Lindungi Air untuk Bumi

Sumber:Media Indonesia - 21 April 2011
Kategori:Air Minum

AIR merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk makhluk hidup. Ketersediaan dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan sumber daya air. Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa menjadi masalah seperti banjir atau longsor.

Elemen dasar kehidupan yang sering disebut sebagai emas biru ini kian hari memiliki kecenderungan mengalami penurunan kualitas sekaligus kuantitas yang layak dibutuhkan manusia. Oleh karena itu tenaga profesional dalam pengelolaan sumber daya air sangat diperlukan.

Air dalam sejarah kehidupan manusia memiliki posisi sentral dan merupakan jaminan keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi.

Banyaknya masalah yang akan timbul jika bumi ini kekurangan air perlu dipecahkan melalui manajemen pengelolaan sumber daya air yang efektif, di mana pengelolaan `si emas biru' secara terpadu sudah menjadi kewajiban kita bersama.

Menurut pakar hidrogeologi Universitas Gadjah Mada Dr Ir Heru Hendrayana, dari sisi kuantitas, kondisi air permukaan saat ini masih bagus, namun kualitasnya telah menurun. "Pencemaran oleh limbah rumah tangga dan industri kerap dituding sebagai penyebabnya, terutama di wilayah perkotaan," ungkap Heru.

Kualitas air permukaan yang saat ini menjadi komoditas utama sebagian besar masyarakat dunia tidak mungkin akan bertahan lama jika tidak dibarengi dengan pendidikan lingkungan yang layak, khususnya dalam pe ngelolaan air.

Heru mengatakan saat ini yang masih bisa menjadi jalan keluar dari kelangkaan air adalah menggunakan sumber air bawah permukaan yang masih memiliki kualitas dan kuantitas yang terjaga.

Pemerintahan lewat Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebagai pihak yang mengeluarkan kebijakan mengenai penggunaan air, khususnya air tanah dangkal atau air permukaan akan terus mempertegas pengelolaan dan penggunaan air permukaan, terutama bagi industri dan pengelola gedung gedung bertingkat.

"Ini perlu dibereskan secepatnya, kita akan terus mendorong agar air permukaan terjaga dengan mengawasi industri, khususnya di kota besar," ujar Wakil Menteri PU Hermanto Dardak ketika dihubungi Media Indonesia, kemarin.

Selain itu, ketegasan dari berbagai tingkat pemerintahan harus terus ditingkatkan baik di daerah maupun pusat, "Persediaan air permukaan semakin kritis, apalagi jika penggunaan air untuk industri tidak dikontrol. Ini akan menjadi perhatian lebih bagi kami," ujar Hermanto dengan tegas. Sementara itu, untuk pengelolaan air tanah dangkal atau permukaan bagi perusahaan pengelolaan air minum kemasan pun harus dilakukan dengan pengawasan ketat.

“Diperlukan studi komprehensif untuk membuka eksplorasi daerah mata air, dan biayanya tidak murah. Oleh karena itu, perlu pengawasan yang ketat,” ujar ahli Geologi sekaligus Dekan Fakultas Universitas Padjadjaran Dr Hendrawan.

Hendarwaman menjelaskan, idealnya setiap perusahaan air minum dalam kemasan sebelum membuka eksplorasi mata air perlu melewati tahap penelitian secara hidrogeologis. Tahap itu masuk studi pengeboran serta geofisika.

Setelah tahap hidrogeologi, tahap berikutnya adalah hidrologi dan hydrochemistry atau proses isotop. Yang terpenting setelah melewati tahap wajib eksplorasi mata air itu, kemudian menilai kualitas studi lingkungan yang ada di sekitar mata air.

"Semua ini wajib dilakukan setiap perusahaan AMDK, dan setahu saya yang telah melakukan proses ini adalah Aqua, sedangkan yang lain baru memulai teknik seperti ini dan belum populer di perusahaan AMDK," pungkas Hendarmawan.

Konsep terpadu Saat ini telah banyak air siap minum dalam kemasan di pasaran yang menjamin kualitas air untuk kebutuhan tubuh, salah satunya adalah Aqua.

Merek air kemasan Aqua bisa dikatakan memiliki jaminan kualitas bagi konsumennya, khususnya di Indonesia.

Namun apakah kualitas yang dihadirkan Aqua sejalan dengan kesadaran untuk menjaga air dari hulu ke hilir di kawasan eksplorasi sumber daya air yang diambil?

Manager Water Resource Aqua Danone Wahyu Triharja mengatakan Aqua tidak sertamerta mengambil air kemudian mengabaikan tempatnya begitu saja.

"Aqua memiliki konsep terpadu dalam pengelolaan air dan itu menjadi komitmen seluruh stakeholder Aqua yang ada di seluruh Indonesia," paparnya.

Menurut Wahyu, pihaknya menerapkan konsep terpadu yang berpegang pada tiga pilar utama dalam manajemen pengelolaan air yang baik, untuk menjaga kawasan eksplorasi air tetap lestari. “Tiga pilar tersebut adalah kuantitas, kualitas, dan proteksi terhadap sumber air” tegasnya.

Wahyu menambahkan, tiga pilar utama tersebut selain memberikan perlindungan juga sekaligus dapat melihat unsur-unsur yang memengaruhi sumber daya air seperti siklus air, kondisi hidrogeologis, dan aktivitas serta konsumsi air manusia.

Untuk mampu mempertahankan air dari sisi kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan semua makhluk hidup, diperlukan pemahaman dan pendidikan bagi masyarakat di sekitar sumbar daya air. “Aqua bersama masyarakat di sekitar kawasan mata air memberikan pendidikan sekaligus pengetahuan bagaimana mengelola sumbar daya air dengan bijaksana. Sambutan masyarakat sangat baik,” kata Wahyu.

Empat pendekatan melalui pendidikan dan pengetahuan dilakukan lewat sosio-economic, nature and environment, institution development, dan pendidikan lingkungan untuk masyarakat yang dilakukan Aqua Danone di bawah ketiga pilar utama tersebut.

Ini merupakan satu lagi langkah Aqua sekaligus sumbangsih dalam rangka menyelamatkan air untuk generasi di masa mendatang. Dengan memberikan kesadaran sekaligus pengetahuan akan pentingnya menjaga lingkungan guna menda patkan air berkualitas perlu dilakukan semua pihak, tidak hanya produsen-produsen air minum, tapi seluruh manusia secara individu maupun ke lompoknya, termasuk warga negara Indonesia yang termasuk dalam lingkaran warga dunia. (*/S-25)



Post Date : 21 April 2011