Ketika Sumur Pantek Menjadi Andalan

Sumber:Republika - 19 September 2005
Kategori:Air Minum
Seorang pria tua tampak tengah menimba air dari sebuah lubang yang terdapat di depan rumahnya. Seember demi seember, diambilnya air yang berwarna kekuningan dari dalam lubang itu. Kemudian, air itu dipindahkan ke dalam dua buah ember yang lebih besar yang telah disiapkannya.

Setelah penuh terisi air, dengan kedua tangannya yang mulai keriput, ia pun mengangkat kedua ember itu dan beranjak menuju samping rumahnya. Di sana, puluhan ekor bebek yang dipeliharanya, telah menantikan kedatangan air yang ia bawa. Riuh suara bebek pun menyambut tatkala air tersebut dia tuangkan ke dalam wadah-wadah minum, yang diletakkan di sudut-sudut kandang ternaknya itu.

Setelah semua wadah minum bagi ternaknya terpenuhi dengan air, pria tua bernama Sodiq (55 tahun) itu, kembali menuju tepian lubang yang terletak di saluran irigasi yang telah mengering dan pecah-pecah akibat lama tak tersiram hujan. Diulanginya lagi aktivitas 'penimbaan' itu. Namun, kali ini, air itu ia bawa masuk ke dalam rumahnya.

Ke dalam bak kamar mandinya yang nyaris kosong, kali ini air dalam ember itu ia tumpahkan Diulanginya lagi hal itu hingga beberapa kali, sampai bak dalam kamar mandinya penuh.

Tak berapa lama kemudian, sang istri, Rukmini (50) pun datang dengan membawa setumpuk piring dan peralatan dapur yang kotor. Tanpa ragu, air dari bak yang telah dipenuhi oleh suaminya tersebut, ia gunakan untuk mencuci semua peralatan itu.

?Masih untung ada sumur pantek. Jadi kami tidak terlalu kekurangan air bersih. Air dari sumur pantek itu, kami pergunakan untuk mandi, mencuci, dan memberi minum bebek-bebek. Meskipun warna airnya agak keruh, namun air dari sumur pantek tidak berasa asin,? papar pria warga Desa Cidempet, Kec Arahan, Kab Indramayu itu.

Sodiq mengatakan, sumur pantek memang selalu menjadi andalan para warga saat musim kemarau tiba. Pasalnya, air dari sumur asli milik mereka, berasa asin. Dan rasa asin pada air sumur itu, akan bertambah saat musim kemarau melanda. Maklum, desa tempat mereka tinggal, merupakan salah satu desa pesisir yang letaknya tidak terlalu jauh dari laut.

?Air asin dari sumur asli, akan membuat badan menjadi gatal-gatal bila dipergunakan untuk mandi. Kalau musim hujan sih mending, air sumur tidak terlalu asin karena telah tercampur dengan air hujan,? tutur Sodiq.

Hal senada diungkapkan pula oleh warga lainnya, Rusmajaya (24). Dia menuturkan, kesulitan air bersih yang melanda desanya itu, telah berlangsung saat musim hujan berakhir sekitar dua bulan silam. Warga, akhirnya beramai-ramai membuat sumur pantek di bekas saluran air irigasi.

Meskpun dari permukaan, saluran irigasi tampak kering dan telah pecah-pecah, namun bila digali, akan dapat mengeluarkan air. Meski tak terlalu bening, namun airnya tidak asin seperti halnya sumur asli.

?Biasanya, setelah digali sedalam lima sampai enam meter, sumur pantek sudah dapat mengeluarkan air bersih,? papar Rusmajaya. Kata dia,, hampir semua warga di desanya, kini beramai-ramai menggali sumur pantek. Biasanya, satu sumur pantek, akan dipergunakan untuk lima kepala keluarga.

Rusmajaya mengatakan, sumur pantek memang tidak sama seperti halnya sumur biasa. Bila sering diambil, maka air dari dalam sumur pantek lama kelamaan akan habis. Dan warga pun, harus kembali menggali sumur pantek di tempat lain. ?Tapi hal itu terpaksa dilakukan, karena warga tidak memiliki pilihan lain,? katanya menjelaskan.

Air bersih, kata Rusmajaya, memang menjadi barang yang langka bagi sebagian warga di desanya, terutama akibat hujan yang belum jua turun sejak dua bulan yang lalu. Kata dia, di desanya, belum mendapat layanan PDAM. ?Padahal kami sudah beberapa kali meminta untuk memasang ledeng kepada PDAM. Namun, sampai sekarang, belum juga terealisasi,? keluhnya.

Dampaknya, ketika musim kemarau tiba, warga membeli air ledeng dari salah seorang warga di desa tetangga, Desa Cantigi Wetan Kec Cantigi, dengan harga Rp 1.000 untuk air sebanyak 40 liter. ?Untuk mendapatkannya pun, para warga harus rela mengantre,? katanya.

Direktur Utama PDAM Kab Indramayu, Suyanto, mengakui, meskipun dirinya mengetahui desa tersebut sebagai daerah langganan krisis air bersih. Namun, pihaknya belum memberikan bantuan air bersih kepada warga di desa tersebut. Pasalnya, hingga kini, pihaknya belum menerima permintaan resmi dari muspika setempat.

?Prosedurnya memang seperti itu. Permintaan resmi tersebut akan menjadi bahan laporan kami,? cetus Suyanto. Ia menambahkan, baru sebanyak 30 persen penduduk Kab Indramayu, yang terlayani PDAM.

Hingga saat ini, jelas Suryanto, daerah-daerah di Kab Indramayu yang belum terlayani layanan PDAM meliputi kawasan Indramayu barat, seperti Kec Cikedung, Anjatan, Sukra, Haurgeulis, Trisi, Patrol, dan Bongas. Sedangkan daerah-daerah yang telah terlayani PDAM, kata dia, baru mencapai kawasan Indramayu timur, seperti Kec Indramayu, Sindang, Balongan, Gabus Wetan, Losarang, Kandanghaur, Juntinyuat, Karangampel, dan Jatibarang.

?Pada 2006, kami akan berusaha mencari investor yang bersedia bekerja sama memasang pipa dan instalasi PDAM bagi daerah-daerah yang belum terlayani air bersih dari PDAM,? tutur Suyanto.( lilis sri handayani )

Post Date : 19 September 2005