Korban Banjir Kesulitan Air Bersih

Sumber:Pikiran Rakyat 05 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BANDUNG, (PR).-Sejumlah warga yang menjadi korban banjir di Bandung Selatan mengeluhkan minimnya bantuan makanan, air bersih, dan pengadaan tenda penampungan, serta alas tidur. Akibat terbatasnya tenda-tenda penampungan dan alas tidur, korban banjir harus tidur di halaman rumah warga, masjid, dan sekolah.

Kepada "PR", Senin (4/4), warga korban banjir menilai pemerintah daerah kurang tanggap terhadap persoalan banjir yang menimpa mereka. "Mungkin karena Februari lalu banjir sudah melanda. Jadi, banjir kali ini dianggap sudah biasa dan sesuatu yang rutin," ujar Muhadi (43) warga, Kampung Cigado, Desa Baleendah, Kec. Baleendah, yang terpaksa tidur di teras rumah salah seorang warga.

Dalam penilaian warga, perhatian pemda terhadap banjir kali ini sangat berbeda dengan banjir Februari lalu. Pada banjir Februari, pemda secara rutin membagikan jatah air bersih dan makanan untuk diolah di dapur umum. Namun, pada banjir kali ini, jatah tersebut didapat warga pada siang hari saja, sementara untuk makan pagi dan malam, warga harus mencari makan sendiri.

Penilaian serupa juga disampaikan para korban banjir di Kampung Cijagra, Desa Bojongsoang, Kec. Bojongsoang, yang mengandalkan pemberian dari warga yang melewati Jln. Raya Bojongsoang. "Pada banjir kali ini pihak pemerintah benar-benar sangat lamban menyalurkan bantuan," ujar Budi (32), seorang warga.

Dikatakan Budi, sejauh ini pihaknya banyak membaca berita dari sejumlah media massa maupun televisi mengenai bantuan yang disalurkan untuk korban banjir. Namun, warga hanya merasakan sebagian kecil bantuan tersebut. Itu pun berupa beras, mi instan, dan biskuit. Padahal, yang diharapkan warga adalah bantuan berupa tenda untuk para pengungsi.

Soal langkanya tenda-tenda penampungan, dikeluhakan juga oleh Wawan Darmawan. "Karena tidak tersedianya tenda penampungan, banyak warga yang terpaksa tinggal di tempat seadanya. Tetapi, akibatnya banyak warga yang terserang penyakit karena diterpa udara dingin," ujar Wawan salah seorang warga Kampung Palasari, Desa Pasawahan, Kec. Dayeuhkolot, Kab. Bandung, saat ditemui "PR" di SD Palasari yang jadi tempat penampungan.

Dikatakan Wawan, selama dalam penampungan orang tua terpaksa mengalah dengan lebih memberikan alas tidur kepada anak-anak. Akibatnya banyak orang tua yang memiliki penyakit rematik menjadi kambuh. Demikian pula halnya dengan mereka yang memiliki penyakit maag, sesak napas, atau asma.

Diakui Wawan, untuk mendapatkan obat-obatan saat ini sangat sulit. "Berbeda saat banjir bulan lalu (Februari), baik alas tidur maupun obat-obatan mudah di dapat. Bahkan secara rutin dokter puskesmas keliling memantau ke tempat penampungan," ujar Wawan.

Tidak tersedianya tempat penampungan yang memadai, mengakibatkan sejumlah warga korban banjir di Kec. Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan Baleendah mulai mengalami berbagai macam penyakit. Warga menilai, kurang tanggapnya pemerintah daerah terhadap kondisi warga korban banjir karena banjir di Kab. Bandung dianggap sebagai kejadian rutin.

Air naik

Memasuki hari keenam, Senin (4/4), air yang menggenangi rumah-rumah penduduk di Kec. Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan Baleendah, menjelang siang sempat surut. Namun, akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Bandung dan sekitarnya pada sekira pukul 14.30 WIB, air kembali naik. "Hujan yang kembali deras sejak sore hari membuat air yang sudah surut kembali naik hingga mencapai 20 centimeter," ujar Kasi Informasi dan Kahumas Kec. Dayeuhkolot, Inen, saat di hubungi "PR" sekira pukul 20.00 WIB malam tadi.

Air meninggi terutama terjadi di perkampungan dekat bantaran Sungai Citarum atau anak sungai, seperti di Desa Dayeuhkolot, Citeureup, Pasawahan, Cangkuang Wetan, dan Cangkuang Kulon. Di Desa Pasawahan dan Cangkuang Kulon ketinggian air mencapai 170 centimeter.

Hal yang sama juga terjadi di Kec. Bojongsoang, seperti di Desa Bojongsoang, Bojongsari, dan Tegalluar. Di kawasan Desa Bojongsoang, Bojongsari, Tegalluar, dan Buah Batu, ratusan hektare sawah yang baru berusia satu hingga tiga pekan terendam air. Demikian pula halnya dengan ratusan kolam pembibitan ikan.

Sementara di Kec. Baleendah, ketinggian air yang variatif antara 20 hingga 180 centimeter melanda Desa Rancamanyar, Andir, Bojongmalaka, Kel. Baleendah, dan Manggahang.

