MCK Minus, Warga di 10 Kecamatan BAB Sembarangan

Sumber:Jurnal Nasional - 06 September 2012
Kategori:Sanitasi
MINIMNYA fasilitas mandi cuci kakus (MCK) berdampak pada pola kehidupan masyarakat di Kabupaten Tangerang. Sebagian besar warga di wilayah tersebut buang air besar (BAB) sembarangan.
 
Berdasarkan hasil survei sebuah NGO, Environmental Heads Risk Accesment (EHRA) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2011, warga di 10 dari 29 kecamatan di kabupaten yang disurvei acak ternyata memiliki kebiasan BAB sembarangan. Seperti: di Kecamatan Mauk, Balaraja, Teluknaga, Sepatan, Sepatan Timur, dan beberapa kecamatan lain. Hasilnya sangat memprihatinkan.
 
"Survei tersebut menunjukkan, sekitar 60 persen lebih warga di Kabupaten Tangerang buang air besar sembarangan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Naniek Isnaini ketika ditemui saat penyerahan mobil puskesmas keliling di Kecamatan Benda, Kota Tangerang, Rabu (5/9).
 
Naniek menjelaskan, survei tersebut memberikan sejumlah pertanyaan kepada ribuan responden. Survei dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada warga sebagai responden secara acak. Pertanyaan diajukan kepada responden di mana mereka buang air besar. Fakta, jawaban banyak warga: mereka BAB di sungai, kebun, serta lokasi yang tidak memenuhi kriteria kesehatan lingkungan.
 
Penyebab warga BAB sembarangan, kata Naniek, adalah minimnya ketersediaan fasilitas MCK di 10 wilayah kecamatan tersebut. MCK juga tidak memenuhi standard kesehatan. Tanpa septic tank. Kebiasan dan pola pikir masyarakat yang tidak ditunjang pendidikan adalah penyebab lain dari masih maraknya warga BAB sembarangan. "Sebagian besar kamar mandi warga tidak dilengkapi septc tank," ujarnya.
 
Sementara itu, Kepala Bidang Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Yully S Dewanti menuturkan, jika dikalkulasi, angka warga yang BAB sembarangan memang meningkat. Ini karena faktor kebiasaan warga yang mengunakan sungai atau tanah sebagai media untuk BAB.
 
Bahkan, warga juga BAB sembarangan di rumput, kebun, sungai dan WC di sekitar pinggiran sungai. "Survei itu maksudnya ingin mengubah pola pikir masyarakat untuk hidup bersih. Menjauhi kebiasan mereka selama ini," kata Yully saat dikonfirmasi, kemarin.
 
Tak heran, menurut Yully, dari hasil survei dilakukan di 10 kecamatan, banyak warga di Kecamatan Sepatan Timur dan Sepatan ditemukan menderita muntaber dan diare. Ini karena perilaku masyarakat di dua kecamatan tersebut yang biasa BAB sembarangan. Sayangnya, meski sudah banyak kasus diare dan muntaber, pola pikir masyarakat di dua kecamatan tersebut sulit diubah. “Padahal, sudah ada MCK yang memadai di beberapa titik di dua kecamatan tersebut. Anehnya, warga tetap BAB di kebon atau di sungai," kata Yully. Sabaruddin


Post Date : 06 September 2012