Longsoran Sampah Membawa Korban

Sumber:Suara Pembaruan - 23 Februari 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
MENYUSUL serangkaian bencana yang terjadi di Tanah Air, Senin (21/2) dini hari, tumpukan sampah yang volumenya diperkirakan mencapai satu juta meter kubik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, meledak dan longsor. Akibatnya, sekitar 68 rumah di Kampung Cilimus, Batujajar Timur, Kabupaten Bandung, dan dua rumah di Kampung Pojok, Leuwigajah, Cimahi, tertimbun sampah. Puluhan orang meninggal dan lebih dari seratus orang masih dicari keberadaannya akibat bencana tersebut (Pembaruan, 22/2).

Bencana itu menambah keprihatinan bangsa ini setelah peristiwa gempa bumi, tsunami, banjir, serta serangan demam berdarah dengue dan diare yang menimpa beberapa wilayah Nusantara, kemudian peristiwa kecelakaan pesawat terbang komersial di Solo dan jatuhnya helikopter militer di Jawa Tengah, serta terakhir jatuhnya pesawat terbang jenis Cassa 212-200 milik Polri sebelum mendarat di Bandara Mararena, Sarmi, Papua, pada Selasa (22/2) pagi.

Berbagai bencana yang melanda bangsa ini sebagian disebabkan kecerobohan manusia. Seperti longsornya gunung sampah di TPA Leuwigajah hingga menewaskan puluhan orang, sebenarnya tidak perlu terjadi bila perencanaan wilayah dilakukan dengan baik. Sekali lagi, kita tidak pernah belajar dari pengalaman karena kejadian longsor itu merupakan yang kedua kalinya sejak TPA itu berdiri awal tahun 1990. Longsoran pertama terjadi pada tahun 1994 yang menimbun enam rumah, untungnya tidak ada korban jiwa.

KEPRIHATINAN disertai penyesalan yang mendalam tentu kita rasakan. Kejadian beruntun yang menimpa bangsa Indonesia itu sepertinya memberikan isyarat agar seluruh elemen masyarakat terus melakukan introspeksi diri, menyadari bahwa berbagai tindakan dan kebijakan yang diambil selama ini ada yang salah. Bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia merupakan tindakan bodoh yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Ibarat pepatah, siapa menanam dia akan menuai, demikian pula dengan serangkaian peristiwa alam yang terjadi sebenarnya tidak lepas dari ketamakan manusia untuk hidup enak tanpa memikirkan dampaknya untuk jangka panjang.

Peristiwa longsornya sampah di TPA Leuwigajah semakin meyakinkan kita bahwa kita tidak menghargai norma-norma alam dan cara hidup yang sehat. Sebuah perencanaan wilayah tentunya perlu memperhatikan aspek lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dalam jangka panjang. Demikian pula dengan pemilihan lokasi TPA, tentunya juga sudah harus diantisipasi agar dalam jangka panjang tidak membahayakan lingkungan, terutama penduduk. Kalaupun pada akhirnya penduduk sendiri yang mendatangi dan kemudian bermukim di dekat TPA, menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan arahan dan penjelasan, bukan mengakomodasi bahkan melegalkannya dengan terbentuknya lembaga desa di daerah itu, atau bahkan menarik retribusi dari mereka.

KITA sangat berduka dan menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya terhadap para korban longsor di TPA Leuwigajah. Tetapi kita juga mengharapkan agar pemerintah daerah Cimahi maupun Kabupaten Bandung untuk lebih berhati-hati dan memperhatikan persoalan lingkungan dalam perencanaan wilayahnya. Sudah harus dipikirkan untuk mengolah sampah, tidak hanya ditumpuk menjadi gunung. Perlu upaya untuk mengubah sampah menjadi bahan yang bermanfaat, seperti menjadikan kompos yang sangat dibutuhkan lahan perkebunan maupun pertanian pada umumnya. Tentunya pengoperasian pengolahan sampah harus melalui sosialisasi yang cukup baik agar tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari.

Post Date : 23 Februari 2005