Lingkungan Sehat Berarti Rumah juga Sehat...

Sumber:Pikiran Rakyat - 01 November 2010
Kategori:Lingkungan

PENATAAN lingkungan tidak akan bertahan jika yang diperbaiki hanya yang tampak dari luar. "Kalau jalannya bersih tetapi rumahnya kotor, juga tidak ada artinya," kata Fasilitator Bandung Grean and Clean (BGC) RW 7 Kel. Cipamokolan, Kec. Rancasari, Kota Bandung, Ira Pantjawidi.

Maka tidak hanya cukup menata koridor perumahan, kini RW 7 mulai mengembangkan rumah sehat. Saat ini, terdapat empat belas rumah sehat yang dijadikan percontohan. Rumah sehat itu tersebar di 14 RT di RW 7.

"Awalnya, banyak yang menganggap rumah sehat itu harus bagus. Padahal tidak begitu. Rumah yang sehat tidak selalu bagus, rumah sederhana pun bisa jadi rumah sehat," katanya.

Ira menjelaskan, rumah sehat yang sedang disosialisaskan ini adalah rumah yang melaksanakan prinsip Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Misalnya penyediaan ventilasi yang cukup, pemeliharaan kebersihan, tidak ada jentik nyamuk di penampungan air, penggunaan jamban yang bersih, pemilahan sampah rumah tangga, penanaman tanaman obat keluarga (TOGA), serta penghijauan.

Tidak sekadar kebersihan tempat tinggal, PHBS juga memperhatikan cara hidup pemilik rumahnya. Misalnya tidak merokok serta mengonsumsi makanan bergizi.

"Perilaku penghuni rumah juga diperhatikan. Misalnya mencuci tangan dengan sabun. Jika di dalam rumah itu ada ibu menyusui, bayinya diberi ASI eksklusif. Jika ada ibu hamil, memeriksakan kesehatannya rutin," tuturnya.

Rumah sehat ini diharapkan mampu menciptakan keluarga yang sehat. Gaya hidup sehat ini coba ditularkan melalui ajang pertemuan rutin di lingkungan RW. "Selama ini kita mengampanyekan lingkungan yang bersih, kalau rumahnya tidak bersih kan percuma," ujarnya.

Rumah sehat di kawasan Riung Bandung ini merupakan kelanjutan dari penataan lingkungan yang mulai digerakkan pada 2007. Saat itu, kondisi lingkungan masih belum rapi. "Asal ada tempat sampah saja," tuturnya pula.

Kondisi ini perlahan mulai diubah. Misalnya, menata koridor di perumahan. Setiap koridor ditanami tumbuhan berbeda antara jalan satu dan lainnya. Satu koridor jalan ditanami dengan palem kuning, koridor lainnya ditanami euphorbia, bugenfil, azalea, dan puring. Tanaman-tanaman ini kemudian tumbuh dan berkembang sehingga menjadi ciri di setiap koridor.

"Konsep ini semakin dimatangkan setelah mengikuti BGC. Kami melengkapi dengan lubang biopori serta pengolahan sampah melalui komposting. Meskipun sebelumnya komposting sudah ada, sekarang semakin digiatkan," tutur Ira.

Hasilnya, RW 7 yang dulu termasuk salah satu daerah langganan banjir, kini tidak lagi banjir. Berkat lubang biopori itu, air hujan bisa terserap dengan cepat. Genangan air hujan tidak pernah berlama-lama. (Catur Ratna Wulandari/"PR")



Post Date : 01 November 2010