Kerugian Rp 25,6 Miliar

Sumber:Kompas - 23 Januari 2013
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SERANG, KOMPAS - Banjir di sejumlah daerah di Provinsi Banten menyebabkan 24.958 hektar sawah tergenang dan 4.270 hektar di antaranya puso. Dari penghitungan sementara, nilai kerugian akibat puso di Banten mencapai Rp 25,62 miliar.

Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Banten Deddy Ruswansyah, Selasa (22/1), di Serang, kerugian sawah puso itu dihitung dari biaya produksi dari awal tanam sampai panen, yaitu Rp 6 juta per hektar. Namun, kerugian itu masih akan dihitung lagi berdasarkan usia padi.

Jika masih di persemaian atau usia menengah, nilai kerugian di bawah Rp 6 juta per hektar. Jika siap panen, nilai kerugian lebih dari Rp 6 juta per hektar.

Deddy menambahkan, data sementara kerugian itu akan dilaporkan ke pemerintah pusat. Pemerintah Provinsi Banten berniat meminta bantuan benih dari cadangan benih nasional karena cadangan benih daerah tinggal 15 ton. ”Setiap petani yang sawahnya puso akan memperoleh 25 kilogram benih per hektar. Jika ada yang belum terdata, akan diusulkan berikutnya,” katanya.

Berdasarkan data sementara Dinas Pertanian dan Peternakan Banten, sawah puso tersebar di Kabupaten Pandeglang, Serang, Tangerang, dan Lebak.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten Ino S Rawita menambahkan, banjir di sebagian besar wilayah di Banten telah surut. Namun, statusnya masih tanggap darurat karena masih ada daerah yang tergenang, seperti di Kota Tangerang, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Tangerang.

Sesuai data sementara BPBD Banten, sebanyak 59.839 rumah di 79 kecamatan pada 8 kabupaten/kota tergenang banjir. Air bah juga menyebabkan tiga orang meninggal dan lima orang tewas akibat longsor. ”Saat ini penghitungan kerugian akibat banjir masih dilakukan,” kata Ino.

Harga gabah tinggi

Dari Jawa Tengah dilaporkan, petani di Kabupaten Grobogan kini mulai panen. Panen ini bersamaan dengan sawah di sejumlah daerah di Jateng yang dilanda banjir. Panen perdana di Grobogan, yang bersamaan dengan banjir, membuat harga gabah di tingkat petani pun tinggi.

Gabah kering panen mencapai Rp 460.000 per kuintal (100 kilogram). Padahal, bila panen berlangsung serentak, harga gabah kering panen hanya Rp 2.600 per kilogram. Hal itu diakui Ketua Kelompok Tani Adil Makmur, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, Giyarno, Selasa.

Harga gabah yang tinggi itu saat panen tak disertai hujan. Jika hujan, harga gabah kering panen menjadi Rp 4.000 per kilogram. Harga gabah saat ini sangat menguntungkan petani.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jateng Agus Eko Cahyono menuturkan, saat cuaca masih ekstrem seperti saat ini, tak semua petani beruntung seperti di Grobogan. Dari laporan pengurus KTNA di Demak, Kudus, dan Grobogan, tercatat sekitar 10.000 hektar lahan padi terkena banjir dan 30 persen di antaranya puso.

Sejumlah petani di Kecamatan Mejobo, Kudus, mengaku terpaksa membiarkan padi yang ditanam puso karena usia padi kurang dari 45 hari. Padi itu tak kuat terendam air bah.

Kirim tim ke Bekasi

Secara terpisah, Koordinator Tim SAR Kabupaten Brebes, Jateng, Adhe Dhani Raharjo, Selasa, menjelaskan, mereka mengirimkan tim untuk membantu penanganan banjir di Bekasi, Jawa Barat. Tim dari Brebes sudah tiba di Bekasi, Selasa pagi.

Adhe menambahkan, Tim SAR Brebes bergabung dengan BPBD Jabar mengevakuasi korban banjir. (WIE/EKI/WHO/HEN)



Post Date : 23 Januari 2013