Medan Dilanda Banjir

Sumber:Jurnal Nasional - 23 Oktober 2012
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
HUJAN deras yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatera Utara (Sumut) sepanjang Minggu hingga Senin siang (22/10), menyebabkan sejumlah daerah terkena banjir. Dari Kota Medan, banjir menggenangi lebih dari 500 rumah yang ada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Medan Deli, dan Kecamatan Medan Maimun. Banjir disebabkan karena naiknya debit air Sungai Deli Medan. Di sini, ketinggian air mencapai dua meter, dan praktis air bercampur lumpur menggenangi rumah warga, khususnya yang berdekatan dengan aliran Sungai Deli Medan.
 
Pantauan Jurnal Nasional di Gang Sentosa dan Gang Merdeka, Kelurahan Sei Mati, Medan, hingga Senin siang, banjir terlihat masih menggenangi ratusan rumah penduduk. Seperti waktu-waktu lalu, banjir yang rutin terjadi jika air sungai meluap, dijadikan anak-anak untuk bermain air bercampur lumpur. Sedangkan para remaja dan orang tua, terlihat mencoba menyelamatkan barang berharga seperti barang elektronik, kasur, dan kursi, ke lokasi lebih tinggi. Ada juga yang menyelamatkan barang berharga mereka ke lantai dua rumahnya. "Banjir lagi, banjir lagi. Faisal, bantu kakakmu angkat kursi ke atas sini, " Kata Azmi Nasution (37) saat Jurnal Nasional memperhatikannya menyelamatkan barang berharga ke lantai dua rumahnya.
 
Faisal, adalah anak ke empat Azmi yang masih berusia tujuh tahun, dan asyik bermain air lumpur bersama anak-anak lainnya yang tinggal di kawasan Gang Merdeka, Medan.
 
Faisal, dan puluhan anak-anak lainnya yang tinggal di daerah itu, terpaksa meliburkan diri, karena sekolah SD 067092 Medan, juga ikut digenangi air setinggi pinggang orang dewasa. Pihak sekolah tidak dapat melakukan aktivitas belajar mengajar, mengakibatkan setidaknya 120 orang lebih anak terpaksa meliburkan diri.
 
Fazrul Harahap, salah seorang warga yang tinggal di aliran Sungai Deli Medan, mengatakan salah satu penyebab terjadinya banjir ini, karena adanya pengalihan aliran Sungai Deli, sehingga selain sering terjadi banjir jika hujan datang, pengalihan aliran sungai itu juga menyebabkan terjadinya proses pendangkalan air. Meskipun ada upaya dari Pemerintahan Kota (Pemkot) Medan melakukan pengerukan dasar sungai, tetapi hal itu dianggap bukan menjadi solusi mengatasi banjir. Belum lagi penebangan kayu di hutan Sibolangit, Kabupaten Karo yang sudah cukup parah.
 
"Pengerukan dasar sungai bukan solusi. Tapi kembalikan jalur aliran sungai, baru ada jaminan gak akan terjadi banjir," katanya.
 
Banjir yang terjadi sekitar jam 04.06 WIB senin pagi itu, hingga Senin siang masih belum surut. Selain di Medan, banjir juga terjadi di Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Asahan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), dan Kota Padangsidempuan, Sumut. Aliran sungai Kisaran di Asahan, menyebabkan air menggenangi ratusan rumah di desa Tanjung Gunung. Di sini, ketinggian mencapai 1,5 meter. Meski begitu, pada Senin siang air sudah mulai surut. Banjir terjadi, karena meluapnya aliran Sungai Kisaran pada Minggu dini hari sekitar jam 02:00 WIB meluap disebabkan hujan deras. Di Kabupaten Madina, banjir menggenangi puluhan hektar sawah padi milik petani. Di sini air sungai Batang Gadis meluap. Ketinggian air saat pertama kali naik sekitar Minggu malam (21/10) jam 23:00 WIB setinggi dada orang dewasa. Tetapi pada Senin siang, air sudah mulai surut, dan tinggal sebetis orang dewasa. "Meluap sungai Batang Gadis nak. Tapi gak ada yang rusak rumah, cuma sawah aja yang rusak digenang air lumpur ini, " kata Landri Borotan (41), saat dihubungi Jurnal Nasional.
 
Dari Kota Padang Sidempuan, dilaporkan banjir juga menggenangi dua desa, yaitu Desa Goti dan Desa Managen. Kedua desa ini berada di Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara, Kota Sidempuan. Banjir di dua desa ini disebabkan meluapnya aliran Sungai Aek Aloban, Kota Padang Sidempuan.
 
Sekretaris Daerah Pemkot Kota Padang Sidempuan, Sarmadan Hasibuan, saat dihubungi melalui telepon seluler, mengatakan banjir terjadi pada Minggu malam sekitar jam 22.00 WIB. Selain membawa lumpur, aliran sungai Aek Aloban, juga membawa material bongkahan kayu, diduga hasil penebangan liar hutan di sana. Meski begitu, banjir ini, menurutnya tidak menyebabkan kerusakan parah, hanya lumpur dan bongkahan kayu yang menimpa sejumlah rumah penduduk. "Tadi (Senin) banjir sudah surut. Ada beberapa lokasi yang rumahnya masih digenangi banjir. Kita sudah membantu menurunkan tim kesehatan memeriksa para korban banjir, semua hanya mengalami sakit perut dan gatal-gatal saja," katanya.
 
Dari sejumlah daerah di wilayah Sumut yang terkena banjir, tidak ada korban jiwa. Yang ada hanya kerugian materiil mencapai hampir puluhan juta rupiah, termasuk ancaman gagal panen terhadap petani padi di Kabupaten Madina. Heri Surbakti.


Post Date : 23 Oktober 2012