Meminimalkan Dampak Banjir dengan Resapan Biopori

Sumber:STBM indonesia - 11 Februari 2011
Kategori:Drainase

Dunia saat ini semakin sering dilanda banjir dan semakin hebat dari tahun ke tahun. Ancaman banjir kian sulit diprediksi di samping ancaman bencana alam lainnya. Banjir di Australia, Brasil dan beberapa negara lain membuat kita semakin terenyuh. Kita juga di sini juga selalu didatangi oleh banjir seperti ketika memasuki tahun 2011, di mana kota Medan diterpa banjir yang menyesakkan.

Curah hujan yang tinggi mengakibatkan banjir kiriman dari daerah penyangga yang semestinya berfungsi menjadi daerah resapan air bila kondisi debit air meningkat bisa terserap. Kini semuanya telah berubah, lahan-lahan yang semula menjadi penampungan air, kini banyak diuruk menjadi perumahan elite. Alhasil, air tidak terserap, tetapi meluber dan menggenangi pemukiman penduduk.

Ancaman banjir kian sulit diprediksi kini setiap orang dituntut untuk berperan serta dalam program pelestarian lingkungan dalam mengatasi banjir. Setiap orang perlu memiliki kesadaran untuk menjaga sistem drainase di sekitar pemukimannya. Gaya hidup ramah lingkungan akan memberi manfaat untuk ketersediaan air. Sehingga, orang mempunyai akses langsung kepada air bagi kehidupan. Di Indonesia, kesadaran terhadap pentingnya drainase terbilang kurang, karena banyak yang menganggap negara kita kaya akan water resource. Padahal, kontribusi sekecil apapun akan sangat berpengaruh

Salah satu solusi alternatif meminimalkan dampak banjir yang bisa dilakukan adalah dengan teknologi lubang serapan Biopori atau mulsa vertikal. Dampaknya luar biasa untuk menyelamatkan lingkungan khususnya menjaga ketersediaan air tanah dan meminimalkan dampak banjir.

Efeknya cukup banyak, terlebih masyarakat telah merasakan manfaatnya. Seperti, berkurangnya genangan air di wilayah atau rumah mereka. Meminimalisir sampah organik yang terbuang atau keluar dari rumah, ketiga, jangka panjangnya adalah meresapnya air ke tanah sebagai cadangan air tanah Efek lainnya mungkin hilangnya berbagai penyebab penyakit, akibat berkurangnya genangan. Efek luasnya turut berpartisipasi dan antisipasi pada pemanasan global.

Teknologi ini pada prinsipnya menahan air hujan untuk tidak langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah, tetapi membiarkannya terserap ke dalam tanah melalui lubang resapan tersebut. Dinamakan teknologi biopori, karena mengandalkan jasa hewan-hewan tanah seperti cacing dan rayap untuk membentuk pori-pori alami dalam tanah, dengan bantuan sampah organik, sehingga air bisa terserap, sehingga memperbaiki struktur tanah. Ini bisa mengantisipasi banjir dan berperan dalam siklus air tanah di lingkungan.

Membuat lubang resapan biopori di sekitar rumah dapat membuat tanaman di sekitarnya menjadi lebih subur dan tidak mudah mati. Manfaat yang didapatkan jika mengaplikasikan hal tersebut, yakni mempunyai ketersediaan air tanah yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu, lubang tersebut dapat mencegah banjir karena meningkatkan daya resapan air. Fungsi lainnya adalah mengubah sampah organik menjadi kompos dan memanfaatkan fauna tanah dan akar tanaman.

PEMBUATAN RESAPAN BIOPORI

Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk membuat lubang tersebut di dalam rumah. Pertama, persiapkan alat-alat untuk membuat biopori seperti bor tanah dan bahan-bahan untuk pengisi lubangnya. Peralatan yang digunakan dalam menerapkan teknologi ini sangat sederhana seperti bor tanah, cangkul, golok, palu, pahat, ember, gayung, bambu, pipa, dan sendok semen. Bor berfungsi untuk melubangi bidang tanah sekaligus mengangkat tanah hasil galian. Bor juga bisa digunakan untuk memasukkan kompos dalam lubang. Bor tanah terbuat dari besi yang didesain khusus. Di sepanjang bor ada alat ukur angka satuan sentimeter untuk mengetahui kedalaman lubang.

Cangkul digunakan untuk membersihkan permukaan tanah. Pahat dan palu digunakan untuk membongkar lapisan semen pada permukaan tanah yang disemen. Bahan yang digunakan untuk membuat lubang berupa semen, pasir, batu hias, air, dan sampah organik. Semen dan pasir digunakan untuk memperhalus permukaan lubang. Batu hias atau pecahan keramik berfungsi sebagai pemanis. Air untuk melunakkan tanah dan sampah organik digunakan untuk pengisinya.

Setelah itu, tentukan letak mana yang ingin Anda buat lubang resapan biopori tersebut. Biasanya, letak lubang biopori dibuat di halaman rumah seperti saluran pembuangan air hujan atau di dasar alur yang dibuat di sekeliling batang pohon atau pada batas taman dan sisi luar carport. Tempatnya sudah ditentukan, Anda tinggal membuat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm.

Desain juga kedalamannya kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah. Jika air tanahnya ternyata dangkal, sebaiknya jarak yang disarankan antarlubang yaitu antara 50-100 cm. Setelah lubang biopori selesai dikerjakan, hal lain yang harus Anda lakukan adalah memperkuat mulut lubang tersebut dengan semen. Kira-kira selebar 2-3 cm dengan ketebalan 2 cm di sekeliling mulut lubang.

Letak sudah ada, lubangnya sudah jadi, selanjutnya beralih pada isi yang akan ditaruh pada lubang tersebut. Anda bisa mengisi lubang biopori dengan sampah organik, bisa meliputi sampah-sampah di dapur, sisa tanaman, dedaunan atau pangkasan rumput yang bisa menampung kira-kira 7-8 liter sampah organik. bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengan kedalaman 100 cm, maka setiap lubang dapat menampung 7-8 liter sampah organik. Ini berarti bahwa setiap lubang dapat Anda isi dengan sampah organik secara berkala.

Idealnya, sampah organik mampu bertahan selama 2 hingga 3 hari. Jadi, sesudah sampah menyusut dan terjadi pelapukan, Anda bisa mengisi kembali lubang tersebut dengan sampah organik lainnya. Di lubang tersebut biasanya juga terdapat bakteri yang berfungsi untuk mengurai sampah organik. Selain itu, jika sudah terjadi proses pelapukan, maka kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.

Yang penting jika isi yang ada di dalam lubang tersebut sudah mulai berkurang akibat prose pelapukan, maka sebaiknya tambahkan kembali sampah organik ke dalam lubang tersebut.Supaya lubang biopori tersebut bisa terus bekerja.

Kontribusi dalam menyelamatkan lingkungan saat ini mutlak dilakukan oleh siapa pun dengan inovasi yang bisa diterapkan masyarakat secara luas dalam menanggulangi dampak bencana alam. Mari kita buat biopori di tempat tinggal kita masing-masing sehingga bisa menjadi inspirasi bersama guna menjaga lingkungan agar alam kembali bersahabat dengan kita. Ahmad Parmonangan (Penulis adalah pemerhati masalah lingkungan)



Post Date : 11 Februari 2011