Masyarakat Sebaiknya Mengurangi Sampah

Sumber:Kompas - 13 Januari 2004
Kategori:Sampah Jakarta
Jakarta, Kompas - Mengingat perseteruan yang masih terus berlangsung antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kabupaten Bekasi soal pengelolaan sampah, masyarakat diimbau untuk mengurangi produksi sampah rumahtangganya.

"Saat ini sampah seharusnya menjadi prioritas, sama pentingnya dengan kamar mandi dan WC. Itu lebih penting daripada kamar tamu," kata Peneliti teknologi dan managemen persampahan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Sri Bebassari, Senin (12/1).

Sri Bebassari dimintai tanggapannya berkait dengan makin banyaknya tumpukan sampah di berbagai permukiman dan pasar akibat DKI belum juga membuang sampahnya ke Tempat Pemusnahan Akhir di Bantar Gebang, Bekasi.

Menurur Bebassari, cara mengurangi produksi sampah bisa dilakukan dengan mengambil makanan seperlunya, sehingga tidak tersisa dan harus dibuang. Cara lain, barang yang sudah bekas yang akan dibuang, sebaiknya dimanfaatkan dan dipakai kembali. Warga juga seharusnya mulai memilah-milah sampah mulai dari rumah sebelum dibuang ke tempat sampah.

"Jika itu dilakukan, sampah yang dibuang akan berkurang sekitar 50 persennya. Memang, untuk memilah sampah dan mendaur ulang itu perlu pendidikan, perlu waktu yang lama," jelas Sri.

Menurut Sri, untuk jangka waktu 1-5 tahun ke depan, TPA tidak hanya untuk membuang namun sudah harus menjadi tempat mengolah sampah. Untuk 5-10 tahun ke depan, paling tidak di kelurahan sudah harus ada pengolahan sendiri, dan 30 tahun ke depan diharapkan warga sudah bisa mengolah sendiri.

Menumpuk

Sejauh pengamatan, sampah masih menumpuk di beberapa tempat seperti di pasar, bak-baka penampungan, sungai, hingga bantara rel kereta api.

Dari Stasiun Kota terus ke Angke, Duri, Tanah Abang, hingga Palmerah, sampah terlihat menumpuk di kanan-kiri rel. Untuk mengurangi tumpukan sampah, warga kemudian membakarnya, sehingga asap mengepul di mana-mana.

Membakar sampah memang menjadi alternatif warga di sejumlah tempat yang sampahnya tidak terangkut seperti di sekitar Pasar Induk Kramat Jati.

"Padahal, membakar sampah itu jelas tidak benar karena pembakarannya tidak sempurnya. Sampah plastik jika dibakar bahkan menjadi racun," tegas Sri.

Di Pasar Karbela Setiabudi dan Pasar Palmerah, sampah juga masih menumpuk. Bahkan menurut staf operasi PaKarbela Asnawi, sampah yang dibuang ke pasar adalah sampah warga sekitar. Sementara itu, sampah di Banjir Kanal Barat, kemarin terlihat dibersihkan beberapa petugas meski beberapa saat kemudian warga mulai membuang sampah lagi ke sungai. (K03/*/IVV)

Post Date : 13 Januari 2004