Korban Banjir di Ogan Ilir Enggan Mengungsi

Sumber:Media Indonesia - 27Januari 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
PALEMBANG (Media): Ribuan warga Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatra Selatan (Sumsel), yang rumahnya terendam banjir dan terancam terisolasi enggan mengungsi karena khawatir harta benda mereka hilang.

Hingga kemarin, warga masih bertahan di rumah masing-masing, padahal air yang mengepung tempat tinggal mereka makin tinggi. Di Kecamatan Pemulutan ketinggian air mencapai 3,5 meter. Tetapi, karena rumah warga berbentuk panggung, yang terendam banjir hanya bagian tiang dan tangga.

''Daripada keamanan harta benda kami tidak terjamin, karena itu lebih baik bertahan di rumah,'' kata Ahmad Komri, 45, warga Desa Pematang Bangsal, kemarin.

Berdasarkan pantauan Media, ketinggian air rata dengan lantai rumah-rumah panggung milik penduduk. Bahkan, tangga rumah sudah tidak kelihatan lagi. Warga yang beraktivitas di luar rumah harus menggunakan perahu sebagai sarana transportasi.

Untuk kebutuhan pangan sehari-hari warga mencukupinya dari persediaan yang masih mereka miliki. Namun, apabila banjir tidak segera surut, dikhawatirkan mereka akan kehabisan persediaan.

''Kalau dalam satu minggu ini air tidak surut, maka persediaan makanan menipis. Karena itu, kami berharap segera ada bantuan beras dan bahan makanan lainnya yang bisa didrop menggunakan perahu karet,'' ujar Kasim, warga Desa Maju Jaya.

Luas wilayah yang terendam banjir cukup parah di Kecamatan Pemulutan mencapai 22 desa dari total 28 desa. Bahkan, Desa Sungai Lebung, Naikan Tembakang, Maju Jaya, Pematang Bangsa, Ulak Aurstanding, Palu, Talang Pangeran, Ulak Kembahang, Pelabuhan Dalam, dan Aurstanding, belum bisa dijangkau karena ketinggian air mencapai 3,5 meter. Sedangkan jumlah rumah yang terendam sebanyak 3.450 unit.

Bupati Ogan Ilir Indra Rusdi mengatakan, pihaknya telah meminta warga untuk meninggalkan rumah mereka dan berkumpul di posko-posko bantuan, antara lain di gedung-gedung sekolah yang tidak terkena banjir. Tetapi, ujarnya, warga bersikeras bertahan.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Ilir, katanya, telah mengerahkan empat perahu karet bermesin dan tiga speedboat untuk mengevakuasi warga yang masih tinggal di rumah-rumah yang terendam. Namun, warga menolak diungsikan.

Sementara itu, lalu lintas di Jalan Trans Kalimanatan ruas Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng), yang sempat lumpuh akibat banjir, kemarin, mulai normal setelah air luapan Sungai Kahayan yang menggenangi jalan itu surut. Di tuas tersebut hanya terlihat genangan-genangan yang tidak terlalu mengganggu kendaraan yang melintas.

Truk, bus, mobil pribadi, maupun sepeda motor dari arah Palangkaraya maupun Banjarmasin dapat melintas di jalan itu tanpa harus menggunakan jasa perahu seperti ketika air menggenangi jalan sedalam dua meter.

Sedangkan di Kendal, Jawa Tengah (Jateng), gerusan air sungai menyebabkan tanggul Sungai Bodri sepanjang 60 meter dan tinggi 2,5 meter jebol. Jika tanggul itu tidak segera diperbaiki, pada saat hujan dikhawatirkan dua desa di sekitar lokasi terendam akibat luapan sungai.

Dari Lampung dilaporkan, untuk memperbaiki jalan lintas timur (jalintim), jalan lintas barat (jalinbar), dan jalan lintas tengah (jalinteng) Sumatra yang rusak akibat banjir dan longsor, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung memerlukan dana sekitar Rp36 miliar. Sedangkan untuk dana tanggap darurat khusus bagi jalintim dan jalinbar yang saat ini diperlukan sebanyak Rp8 miliar.

Menurut Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Lampung Taufik Hidayat, kemarin, dana sebesar Rp8 miliar itu sebanyak Rp5 miliar di antaranya untuk tanggap darurat jalintim dan Rp3 miliar, sedangkan untuk jalinbar Rp3 miliar. (AY/SS/VI/AS/N-2)

Post Date : 27 Januari 2005