Longsor dan Banjir Landa Tasikmalaya dan Kuningan

Sumber:Pikiran Rakyat - 29 Nopember 2004
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
SELAMA November 2004, longsor dan banjir telah melanda beberapa daerah di wilayah Kab. Tasikmalaya. Kerugian yang dialami warga cukup besar diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Berdasarkan catatan "PR", di Kab. Tasikmalaya longsor telah menimpa beberapa daerah di Kecamatan Cineam, Cikatomas, Sukahening, Cigalontang dan Mangunreja. Sedangkan banjir bandang cukup besar menimpa wilayah Kec. Cipatujah dan Karangnunggal.

Longsor di Kec. Cineam, bersamaan dengan turunnya hujan lebat, Jumat (5/11) malam sekira pukul 23.00 WIB. Di Kecamatan Cineam sempat terjadi longsor di dua lokasi berbeda. Akibat longsor terjadi di sekira Dusun/Desa Cisarua Kec. Cineam mengakibatkan ruas jalan Cisarua - Cineam sepanjang 15 meter, tidak bisa dilalui karena tertimbun tanah longsor berasal dari tebing ketinggian sekira 7,5 meter. Namun dalam peristiwa itu tidak ada korban jiwa. Pada hari yang sama, longsor terjadi pula di Dusun Cikurawet Desa Pasirmukti Kec. Cineam, menyebabkan tertimbunnya areal pesawahan dan lahan darat disana seluas 300m2. Di wilayah Kecamatan Cineam sendiri, terdapat beberapa daerah yang termasuk kategori rawan longsor, diantaranya sekira Desa Cikondang, Pasirmukti dan Cisarua. Di tiga desa itu terdapat banyak tebing curam dan kondisinya tanahnya relatif labil.

Hujan deras terus-menerus mengakibatkan beberapa lokasi di Desa Linggajaya dan Sindang Asih terkena longsor. Selain menimpa areal sawah dan jalan, longsor terjadi pula dua hari berturut-turut hingga Senin (8/11), sekira 20.00 WIB telah merusak pula jembatan gantung serta menyebabkan satu hewan ternak mati. Di Desa Linggalaksana terdapat tiga titik lokasi longsor, yaitu menimpa lapangan sepak bola milik desa berukuran 50 x 20 meter kerugian diperkirakan Rp 30 juta. Kemudian menimpa lahan sawah di blok Pasarbungur seluas 10 x 5 m2 dan jalan desa sepanjang 7 x 3 m .

Selain itu satu ekor sapi dengan berat 4 kuintal milik Sahri dari kelompok Mekarjaya mati tertimbun longsor. Demikian pula di Desa Sindang Asih terjadi di beberapa lokasi. Longsoran tanah menimbun jalan desa di Blok Dalung sepanjang 30 m, di Blok Cadasanyelir 15 m dan Blok Cikuya 10 m. Kemudian merusak pula jembatan gantung kali Cimedang di blok Cisepet berukuran 80 x 2m. Akibat musibah itu menyebabkan kerugian yang diderita masyarakat sekira Rp 56 juta, terdiri dari Ds. Linggajaya kerugian Rp 38 juta dan Sindang Asih Rp 18 juta.

Di Kec. Sukahening longsor terjadi, Selasa (9/11) malam sekira 23.27 WIB, mengakibatkan kirmir jalan yang menghubungkan Desa Sukahening dan Desa Kiarajangkung ambrol. Sehingga jalan di Pasir Loklok, Desa Sukahening, Kec Sukahening, Kab. Tasikmalaya, sepanjang 20 meter tertutup longsoran kirmir setinggi 2,5 meter. Kemudian di Kec. Cigalontang, dua rumah warga Desa Cidugalen, Kamis (11/11) sekira pukul 13.00 WIB hancur terseret longsor. Kedua rumah yang rusak terseret longsor, masing-masing milik Dayat (46) berukuran 7 X 5 meter di Kp Koceak, Desa Cidugalen, Kec. Cigalontang. Kemudian milik Nana (40) berukuran 5 X 7 meter terletak di Kp Cingalome, Desa Cidugalen, Kec Cigalontang, juga hancur disapu longsor. Nilai kerugian akibat rusaknya dua rumah warga itu diperkirakan mencapai Rp 30 juta. Selain rumah, musibah tersebut menyebabkan jembatan yang menghubungkan Desa Cidugalen dan Desa Sariwangi sempat tidak bisa digunakan. Pasalnya jembatan tertutup air, bersamaan dengan meluapnya air sungai di Blok Sasak Kp. Sosok, Desa Cidugalaen, ketinggian air diperkirakan antara 1 - 2 meter.

