Masyarakat Masih Sulit Menghemat Air

Sumber:Kompas - 25 Agustus 2007
Kategori:Sanitasi
Bandung, Kompas - Kesadaran untuk hemat air belum mengakar di masyarakat. Akibatnya, hingga kini masyarakat masih boros dalam menggunakan air. Saat menghadapi musim kemarau, masyarakat selalu menghadapi masalah kekurangan air.

Menurut Koordinator Warga Peduli Lingkungan Sunardhi Yogantara, gaya hidup hemat air sudah saatnya ditanamkan pada masyarakat, terutama di daerah yang kesulitan air. Caranya ialah dengan hanya memasang keran di saluran sumber air.

"Selama ini, di pegunungan, air yang diambil dari sumber air selalu dibiarkan mengucur dan terbuang begitu saja. Kalau ditutup dengan keran, penggunaan air akan lebih efisien," katanya di Desa Mekarjaya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Kamis (23/8).

Ahli komunikasi kesehatan dan kebersihan dari Environmental Services Program (ESP), Sugiantoro, mengungkapkan, kesulitan mendapatkan air dibarengi dengan rendahnya tingkat sanitasi masyarakat. Berbagai kasus terkait dengan masalah sanitasi kerap muncul di masyarakat, terutama diare.

"Budaya yang ingin kami kenalkan kepada masyarakat adalah budaya mencuci tangan. Sebab, sebagian besar jalur penyakit dari kontaminasi di tangan," tuturnya.

Dijelaskan, kebiasaan mencuci tangan dapat mencegah kemungkinan diare sampai 47 persen.

Ahli sanitasi air dari komunitas ESP, Selviana Hehanussa, menuturkan, pemahaman masyarakat tentang septic tank juga harus diperbaiki. Sebanyak 63 persen masyarakat Indonesia mengaku punya jamban dilengkapi septic tank, tetapi hanya 30 persen yang memenuhi ketentuan.

"Kalau menyalahi ketentuan, bakteri E coli sebagai penyebab diare bisa merembes ke daerah sekitar dan bisa sampai ke sumur warga kalau lokasinya berdekatan. Harus diingat bahwa faktor yang memengaruhi adalah tinggi muka air dan jenis pori-pori tanah," ujar Selviana.(eld)



Post Date : 25 Agustus 2007