-tahun sebelumnya dapat berjalan secara optimal.

"Nanti airnya akan kita alirkan mulai dari Kebon Nanas, ke Timur, Cipinang Besar, Cipinang Muara hingga Marunda dengan kecepatan rata-rata 390 meter kubik per detik. Mudah-mudahan dengan begitu dapat mengatasi banjir pada musim penghujan di awal tahun 2010," urainya.

Sementara itu pengamat perkotaan dari Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago mengatakan, KBT hanya efektif dalam mengatasi banjir kiriman yang berasal dari hulu-hulu sungai yang mengalir ke wilayah Jakarta. Sedangkan ancaman banjir akibat sistem drainase yang buruk dan hilangnya daerah-daerah resapan tidak dapat ditekan dengan berfungsinya KBT.

"KBT hanya dapat menyelamatkan daerah permukiman yang rawan banjir kiriman seperti Cipinang, Kampung Melayu, Kelapa Gading, dan lain-lain. Sedangkan untuk daerah-daerah yang tergenang air akibat curah hujan yang tinggi dan sistem drainase kota yang buruk, KBT tidak efektif," imbuhnya.[Y-6]



Post Date : 29 Desember 2009