Masyarakat Mulai Kelola Bisnis Limbah

Sumber:Media Indonesia - 27 Juni 2012
Kategori:Sampah Luar Jakarta
SAMPAH yang selama ini dianggap bau, menjijikkan, dan tidak sedap dipandang mata ternyata bisa diolah untuk kepentingan bermanfaat.
 
Kawasan Keputih, Surabaya, yang dulunya tempat pembuangan akhir (TPA) sampah untuk warga Surabaya, kini menjadi lahan hijau yang sedap dipandang mata.
 
Area pembuangan sampah berubah menjadi lahan hijau setelah aksi warga pada 1995 yang meminta Pemkot Surabaya menutup kawasan tersebut. Kini TPA dipindah ke Benowo, sedangkan Keputih dijadikan kawasan konservasi.
 
Hampir semua jenis pohon ditanam di lokasi tersebut. Setelah hampir 15 tahun, kini hasilnya bisa dirasakan. Kawasan yang semula bau, kumuh, serta banyak pemulung kini terlihat asri dan enak dipandang mata.
 
Fathoni, warga Keputih, mengungkapkan butuh perjuangan keras untuk membebaskan daerahnya dari timbunan sampah.
 
“Kami pun pernah diancam orang tidak dikenal akibat protes warga terhadap pembuangan sampah tersebut.“
 
Namun, kini problema terjadi di Benowo. Pemkot Surabaya tetap bertekad akan mengelola sampah di Benowo dengan menyewa perusahaan yang profesional dalam pengelolaan sampah.
 
Sementara itu, di Kabupaten Jawa Tengah, sampah dikelola lewat sebuah bank. Saat ini ada empat bank sampah di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Banyumas.
 
Koordinator lapangan bank sampah Arcawinangun, Agus Paryono, mengatakan pada awalnya di Kota Purwokerto hanya ada satu bank sampah, yakni di Kelurahan Arca winangun. “Namun saat ini sudah ada empat cabang, yakni di Mersi, Pabuwaran, Purwokerto Lor, dan Karangsalam. Keempatnya merupakan cabang dari bank sampah Arcawinangun,“ jelasnya, kemarin.
 
Bank sampah, lanjut Agus, berfungsi sebagai tempat pengelolaan sampah anorganik. Dengan adanya bank sampah, masyarakat diajak untuk mengelola sampah dan tidak membuang sampah secara sembarangan.
 
“Bank sampah di Arcawinangun setiap pekannya berhasil mengumpulkan sekitar 2 kuintal sampah plastik, kaca, serta kertas sekitar 25-50 kg,“ jelas Agus.
 
Dari hasil pengelolaan sampah itu diperoleh uang sekitar Rp1,3 juta. “Memang masih kecil, tetapi kami berharap bank sampah ini semakin meluas dan memasyarakat,“ tambahnya. (FL/LD/N-3)


Post Date : 27 Juni 2012