Kondisi serupa terjadi pula di Kec. Mangunreja, tiga rumah warga di Kampung Cipulus Desa Sukasukur, Kamis (18/11) sekira pukul 19.00 WIB rusak akibat terseret tanah longsor. Ketiga rumah yang rusak itu masing-masing milik Maman, Oyo dan Atang. Berdasarkan laporan tersebut, menyebutkan akibat rusaknya tiga rumah warga itu Maman yang memiliki rumah berukuran antara 8 x 6 meter diperkirakan nilai kerugiannya sekira Rp 30 juta, Oyo pemilik rumah berukuran 5 x 7 meter mengalami kerugian sekira Rp 28 juta dan Atang yang rumahnya berukuran 4 x 6 meter nilai kerugiannya ditaksir Rp 20 juta. Sehingga nilai total kerugian yang diderita akibat musibah tersebut diperkirakan mencapai Rp 78 juta.

**

BANJIR terjadi di dua kecamatan, yaitu Cipatujah dan Karangnunggal. Banjir di Kec. Cipatujah mengakibatkan sekira 78 rumah warga tersebar di lima Kampung Desa Ciandum Kec. Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (20/11) dini hari sekira pukul 01.00 WIB terendam air, bersamaan dengan meluapnya sungai Cipanyerang yang melintas di lima kampung tersebut. Akibat derasnya arus sungai, dua rumah panggung milik warga di Kampung Kulur rusak terseret arus air. Kedua rumah itu masing-masing berukuran 4x6 meter milik Eri (50) dan ukuran 5x8 meter milik Yoyo (48). Kemudian empat kerbau mati terbawa hanyut dan beberapa jembatan rusak akibat diterjang aliran air sungai yang cukup deras. Kemudian luapan air sungai juga telah merendam sekira 25 ha sawah dan 40 buah kolam milik warga setempat.

Sementara itu rincian puluhan rumah warga yang terendam, masing-masing di Kampung Citanuwangsa sekira 13 rumah, Batununggul 7 rumah, Kulur 40 rumah, Cisalam 10 rumah dan Ciandum 8 rumah. Di antara lima kampung tersebut daerah paling parah ditimpa banjir yaitu kampung Kulur. Malah jalur ke kampung itu terputus karena jembatan batugeni sepanjang 30 meter sudah dua kali diperbaiki hanyut terbawa arus. Selain itu ruas jalan antara Citanuwangsa - Kulur terputus, tidak bisa dilalu karena tertutup lumpur dengan ketinggian sekira setengah meter. Berdasarkan hasil pendataan aparat desa setempat nilai kerugian material yang dialami warga diperkirakan mencapai Rp. 350 juta.

Musibah serupa menimpa wilayah Kecamatan Karangnunggal Kab. Tasikmalaya, terjadi di beberapa lokasi, yaitu di Kepunduhan Ciawi, kolam seluas 1,5 hektare hancur disapu banjir, Mekarwangi empat rumah terendam air, tiga hektare sawah tergerus longsor dan 1,5 hektar kolam terendam air. Kemudian di Kepunduhan Ciputat sawah seluas empat hektar, kolam 1,6 hektare dan 10 buah rumah terendam air dengan ketinggian air hingga dua meter. Di Kepunduhan Cikancra, sawah seluas lima hektare terendam air, satu hektar kolam ikan hancur dan lima rumah tertimpa longsor.

**

SEIRING dengan datangnya musim hujan, belasan dari 32 kecamatan yang ada di Kabupaten Kuningan, tampaknya perlu mendapat perhatian khusus baik dari pihak pemerintah maupun masyarakatnya terhadap kemungkinan terkena bencana alam longsor. Mengingat dalam bagian peta wilayahnya, belasan kecamatan yang ada di kabupaten dinilai memiliki bagian-bagian wilayah yang termasuk dalam kategori daerah rawan longsor.

