Korban Berjatuhan, Warga Trauma Konsumsi Air

Sumber:Suara Merdeka - 18 Mei 2011
Kategori:Sanitasi

KERESAHAN warga Dusun Brungkah, Desa Pakisan, Kecamatan Cawas, terhadap ancaman serangan muntaber cukup beralasan. Sebab, selain faktor kondisi geografis dan lingkungan yang mendukung berkembangnya bakteri e-coli, korban semakin hari semakin banyak. Dua pekan lalu korban serentak hanya 42 orang, bertambah menjadi 47 orang dan pekan ini menjadi 51 orang.

Kadus III Desa Pakisan, Suryono, mengatakan, jumlah korban hari Selasa (17/5) sudan mencapai 51 orang. Terus bertambahnya korban dan belum membaiknya korban awal membuat warga semakin risau. ”Desa sudah melaporkan ke Pemkab kondisi itu dan sudah mendapat bantuan,” katanya.

Untuk antisipasi sementara, warga sudah dibantu dengan droping air bersih dari Pemkab. Dari tiga dusun yang terkena serangan, diberikan lima tandon air untuk menampung air bersih Pemkab. Setiap pagi air diisi oleh mobil Pemkab secara gratis untuk keperluan warga.

Meski bantuan air bukan solusi utama tetapi warga sudah banyak tertolong. Desa sendiri sudah mengusulkan bantuan untuk mendapatkan air bersih PDAM, bahkan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) sebagai solusinya. Namun sampai korban terus jatuh, belum ada kejelasan soal usulan warga tersebut.

Tak Berani Minum


Menurut Ketua RT 17, Janto, kejadian muntaber tahun ini tak disangka warga. Sebab, meski hidup di wilayah yang merupakan bekas daerah aliran sungai tetapi warga tak pernah mendengar ada kasus muntaber. ”Baru tahun ini terjadi, sampai-sampai warga tak berani minum air dari sumur sendiri,” jelasnya.

Akibat terus jatuhnya korban, warga saat ini hanya bisa mengandalkan suplai air dari pemkab. Untuk menggunakan air dari sumur sendiri warga ketakutan. Air sumur rumah hanya digunakan untuk mandi dan mencuci, sementara untuk makan dan minum, air dari PDAM.

Penyelesaian masalah itu, menurut Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Klaten, dokter Ronny Roekmito M Kes, hanya dengan menyalurkan air bersih dari PDAM. Alasannya, struktur tanah dan lingkungan sekitar dusun memungkinkan bakteri e-coli berkembang.

Dari penelitian laboratorium, di dusun itu bakteri Escherichia Coli (e-Coli) ada 2.400 di setiap 100 mm air. Angka yang sangat tinggi sehingga mengancam warganya.(Achmad Hussain-85)



Post Date : 18 Mei 2011