Kurangi Kantong Plastik, Sekarang!

Sumber:Kompas - 17 Juli 2012
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Tertatih-tatih berjalan, Naufal (23) merelakan dirinya kepanasan dan beban di sekujur tubuhnya bertambah akibat tempelan ratusan kantong plastik, Minggu (15/7). Hanya sedikit wajahnya yang tampak karena seluruh tubuhnya ditempeli kantong plastik.
 
Naufal, relawan di komunitas Earth Hour Solo (EHS), merelakan diri menjadi monster plastik, ikon gerakan Diet Kantong Plastik. Ia bersama dua rekannya berjalan mondar-mandir di depan Plaza Taman Sriwedari bersamaan dengan hari bebas kendaraan di ruas Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah.
 
Yup! Naufal dan teman-temannya sedang menyosialisasikan gerakan untuk mengurangi sampah plastik, sekaligus memperingati Hari Antikantong Plastik, 3 Juli.
 
Sampah plastik tak mudah diuraikan alam. Data dari Greeneration Indonesia menyebutkan, sampah kantong plastik yang dihasilkan per orang setahun sebanyak 700 lembar. Padahal, dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar sampah plastik itu hancur dan terurai tanah. Bayangkan, dibutuhkan berapa ratus tahun untuk menguraikan tumpukan sampah yang semakin menggunung?
 
”Rasanya sumuk dan berat. Ya, begini inilah kalau kita tidak segera membatasi menggunakan kantong plastik. Lingkungan kita pun akan terbenam sampah plastik tak ubahnya seperti monster plastik ini,” ungkap Naufal.
 
Rekan-rekan mereka lainnya melayani penukaran dua kantong plastik dengan tas kain untuk belanja. Mulai dari anak kecil, remaja, hingga orang tua antusias menukarkan kantong plastik yang mereka bawa. Ada 700 tas kain yang disediakan yang habis dalam waktu tidak sampai tiga jam. Kantong plastik yang terkumpul akan disalurkan ke pengepul agar tidak mengotori lingkungan.
 
Selain EHS di Solo, London School of Public Relation Climate Change Champions Community (LSPR 4C) juga menggelar aksi ”No Plastic Bag” selama tiga jam di 58 outlet Seven Eleven. Meski hanya tiga jam, LSPR 4C berharap masyarakat menggunakan kantong plastik dengan bijak.
 
Chairman LSPR 4C Siti Nurjanah Mandachan mengatakan, mulai dari proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik tidak hemat energi. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barrel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya.
 
”Fakta inilah yang mendasarkan LSPR 4C melakukan aksi nyata dalam penanggulangan bahaya plastik sebagai bentuk keikutsertaan dalam mencegah bahaya tersebut dengan mengadakan kegiatan 3R3H di Indonesia. Reduce, reuse, recycle in 3 hours (3R3H),” ujar Jana.
 
Menurut Jana, banyak pengunjung yang mendukung program itu, bahkan mereka juga mengusulkan waktunya diperpanjang menjadi satu hari.
 
Bukan hanya gerakan secara massal yang mengajak untuk menyingkirkan kantong plastik. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Anggertimur Lanang Tinarbuko bersama teman-temannya membuat tas kain yang diberi label ”Replacetic”.
 
Awalnya, tas yang diproduksi sekitar 30 lembar itu hanya dipakai oleh Angger dan teman-temannya. ”Kami tergerak untuk membuat tas kain karena terinspirasi untuk mempunyai gaya hidup yang lebih hijau. Akhirnya kami pilih untuk mengganti kantong plastik dengan tas kain,” ujarnya.
 
Angger mengatakan, beberapa teman kuliahnya yang melihat dia menggunakan tas itu kemudian ikut-ikutan memakai tas kain. ”Tas kain jadi gayanya mahasiswa. Hanya saja, saya lihat kalau belanja di supermarket, mereka tetap saja tidak menolak kantong plastik. Jadi, saya melihat masih banyak yang belum menyadari bahaya kantong plastik yang sulit diuraikan alam,” kata Angger.
 
Memang, bukan hal yang mudah untuk mengajak masyarakat memiliki gaya hidup tanpa kantong plastik. Kalau kita belanja di pasar, pasti diberi kantong plastik. Bahkan, pedagang di pasar merasa tidak enak kalau tidak memberi kantong plastik.
 
Begitu pula dengan belanja di supermarket. Ada beberapa supermarket yang menawarkan kardus untuk mewadahi belanjaan kita, tetapi masih jarang sekali. Masyarakat pun kadang ogah membeli tas kain yang disediakan di supermarket. Mereka lebih memilih kantong plastik yang didapatkan secara gratis.
 
Dipakai lagi
 
Berdasarkan survei Greeneration Indonesia tahun 2009 dengan 419 responden, sebanyak 73 persen responden sebenarnya telah memiliki kantong belanja yang bisa dipakai berulang-ulang. Namun, 79 persen dari jumlah itu tidak membawanya saat berbelanja karena lupa (63 persen) dan malas (15 persen).
 
”Untuk itu, kami ingin mengingatkan lagi masyarakat agar tidak lupa membawa kantong belanja yang bisa dipakai ulang untuk menghindari pemakaian kantong plastik,” kata Koordinator EHS Budi Prajitno.
 
Public Relations and Networking Headbag Mob Solo Sadrah Deep mengungkapkan, aksi Diet Kantong Plastik berawal di Bandung dan Jakarta yang diinisiasi oleh Greeneration Indonesia, organisasi nirlaba yang bergerak di bidang lingkungan. Kegiatan ini lantas berlanjut ke Solo dan dilaksanakan oleh EHS yang terbentuk awal 2012.
 
Jika masyarakat belum menyadari penggunaan kantong plastik dengan bijak, mengapa tidak kita mulai dari diri sendiri. Siapa tahu, sebagai mahasiswa kita bisa mengajak orang lain memiliki gaya hidup meminimalkan penggunaan kantong plastik.(Sri Rejeki/Susie Berindra)


Post Date : 17 Juli 2012