Lingkungan Hijau, Efisien Air dan Energi

Sumber:Kompas - 13 Desember 2007
Kategori:Climate
Selama satu dasawarsa terakhir, pemanasan global dan perubahan iklim telah membuat sekitar 1.800 orang ahli dari seluruh penjuru dunia berbagi pengetahuan mengenai penyebab, dampak, serta rekomendasi untuk mengatasinya melalui forum-forum ilmiah multilateral.

Dan, pada paruh pertama bulan Desember tahun ini, isu yang paling mengancam keberlangsungan hayati di bumi ini telah mencapai tahap keniscayaan politis. Diperkirakan sekitar 15.000 orang dari seluruh penjuru dunia telah berkumpul di Bali untuk mendorong seluruh pemimpin politik di dunia, terutama negara-negara maju, untuk membuat kebijakan yang mendukung upaya menghentikan laju pemanasan global.

Isu ini menjadi tantangan besar bagi para pengembang permukiman karena mereka perlu mengubah paradigma dari membangun permukiman yang nyaman, yang pada umumnya diasosiasikan paralel dengan penggunaan energi listrik yang tinggi untuk pendingin ruangan dan penggunaan perkakas rumah tangga modern, ke arah paradigma menciptakan permukiman yang diharapkan tetap nyaman, adil secara sosial, tetapi lebih ramah lingkungan dengan mekanisme pembangunan bersih. Misalnya dengan menggunakan bahan-bahan alamiah yang tingkat polusinya rendah, mendesain bangunan dengan sistem pemanfaatan energi serta sistem penggunaan air yang efisien. Kredonya adalah permukiman dengan gaya hidup baru yang lebih hijau.

Para pengembang juga dihadapkan pada pilihan-pilihan untuk menggunakan bahan bangunan yang proses pembuatannya juga bertanggung jawab secara lingkungan, atau yang secara populer disebut sebagai bahan-bahan yang jejak kaki karbonnya rendah. Misalnya menggunakan kayu dari daerah yang menjamin reboisasi hutan serta menggunakan semen yang dibuat oleh pabrik yang menerapkan mekanisme pembangunan bersih (misalnya menggunakan bahan bakar batu bara, tetapi dengan metode penangkapan emisi karbon agar karbon tidak merusak lapisan ozon).

Atau yang juga disebut sebagai bangunan yang menggunakan produk atau perkakas yang lulus uji sertifikat lingkungan dan sosial, misalnya menggunakan kayu bersertifikat, bahan-bahan atau produk perdagangan yang adil (fair trade products), serta bahan-bahan daur ulang. Tantangan lainnya adalah pengelolaan sampah yang efisien serta suplai energi yang menggunakan energi terbarukan yang lebih bersih.

Konduktor kerja sama

Manusia tak mungkin hidup tanpa energi. Energi adalah kebutuhan dasar manusia dan merupakan komponen utama pembangunan. Oleh karena itu, isu perubahan iklim menjadi persoalan politik seluruh bangsa yang ada di muka bumi. Untuk menghasilkan semen yang diproses dengan metode penangkapan emisi karbon, misalnya, tentulah membutuhkan keputusan politik karena implikasi anggarannya bisa memengaruhi harga-harga komoditas lainnya, tak hanya memengaruhi struktur manajemen pabrik.

Yang bisa disumbangkan para pengembang tanpa harus menunggu keputusan-keputusan politik di tingkat negara dan di tingkat antarnegara-negara Selatan dan negara-negara di Utaradi mana negara-negara Utara yang sudah maju memiliki jejak kaki karbon per kapita jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara berkembang di belahan Selatan karena penggunaan energinya juga jauh lebih tinggiadalah membuat arsitektur bangunan yang mampu memanfaatkan energi terbarukan yang tingkat polusinya rendah. Misalnya arsitektur bangunan yang mampu menangkap energi matahari secara maksimal serta memasang peralatan yang bisa mengubah panas matahari tersebut menjadi energi listrik.

Bekerja sama dengan asosiasi arsitek IAI, misalnya, para pengembang mungkin bisa mengundang para peneliti energi surya untuk berbagi pengalaman mengapa selama lebih dari dua dekade ini proyek energi surya tidak bisa dikembangkan di negeri tropis macam Indonesia yang sangat kaya sinar matahari. Forum seperti ini, dengan momentum kelangkaan energi fosil, diharapkan bisa membantu mencari terobosan guna menjawab tantangan pemanasan global.

Gagasan tentang permukiman yang ramah lingkungan dengan sistem pemanfaatan energi dan air yang efisien bukanlah hal baru. Banyak pihak yang sudah memiliki gagasan tersebut kendati masih belum diwujudkan. Chatarina Any Sulistyowati dan David Sutasurya di Bandung, misalnya, sejak beberapa tahun terakhir telah memimpikan untuk merintis perkampungan yang tidak hanya ramah lingkungan dengan lahan sayur organik dan dengan produksi sampah seminimal mungkin, efisien dalam pemanfaatan air dan energi terbarukan, tetapi juga demokratis serta menghormati keanekaragaman sosial.

Agaknya tidak lama lagi pasangan aktivis ini akan menemukan momentumnya untuk bisa mendapatkan mitra serta kolaborator guna mewujudkan gagasannya yang indah. Isu perubahan iklim yang diusung PBB dalam konperensi para pihak di Bali selama paruh pertama bulan Desember adalah ibarat konduktor orkestra, yang akan membuat berbagai sektor bekerja sama demi keberlangsungan hayati.

Mau tak mau, isu pemanasan global telah menjadi panduan kerja sama antarmanusia, antarsektor, demi keadilan dan keberlanjutan hidup bersama secara harmonis. Dan, para pengembang, para aristek, para pembuat kebijakan penataan lingkungan, serta masyarakat dan semua pihak yang mencintai kehidupan, saatnya memulai langkah dengan mempertimbangkan jejak kaki karbon.

Nusya Kuswantin, Pemerhati Lingkungan dan Perumahan



Post Date : 13 Desember 2007