"Paling parah daerah yang terendam di Desa Andir dan Bojongmalaka karena lokasinya yang berada di bantaran Sungai Citarum dibatasi jalan," ujar Tono Sodikin, salah seorang petugas Satpol PP Kec. Baleendah, saat ditemui di Posko Satkorlak PBP Kec. Baleendah.

Naiknya air mengakibatkan sejumlah ruas jalan kembali terputus. Seperti Jln. Siliwangi dan Jln. Raya Banjaran, persisnya di Kampung Cigado, Desa Baleendah, Kec. Baleendah. Selain itu, Jln. Raya Dayeuhkolot (M. Toha) antara Jln. Cisirung hingga depan Polsek Dayeuhkolot dan Jln. Raya Bojongsoang betulan Kampung Cijagra, Desa Bojongsoang, Kec. Bojongsoang.

Bandung Timur banjir

Akibat hujan lebat pada Senin (4/4) siang, sejumlah wilayah Kab. Bandung bagian timur mengalami banjir, seperti di Kec. Cileunyi dan Rancaekek. Banjir terjadi akibat permukaan air di sejumlah anak Sungai Citarum meluap, seperti Sungai Cikeruh, Cibodas, Cimande, Citarik, dan Cijalupang. Meski demikian, banjir di Bandung Timur tidak separah di Bandung Selatan.

Beberapa daerah yang paling parah terendam banjir akibat luapan air Sungai Cikeruh antara lain perkampungan Desa Bojongloa, Dangdeur, Kaum, Rancaekek Wetan, dan Jelegong. Ketinggian air di daerah itu berkisar 20 hingga 80 centimeter. Di Desa Kaum, tepatnya di depan Masjid Raya Rancaekek, ketinggian air hampir mencapai 100 centimeter atau setinggi dada orang dewasa. "Padahal sehari sebelumnya (Minggu 3/4) ketinggian air hanya sebatas perut," ujar Jajang (27) warga Desa Kaum, yang untuk sementara terpaksa mengungsikan keluarganya ke rumah familinya.

Kondisi serupa juga menimpa warga Kampung Bojongjati, Kaum, dan Dangdeur, Desa Bojongloa. Ketinggian air yang mencapai 100 centimeter memaksa warganya untuk meninggalkan rumah mereka mencari tempat untuk mengungsi. Banjir yang melanda Rancaekek dan Cileunyi mengakibatkan kemacetan di sejumlah ruas. Seperti halnya di ruas Jln. Raya Rancaekek dan Dangdeur mengalami macet total dan menimbulkan antrean kendaraan hingga sepanjang 2 km lebih.

Sekolah libur Sebanyak 272 murid SD Negeri Mekarsari Kelurahan/Kec. Bale endah Kab. Bandung terpaksa diliburkan sejak Kamis (31/3) hingga Senin (4/4) kemarin karena ruang belajar mereka tergenang banjir akibat luapan Sungai Citarum. Demikian pula murid di SDN Andir 1 dan Andir 3 Kelurahan Andir, Kec. Baleendah mengalami nasib yang sama.

"Mereka baru akan memulai belajar besok (hari Selasa ini) di Madrasah Ibtidaiyah Al Hidayah yang diasuh Pak Haji Atang, itu pun kebagian jam belajar pada siang hari," kata Ny. Cucu (40), salah seorang guru SDN Mekarsari, Senin (4/4).

Senin kemarin beberapa guru wanita yang mengenakan sepatu boot dibantu Jaja (37) Ketua RW Kampung Mekarsari (dulu disebut Cieunteun) terlihat membersihkan ruang sekolah beserta isinya. Upaya pembersihan itu dilakukan sebagai persiapan untuk belajar keesokan harinya jika tidak tergenang banjir lagi. Ketinggian air di dua gedung SD yang terdiri dari 6 ruang belajar dan sebuah ruang guru serta kepala sekolah tersebut, hingga Senin (4/4) siang masih mencapai sekira 25 cm. Sementara sebelumnya mencapai ketinggian hingga 1,5 meter.

Menurut Cucu, sebelum banjir menyergap ruangan belajar anak SD tersebut, pada hari Rabu (30/3) lalu sekolah baru saja mendapatkan bantuan dari Yayasan Budha Tzuchi berupa lemari, papan tulis, serta alat-alat tulis bagi murid. Beruntung, papan tulis dan lemari tersebut masih bisa diselamatkan.

Sejak mengalami renovasi pada tahun 1980-an, gedung SD Mekarsari tanahnya belum pernah dilakukan pengurukan sehingga jauh lebih rendah dari bangunan lain yang ada di sekitarnya. Mengingat seringnya tergenang air sehingga sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar, para guru di SD Mekarsari dan masyarakat setempat berharap pemerintah mengupayakan relokasi ke tempat yang lebih aman dari banjir. Sementara Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kec. Baleendah, Drs. Yayat Hendayana, M.Pd., masih sulit dimintai konfirmasinya. Yayat masih sulit dihubungi, baik melalui telefon ke kantor maupun sambungan telefon selulernya. (A-87/A-146)***



Post Date : 05 April 2005