Laju Penutupan Drainase Sangat Tinggi

Sumber:Suara Pembaruan - 18 April 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
[JAKARTA] Laju penutupan saluran air atau drainase oleh material lumpur atau pasir di beberapa wilayah di Jakarta sangat tinggi. Dalam setahun, laju penutupan bisa mencapai 50-90 persen dari kapasitas drainase.

Tingginya penyumbatan drainase itu, merupakan salah satu penyebab genangan air di beberapa ruas jalan saat hujan deras mengguyur Jakarta. Akibat lebih lanjut, genangan air tersebut, menghambat laju kendaraan sehingga terjadi kemacetan di beberapa ruas jalan.

Menurut Kepala Seksi Pemeliharaan Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Timur, Hadi Sunaryo, tingginya kandungan lumpur dalam air buangan maupun sampah yang dibuang ke sistem drainase, mempercepat laju penutupan drainase.

Dikatakan, upaya normalisasi yang dilakukan selama ini tidak berjalan maksimal karena minimnya sumber daya manusia maupun dana. Idealnya, setiap drainase dinormalisasikan minimal dua kali setahun.

Masalahnya, dana yang dialokasikan hanya cukup untuk satu kali normalisasi. Sebagai contoh, menurut Hadi, biaya normalisasi, pemeliharaan, dan pembuatan drainase baru untuk 10 kecamatan di Jakarta Timur dianggarkan Rp 10 miliar per tahun.

Dana itu sangat minim, sehingga beberapa ruas jalan di Jakarta Timur kerap tergenang air pascahujan, antara lain Jl Kolonel Sugiono, Jl DI Panjaitan, dan Jl Ahmad Yani. Namun, menurut Hadi, genangan air di Jl Kolonel Sugiono terjadi bukan karena drainase yang buruk, tetapi limpahan air dari Kali Cipinang yang terlalu besar.

Jalan Kolonel Sugiono dan Basuki Rahmat, diperkirakan akan terbebas dari genangan saat Kanal Banjir Timur mulai berfungsi. Sementara, genangan di Jl DI Panjaitan dan Jl Ahmad Yani berasal dari tumpahan air jalan tol yang berada di atas kedua ruas jalan itu.

Rawan Banjir

Sementara itu, di wilayah Jakarta Pusat, berdasarkan data dari Dinas PU DKI Jakarta, terdapat 10 titik rawan banjir karena kurang berfungsinya sistem saluran air, antara lain di Petamburan, Tanah Abang, Jati Pinggir, Gunung Sahari, Serdang, dan Kemayoran. Jika hujan deras kurang dari 30 menit saja, kawasan tersebut dipastikan tergenang.

Meski banjir sudah lama berlalu, perbaikan sistem saluran air di Jakarta Pusat belum usai. Di sana-sini masih banyak ditemukan tumpukan karung pasir untuk mencegah luapan air.

Padahal, pencegahan luapan di satu tempat hanya akan mengalirkan air dan memperluas genangan di tempat lain.

Kepala Seksi Pemeliharaan Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Pusat, Djumali mengatakan, sistem saluran air terganggu disebabkan banyak saluran air yang kini tertutup rapat oleh lapisan beton sehingga pemeliharaan, seperti pembersihan dan pengurasan sampah, sulit dilakukan.

"Seperti yang terjadi di sepanjang Jalan Pangeran Jayakarta, Mangga Dua Selatan. Saluran air tertutup oleh semen atau rapat ditutup dengan susunan balok-balok beton. Padahal, kawasan ini harus sering dibersihkan agar saluran air mampu menampung luapan air hujan, air buangan rumah tangga, serta pasang surut air laut," kata Djumali.

Suku Dinas Pekerjaan Umum Jakarta Pusat akan segera mengupayakan penambahan pompa untuk lokasi tertentu, seperti di Mangga Dua Selatan. [L-11]



Post Date : 18 April 2007