Kekeringan, Petani di Indramayu Mulai Rebutan Air

Sumber:Media Indonesia - 31 Mei 2005
Kategori:Drainase
INDRAMAYU (Media): Kekeringan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Jabar), menimbulkan rebutan air antarpetani hingga nyaris terjadi adu jotos. Keadaan ini memaksa polisi berjaga-jaga di sejumlah sumber air.

Kasus rebutan air terjadi di sejumlah pintu air di Kecamatan Juntinyuat, Karangampel, dan Kecamatan Krangkeng. Bahkan, rebutan air di Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, terjadi sejak Sabtu (28/5) hingga kemarin.

Para petani berlomba mendapatkan air sungai yang mengalir ke irigasi. Namun, akibat debit air terbatas, keributan kecil terjadi di antara petani, tetapi tidak sampai menimbulkan kerusuhan karena sempat dilerai aparat desa setempat.

Di desa ini, sejak Minggu (29/5), sedikitnya lima preman kampung juga menjaga sejumlah pintu air agar air bisa dialirkan ke lahan sawah tertentu. Aksi para preman kampung yang merupakan anggota keluarga petani bermodal kuat itu menyebabkan petani lainnya ketakutan. Petani lainnya terpaksa mengandalkan air seadanya karena jika protes, khawatir terjadi bentrok.

Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bentrok antarpetani akibat berebut air, petugas dari Polsek Juntinyuat berjaga-jaga di beberapa sumber air dan areal persawahan sejak siang hingga sore.

Dari pantauan Media di sejumlah sentra pertanian di Indramayu Timur kemarin, sejumlah petani mengeluh akibat kesulitan mendapatkan air untuk sawah mereka. Ribuan hektare (ha) lahan tanaman padi yang berumur dua bulan sebagian mati karena kekurangan air.

Sementara itu, Menko Kesra Alwi Shihab menyatakan wilayah yang tahun ini menghadapi ancaman kekeringan adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, Papua, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur. Dia mengatakan itu usai rapat koordinasi (rakor) Menko Kesra dengan para menteri, Gubernur NTT, NTB, dan Gubernur Sulawesi Barat di Jakarta, kemarin.

Menurut Alwi, berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), daerah-daerah tersebut rawan kekeringan dan harus dilakukan upaya untuk mengantisipasinya. Bahaya akibat kekeringan, antara lain kekurangan air bersih, kemiskinan, serta pengangguran petani dan buruh tani.

Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kekeringan, ujarnya, menyiapkan lumbung padi hasil panen dan penyimpanan lokal, sosialisasi rawan pangan, perbaikan irigasi, serta penyediaan truk tangki air di daerah-daerah tersebut.

Alwi juga mengungkapkan, karena kekeringan perlu penanganan intensif, pemerintah memutuskan menindaklanjutinya dengan rakor teknis yang dilakukan di provinsi masing-masing.(SR/CR-48/N-1).

Post Date : 31 Mei 2005