Membangun Embung Mengantisipasi Kekeringan

Sumber:Suara Merdeka - 07 Juli 2005
Kategori:Drainase
KABUPATEN Wonogiri termasuk daerah yang menjadi langganan kekeringan pada tiap musim kemarau. Akibat kekeringan itu, tanaman pangan milik petani terancam gagal panen. Sebab, tandon air di dam ataupun bendung-bendung irigasi menyusut selagi belum tuntas memberikan fungsi irigasinya untuk mengantarkan tanaman pangan sampai pada usia panen.

Keberadaan hujan kiriman yang adakalanya masih turun pada musim kemarau itu sepertinya hanya langsung hilang tertelan tanah yang sudah kering. Lebih-lebih sifat tanah di Wonogiri yang cenderung porous (menyerap) air, apalagi yang berada di kawasan karst di pegunungan kapur Wonogiri bagian selatan. Air hujan yang turun langsung hilang terserap bumi.

Bagaimana agar air hujan yang turun itu dapat lebih lama tertahan di lapis permukaan bumi dan lebih bermanfaat untuk kepentingan penyiraman tanaman, kini tengah diujicobakan teknologi baru tentang pembuatan embung mini di Desa Wonodadi Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.

Tekniknya adalah dengan membuat galian tanah mirip galian kolam di sudut-sudut strategis areal tegalan milik petani. Kemudian di permukaan atas bekas galian dilapisi dengan lembaran plastik. Fungsi plastik adalah untuk menahan agar air hujan yang telah tertampung dapat bertahan lebih lama, tidak langsung hilang terserap bumi.

Fungsi prinsip pembuatan embung dengan teknik itu adalah untuk menampung air hujan yang akan dipakai untuk menyiram tanaman pada musim kemarau.

Bertahan Lama

Adapun pelapisan plastik pada sisi dalam galian embung itu bertujuan agar tampungan airnya dapat bertahan lama, tidak mudah hilang karena meresap ke dalam tanah. Hal itu sebenarnya merupakan temuan teknologi konservasi air dalam upaya pemanfaatan tandon air hujan untuk dipakai secara efisien dan efektif pada musim kemarau.

Di Wonogiri, percontohan embung mini yang dibangun di Desa Wonodadi Kecamatan Pracimantoro tersebut menempati areal tegalan petani peserta demonstrasi plot (demplot) intensifikasi kapas rakyat (IKR). Setiap embung memiliki ukuran 3 x 4 x 2,5 meter dilengkapi pelapis plastik kedap air 6 x 4 meter dan memiliki daya tampung 30 meter kubik.

''Walau jumlah air yang tertampung terbatas, agak lumayan untuk menyiram tanaman pada musim kemarau seperti sekarang,'' tutur salah seorang petani, Marso.

Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Kabupaten Wonogiri Ir Guruh Santosa MM mengatakan, ada enam embung mini yang dibangun untuk percontohan di Desa Wonodadi Kecamatan Pracimantoro. Tanaman yang akan disiram dengan air embung itu adalah tanaman tumpangsari jenis palawija, sayuran, dan tanaman kapas muda. ''Genangan air di embung mini juga dapat difungsikan sebagai kolam ikan yang bermanfaat untuk tujuan menambah gizi masyarakat,'' tegas Guruh.

Dengan melihat fungsi positif embung-embung mini itu, Dinas Pertanian Perkebunan Wonogiri berencana mengembangkan lagi pembangunan 30 embung mini percontohan di 14 desa dalam lima kecamatan. Yakni, 10 embung di lima desa di Kecamatan Pracimantoro, 12 embung di tiga desa di Kecamatan Eromoko, tiga embung di tiga desa di Kecamatan Giritontro, tiga embung di dua desa di Kecamatan Baturetno, dan dua embung di Desa Sirnoboyo Kecamatan Giriwoyo. (Bambang Pur-16n)

Post Date : 07 Juli 2005