Krisis Air Bersih di Parepare Butuh Perhatian

Sumber:Fajar - 09 Mei 2005
Kategori:Air Minum
PENYEDIAAN air bersih di negeri ini masih dianggap sebagai "misi sosial", sementara penentuan tarif dilakukan melalui keputusan politis.

Inilah sebabnya tarif biasanya lebih rendah dari biaya operasional rata-rata. Jangan heran di mana-mana PDAM ngos-ngosan.

Sejalan dengan penerapan otonomi daerah, pemerintah daerah dewasa ini memegang wewenang dalam menentukan pembangunan sarana air bersih.

Dewasa ini terdapat 316 perusahaan air bersih milik pemerintah daerah (PDAM) di seluruh Indonesia. Kebanyakan PDAM itu sebenarnya dalam kondisi bangkrut yang secara teknik merupakan utang yang menahun, investasi yang miskin, aset yang semakin merosot, dan buruknya manajemen.

Situasi tersebut diperburuk lagi oleh miskinnya pengetahuan dan pengalaman pemerintah daerah dalam membuat kontrak dengan pihak swasta. Kebanyakan proyek pembangunan pun terlalu kecil skalanya bagi perusahaan-perusahaan air minum internasional.

Di sisi lain, perusahaan air bersih harus menghadapi masalah-masalah sumber air yang semakin langka dengan kualitas yang semakin buruk.

Penetapan tarif yang didasarkan pada masalah politik, juga menyulitkan perusahan-perusahan untuk mendapatkan dana segar miliaran dollar untuk diinvestasikan sebagai modal saja. Investasi yang diperlukan untuk proyek air bersih di Indonesia diproyeksikan Rp16 triliun atau Rp3,2 triliun per tahun.

Untuk memperbaiki kondisi itu, sebenarnya pemerintah pusat telah menawarkan 24 proyek air besih senilai $327 juta selama berlangsungnya "Infrastructure Summit' belum lama ini.

***

Dengan semakin banyaknya pihak swasta yang ambil bagian di sektor air bersih, pelanggan berharap akan menikmati pelayanan yang lebih baik dan harga yang lebih murah di tengah-tengah persaingan.

Pembangunan air bersih di Indonesia di mulai tahun 1970. Walaupun belum dapat mengejar kebutuhan produk yang semakin bertambah pesat, dengan laju pertumbuhannya mencapai 4 persen per tahun. Kapasitas produksi air bersih dengan cepat meningkat dari 9.000 liter lebih per detik pada tahun 1970 menjadi 94.000 liter per detik tahun 1997.

Khusus di Parepare, dalam perkembangannya, untuk melayani pelanggan yang kini telah mencapai 14.000 sambungan, PDAM Parepare baru memiliki lima unit IPA (dari Sungai Solo Karajae) dengan produksi 33 liter per detik (terpasang 60), 6 unit sumur dalam dengan produksi 62 liter per detik (perpasang 100) dan 1 unit sumur dangkal ynag khusus untuk pelayanan dengan mobil tangki dengan produksi tiga liter per detik (lima buah).

Jumlah ini sudah cukup untuk kebutuhan pelanggan di kota Parepare ke depan setidaknya untuk proyeksi enam tahun. Sumber air di Parepare terutama dari sungai Solo Karajae sangat kondusif. Satu-satunya yang menjadi kegusaran PDAM adalah terjadinya penambangan liar di hulu sungai. Sungai yang menjadi satu-satunya sumber air di Parepare itu digunakan untuk tambang jenis C yang dikhawatrikan bisa menggangu aliran air. ($)

Post Date : 09 Mei 2005