Konferensi Bali Berakhir Kompromi

Sumber:Koran Tempo - 16 Desember 2007
Kategori:Climate
NUSA DUA -- Pertemuan perubahan iklim di Bali, yang berlangsung sangat alot sehingga molor sehari, akhirnya mencapai kesepakatan kemarin. Amerika Serikat, yang selama ini menolak meratifikasi Protokol Kyoto padahal menghasilkan emisi rumah kaca terbesar dunia, akhirnya menerima kompromi.

"Kami ke sini juga karena ingin maju dalam sebuah kerangka kerja baru. Kami juga menginginkan roadmap, kesuksesan di Bali," kata Paula J. Dobriansky, ketua delegasi Amerika Serikat, yang sehari-harinya bekerja sebagai Menteri Muda untuk Demokrasi dan Hubungan Global.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon, yang berhari-hari berada di Bali, menyatakan, "Bali Roadmap yang telah disetujui adalah langkah pertama terpenting untuk mencapai perjanjian menghadapi ancaman perubahan iklim."

Angka pemotongan emisi akhirnya disetujui tidak muncul dalam teks kesepakatan. Kendati begitu, angka itu tidak hilang. "Setidaknya ada di dalam referensi dan catatan, " kata Yvo de Boer, Sekretaris Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC).

Kesepakatan Bali memungkinkan putaran perundingan berikutnya bisa dilakukan sehingga pada 2009 diharapkan sudah muncul protokol perubahan iklim baru untuk menggantikan Protokol Kyoto yang kedaluwarsa pada 2012.

Perundingan sempat memanas karena Amerika Serikat ingin agar Cina dan India, dua negara berkembang penghasil emisi berjumlah besar, ikut melakukan pemotongan gas rumah kaca. Dalam Protokol Kyoto, dua negara berkembang itu tidak diwajibkan mengurangi emisi karena, meskipun jumlah totalnya besar, per kapitanya kecil.

Amerika juga menentang masuknya angka pemotongan emisi 25-40 persen pada 2020 dari tingkat emisi 1990 dalam rancangan kesepakatan. Didukung dua negara maju lain penghasil emisi, yaitu Kanada dan Jepang, Amerika membuat perundingan berlarut-larut. Pertemuan mestinya selesai pada Jumat malam, tapi akhirnya mundur hingga Sabtu sekitar pukul 14.30 Wita.

Saat perundingan nyaris gagal, kemarin Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon tiba-tiba masuk ruang pleno. "Saya mohon kepada Anda semua, jangan kecewakan masyarakat dunia," kata Yudhoyono.

Adapun Ban Ki-moon mendesak perlunya sebuah upaya untuk mencapai kompromi. "Saya yakin bahwa Anda semua akan membuat pilihan yang bijaksana," ujarnya.

Ketua Delegasi Indonesia Emil Salim mengatakan tidak mungkin meninggalkan Amerika, yang menghasilkan 36 persen emisi dunia. Dua negara pendukungnya juga menyumbang emisi dalam jumlah besar, yaitu Kanada 8 persen dan Jepang 18 persen. "Sulit mencegah perubahan suhu tetap berada di bawah 2 derajat Celsius (jika mereka tidak bergabung)," ia menegaskan.

Tuan rumah memasukkan usul agar dunia internasional bersedia memberikan kompensasi kepada negara yang memelihara hutan sebagai paru-paru dunia. Usul itu akhirnya disepakati. "Setelah kita yakinkan, semua bisa memahami," kata Emil. ANDREE P | Z WURAGIL | ROFIQI H



Post Date : 16 Desember 2007