Menurut keterangan yang diperoleh "PR" dari Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Kabupaten Kuningan, yang juga diperkuat keterangan dari pihak Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG), daerah-daerah rawan longsor di Kuningan, antara lain terdapat di Kecamatan Selajambe, Subang, Cilebak, Hantara, Ciniru, Ciwaru, Karangkancana, Cibeureum, Cibingbin, Cidahu, Ciawigebang, dan beberapa bagian wilayah di Kecamatan Darma. Selain itu, dua kecamatan diantaranya, yaitu Cibingbin dan Cidahu, juga memiliki bagian wilayah yang rawan dan sering terkena banjir.

Berdasarkan hasil penelitian Subdit Mitigasi Bencana Geologi dari DVMBG terhadap sejumlah kawasan yang terkena maupun dikategorikan rawan longsor, sebagian besar disebabkan lapisan tanah permukaannya termasuk jenis tanah yang mudah lembek dan sekaligus bobotnya bertambah berat jika meresap air. Dan di bawah lapisan tanah tersebut, atau lapisan tanah permukaan tadi, menumpang pada lapisan padat berbatu dan berada di kemiringan daerah perbukitan.

Karena itu jika tanah permukaanya melembek dan bobotnya bertambah karena banyak menyerap air baik yang bersumber dari air hujan, air sawah dan kolam-kolam penduduk, maka lapisan tanah permukaan khususnya yang berada di kemiringan bukit tersebut, lambat laun akan bergeser. Bahkan tiba-tiba terlepas dari lapisan padat di bawahnya.

Sebagai contoh, bencana dengan kondisi dan penyebab seperti itu di antaranya bencana longsor yang terjadi pada akhir Januari 2003 di Dusun Belah, Desa Cantilan Kecamatan Selajambe. Akibatnya, empat rumah penduduk di dusun tersebut, terkubur hancur serta menewaskan 10 orang penghuninya yang sama sekali tidak sempat menyelamatkan diri, karena longsor di perkampungan penduduk yang berada di kemiringan lereng bukit tersebut berlangsung mendadak.

Dalam waktu hampir bersamaan, pergeseran lapisan permukaan tanah, saat itu terjadi pula di sejumlah kawasan pemukiman dan areal pertanian penduduk di Kecamatan Subang dan Cilebak. Meski tidak menimbulkan korban jiwa meninggal dunia, dalam musibah yang terjadi di dua kecamatan itu, tercatat telah mengakibatkan ratusan rumah penduduk mengalami rusak berat dan ringan.

Memasuki musim hujan kali ini, pergeseran tanah dengan penyebab seperti itu, menjelang Lebaran Idul fitri yang baru lalu, kembali terjadi di bagian wilayah Kecamatan Karangkancana. Akibatnya 11 rumah penduduk dan sebuah musala serta bangunan SD di Dusun Indrahayu, Desa Karangkancana, dan dua rumah penduduk di Desa Jabranti mengalami rusak ringan, seperti retakan di dinding tembok, dan berjatuhannya sejumlah atap genting. Selain itu, pergeseran tanah di sekitar Dusun Indrahayu ini, juga sempat menimbulkan getaran seperti gempa bumi yang cukup kuat yang getarannya sempat dirasakan pula oleh penduduk di empat kecamatan sekitar Karangkancana.

Lantas upaya apa saja yang telah dilakukan dan dipersiapkan pemkab setempat untuk menanggulangi dan mengantisipasi timbulnya korban dari ancaman bencana seperti itu? Menjawab pertanyaan itu, Kabag Kesra Setda Kuningan, Drs. Maman Aminudin, M.M., didampingi Kasubag Kesra H. Sobana, kepada "PR", Kamis (26/11) menyebutkan, untuk itu sejak dua tahun yang lalu, pihaknya telah bekerja sama dengan DVMBG dan mengadakan program sosialisi mengenai penanggulangan bencana alam kepada masyarakat di belasan kecamatan yang rawan dari longsor serta bencana alam lainnya.

Di samping itu, tuturnya, Pemkab Kuningan melalui dinas dan instansi terkait, telah menyiapkan anggaran serta langkah-langkah khusus yang perlu segera dilakukan dalam hal menanggulangi akibat yang timbul dari bencana alam. Meski tidak bersedia menyebutkan nilainya, H. Sobana, menambahkan, selain itu, dalam mata anggaran sekretariat daerah Pemkab Kuningan, pada tahun anggaran 2004 ini, telah dicadangkan anggaran khusus untuk bantuan tanggap darurat bencana alam.(Yoesoef Adji/Nuryaman/"PR")

Post Date : 29 November 2004