LAPORAN PEMAPARAN KONSEP CLTS (COMMUNITY LED TOTAL SANITATION)

Sumber:Berita AMPL -15 September 2004
Kategori:MDG
Lokakarya ini merupakan kegiatan pemaparan konsep CLTS oleh pakar dalam rangka mendukung pencapaian tujuan MDGs khususnya dalam pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) di Indonesia. Kegiatan ini merupakan tindaklanjut dari pembahasan kerangka acuan kerja mengenai CLTS antara Pokja AMPL dengan Bank Dunia beberapa saat yang lalu.

Community Led Total Sanitation (CLTS) adalah sebuah konsep proyek pembangunan bidang sanitasi berbasis masyarakat tanpa subsidi. Tentu saja adanya penekanan kata tanpa subsidi di sini menarik perhatian dari berbagai kalangan untuk mengetahui CLTS lebih dalam. CLTS ini telah diterapkan di berbagai negara seperti Bangladesh, Nepal, India, Zambia dan beberapa negara lainnya. Dari beberapa penerapan tersebut, tingkat keberhasilan yang dicapai cukup tinggi. Hal tersebut menambah alasan untuk mengetahui seluk beluk CLTS dan kemungkinannya untuk diterapkan di Indonesia.

Secara umum, konsep CLTS ini mempunyai pendekatan yang berbeda dengan konsep lain dalam membangun sarana sanitasi yang berbasis masyarakat. Konsep ini dapat dikatakan diawali dengan memberikan shock therapy pada masyarakat mengenai pentingnya hidup sehat. Akibat dari shock therapy tersebut masyarakat secara tidak sadar melakukan perubahan perilaku secara drastis dan hasil akhirnya adalah peningkatan kesadaran dan kualitas hidup masyarakat. Berarti dapat disimpulkan beberapa kelebihan dari konsep CLTS, yaitu:

  • Memerlukan waktu yang singkat untuk mengubah perilaku masyarakat
  • Sangat efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hidup bersih dan sehat
  • Memberdayakan masyarakat tanpa bantuan/subsidi
  • Menurunkan tingkat BAB di daerah terbuka dalam waktu yang singkatWalaupun demikian, konsep CLTS ini masih mempunyai beberapa kelemahan yaitu:
  • Konsep CLTS ini mempunyai kesan bahwa masalah kesehatan telah selesai dengan tidak adanya BAB di daerah terbuka. Padahal sebenarnya hanya merupakan penyelesaian masalah dalam jangka pendek
  • Adanya kemungkinan pencemaran air tanah akibat pembangunan toilet yang sangat sederhana. Hal ini justru akan membahayakan kesehatan masyarakat setempat di masa yang akan datang
  • Monitoring yang dilakukan masyarakat baru sebatas siapa yang belum membangun toilet, padahal yang perlu dilakukan monitoring adalah pengendalian dari pembangunan toilet itu sendiri. Jika setiap orang membangun toilet tanpa aturan maka di masa yang akan datang hal tersebut hanya akan membawa masalah yang lebih besar
  • Adanya kemungkinan banjir yang tentunya dapat meluapkan isi dari toilet sederhana masih belum dikaji secara mendalam. Fokusnya hanya bahwa masyarakat akan membangun lagi toilet sederhana tersebut.
Konsep CLTS ini mempunyai kekuatan dalam membangun kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat dalam waktu yang cukup singkat dan tanpa subsidi. Tetapi dikarenakan dalam hal pembangunan secara fisik konsep ini tidak terlalu memperhatikan efek-efek samping yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka perlu dilakukan penyempurnaan agar pada saat akan diterapkan di Indonesia, kelemahannya dapat diminimalisasi terlebih dahulu. Kemungkinan yang terjadi adalah konsep CLTS hanya akan diadopsi sebagian saja, yaitu dalam hal membangun kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat dalam waktu yang singkat. Pengadopsian tersebut seharusnya dilakukan oleh semua proyek yang berbasis masyarakat. Tetapi untuk pembangunan tanpa subsidi masih sangat sulit untuk dilakukan dengan sempurna. Mungkin bukan pembangunan yang sama sekali tanpa subsidi, tetapi pembangunan dengan subsidi yang rendah. Pemerintah tetap mempunyai peran sebagai fasilitator, baik dalam hal bantuan dana maupun bantuan teknis, karena perlu diingat bahwa dana tersebut juga merupakan dana rakyat.

Post Date : 15 September 2004