Melestarikan Air Lewat Merti Mbelik

Sumber:Kompas - 16 Agustus 2007
Kategori:Air Minum
Ratusan anak turun ke Sungai Code, pagi itu. Beberapa dari mereka mengisi kendi-kendi tanah liat yang dibawa dengan air yang keluar dari Umbul Wadon dan Umbul Lanang di pinggiran sungai. Air ini akan dituang ke dalam akuarium sebagai perlambang sumber kehidupan.

Apa yang dilakukan anak-anak usia SD itu baru sebagian dari acara Merti Mbelik yang diadakan di RW X, Gondolayu, Cokrodiningratan, Yogyakarta, Rabu (15/8). Tidak sekadar berkeliling kampung dan mengambil air di sungai, mereka melakukan banyak kegiatan yang memakai air sebagai media utama.

Berpusat di lingkungan SDN Gondolayu, anak-anak ini bisa bebas mengeksplorasi air melalui berbagai macam percobaan. Misalnya belajar tentang proses pengembunan yang juga menggambarkan terjadinya hujan atau erosi tanah yang menjelaskan mengapa air sungai bisa keruh.

"Rasanya seru bisa main air seperti ini. Ternyata air itu bisa diapa-apain, tergantung maunya kita," celoteh Budi (8), siswa SDN Bangunrejo, yang turut berpartisipasi dalam acara tersebut.

Digelarnya Merti Mbelik ini memang bertujuan meningkatkan kepedulian sejak usia dini terhadap pentingnya pelestarian sumber daya air dan kesehatan lingkungan. Ini sesuai arti harafiahnya, "merti" berarti upaya untuk melestarikan, "mbelik" adalah mata air.

Menurut Environmental Services Program (ESP), yang diwakili Akbar Ario Digdo selaku penyelenggara acara ini, tindakan pelestarian sumber daya air memiliki arti penting guna menjamin keberlangsungan hidup manusia di masa depan. Saat ini kesadaran manusia untuk melakukan pelestarian tersebut masih minim, padahal di satu sisi manusia amat membutuhkan air bersih.

Fakta ini dapat terlihat di beberapa lokasi di sekitar bantaran sungai kota-kota besar, termasuk di wilayah Gondolayu. Jarak antara kediaman warga dan sumber air di sungai tidaklah seberapa jauh, namun mereka masih saja kesulitan memperoleh air bersih.

Tidak dapat dimungkiri, air Sungai Code memang tidak lagi layak konsumsi. Sampah dan limbah sudah menurunkan kualitas air di sungai utama Kota Yogyakarta itu sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Di sisi lain belum semua warga Gondolayu terlayani air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Kota Yogyakarta.

Eksplorasi air tanah lalu menjadi solusi utama dari permasalahan ini. Sumur-sumur pun dibuat. Namun, seiring pertambahan kepadatan penduduk, air sumur juga menjadi ancaman tersendiri bagi warga. Letak sumur yang berdekatan dengan septic tank membuat air tercemar bakteri Escherichia coli atau yang akrab disebut E-coli, penyebab utama penyakit diare.

Ini berarti sudah tidak ada lagi pilihan bagi warga Gondolayu, dan mungkin juga warga di sekitar bantaran sungai lainnya, untuk mendapat air bersih, selain mulai melestarikan sumber daya air itu sendiri. Upaya tersebut sudah seharusnya dimulai sejak saat ini.

"Keterlibatan anak-anak ini juga bisa dipandang sebagai langkah investasi untuk masa depan. Dengan belajar mengenali air dan segala potensinya, anak akan sadar bahwa air ini memiliki nilai penting sehingga wajib dijaga kelestariannya," tutur Kepala SDN Gondolayu Purwono.

Perlu disadari, air tak hanya bermanfaat bagi manusia, tapi juga bagi semua makhluk hidup. Dengan melestarikan air, keharmonisan kehidupan ekologis dapat tercapai. Lalu, mengapa tidak memulai dari sekarang? Yoga Putra



Post Date : 16 Agustus 2007