Korban Banjir di Kabupaten Bandung Kesulitan Logistik

Sumber:Kompas - 22 Februari 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Bandung, Kompas - Sampai Senin (21/2), air masih menggenang di sejumlah kawasan Kabupaten Bandung. Banjir yang melanda daerah ini sudah terjadi sejak Sabtu lalu, tapi luapan air memuncak pada Minggu. Akibatnya, saat ini korban banjir mulai mengalami kesulitan mendapatkan makanan dan obat-obatan.

Di Kecamatan Dayeuhkolot, air menggenangi empat rukun warga (RW) di Kelurahan Pasawahan, lima RW di Desa Cangkuang Wetan, satu RW di Desa Cangkuang Kulon, dan satu RW di Desa Citeureup. Demikian pula 11 RW di Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, sampai sekarang masih digenangi air.

Berdasarkan data dari Kecamatan Dayeuhkolot, hingga Senin siang, jumlah korban banjir mencapai 13.688 jiwa. Di antaranya, korban banjir di Kelurahan Pasawahan, yaitu 2.805 jiwa, korban banjir di Desa Cangkuang Wetan mencapai 4.859 jiwa, dan di Desa Citeureup berjumlah 785 jiwa.

Selain itu, korban banir di Desa Dayeuhkolot berjumlah 5.119 jiwa dan korban banjir di Desa Cangkuang Kulon sejumlah 120 jiwa. Jumlah rumah tinggal yang terendam air mencapai 2.984.

Berdasarkan pengamatan Kompas, hingga pukul 14.00, ketinggian air di beberapa lokasi mencapai 2,5 meter. Evakuasi terhadap korban banjir terus dilakukan. Akan tetapi, tim evakuasi masih kesulitan untuk menjangkau penduduk yang bertempat tinggal di gang- gang sempit. Selain itu, perahu karet hanya berjumlah tiga buah.

Sementara itu Komandan Rayon Militer Batalyon Zeni Tempur Kapten Infantri Sudjani mengatakan, pihaknya menyiapkan sembilan perahu karet untuk membantu evakuasi warga korban banjir.

Sejumlah warga yang bertempat tinggal di gang-gang terpaksa mengungsi dan mengangkut barang-barang mereka dengan menyusuri jalanan yang tergenang air. Beberapa warga membawa bayi dan pakaian seadanya ke posko penampungan. Beberapa warga lainnya mengungsi dan membawa beberapa barang dengan menggunakan pelepah pisang, perahu kayu, atau rakit.

Akan tetapi, kondisi posko penampungan korban banjir belum memadai untuk menampung ribuan pengungsi. Di Kecamatan Dayeuhkolot hanya terdapat tiga posko untuk menampung pengungsi korban banjir. Sementara itu posko kesehatan hanya berjumlah satu posko, yaitu di Kantor Kecamatan Dayeuhkolot.

Puskesmas kebanjiran

Hingga Senin siang terdapat 13 warga yang melapor ke posko kesehatan karena terkena penyakit kulit dan diare. Sementara beberapa puskesmas di Kecamatan Dayeuhkolot tergenang air sehingga tidak dapat difungsikan.

Ketua RW 05 Kecamatan Dayeuhkolot Yayat Rubaya mengatakan, tiga posko penampungan warga itu belum memadai untuk menampung ribuan pengungsi. Posko itu bahkan belum dilengkapi dengan makanan dan obat-obatan.

Selain itu, warga kesulitan air minum juga dirasakan sejumlah pengungsi. Icen, warga RT 01 RW 10, Desa Citeureup, mengaku, pasokan air terhenti sejak banjir. Biasanya, ia mendapat pasokan air dari pabrik di sekitar tempat tinggalnya. Namun, sejak banjir, kegiatan pabrik terhenti.

"Untuk sementara, posko hanya dapat difungsikan untuk menampung warga pengungsi. Mereka yang tidak tertampung terpaksa menumpang di rumah-rumah penduduk yang tidak terkena banjir. Sebagian lainnya mengungsi ke rumah sanak saudara atau kerabat," kata Yayat.

Camat Dayeuhkolot Agus Zakia mengatakan, pihaknya telah berupaya menghubungi pihak Pemerintah Kabupaten Bandung sejak Minggu lalu. Akan tetapi, hingga kini bantuan belum disalurkan.

Kondisi serupa terjadi di Kecamatan Baleendah. Ribuan warga mengungsi akibat banjir yang mencapai ketinggian hingga 2,5 meter. Sejumlah warga menuturkan, banjir kali ini tergolong paling besar dibandingkan banjir pada tahun-tahun sebelumnya.

Sejumlah desa yang dilalui pembangunan Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang kembali tergenang air. Desa yang terkena banjir yaitu Desa Ciptagumati, Tenjolawut, dan Mandalamukti di Kecamatan Cikalongwetam, Kabupaten Bandung.

Kepala Desa Ciptagumati, Oo Komarudin ketika dihubungi, Senin, mengatakan, bangunan yang kebanjiran terdiri dari empat rumah, dua pabrik teh, serta beberapa petak sawah. Banjir di desanya diakibatkan gorong- gorong yang terlalu kecil, dengan diameter 75 sentimeter. Dia sudah meminta pihak kontraktor untuk menggantinya. (LKT/BAY)

Post Date : 22 Februari 2005