Meminimalkan Sampah, Kembali ke Alam

Sumber:STBM Indonesia - 11 Februari 2011
Kategori:Sampah Jakarta

Apa yang disebut dengan sampah? Banyak yang belum mengetahuinya. Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri, kegiatan pertanian dan semua aktivitas dari manusia di bumi ini. Sampah juga dapat dikatakan bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang. Sesuatu yang dibuang ini umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia.

Untuk menentukan sesuatu itu sampah tidak sama untuk semua orang karena bisa saja buat seseorang sesuatu itu sudah dinilainya menjadi sampah tetapi bagi orang lain belum tentu sesuatu itu menjadi sampah karena masih bermanfaat bagi dirinya. Anda pasti bisa merasakan ada ssuatu yang Anda nilai sudah tidak berguna, menjadi sampah tetapi ternyata ketika Anda buang ada orang yang memungutnya, mengutipnya dan dimanfaatkannya. Nah, ini satu tanda bahwa sesuatu itu sampah tidak sama untuk semua orang.

Meskipun untuk menentukan sesuatu itu sampah tidak sama untuk semua orang akan tetapi sampah berdasarkan komposisinya dapat dibedakan sampah organik dan sampah anorganik.
1. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering dan sebagainya. Sampah organik ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah busuk seperti sampah plastik, wadah pembungkus makanan yang terbuat dari plastik, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu dan sebagainya. Untuk sampah anorganik ini dapat dijual untuk dijadikan produk lainnya.¡¡Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol, gelas bekas minuman, kaleng, kaca, kertas, karton dan lainnya.

Mana yang banyak sampah organik atau anorganik? Jawabnya tidak sama untuk semua orang, semua daerah dan negara yang ada di dunia ini. Secara umum buat negara berkembang (Indonesia) sampah yang terbanyak adalah sampah organik yakni sebesar 60 sampai 70 persen, sedangkan sampah anorganik sebesar 30 persen saja.

Dampak Negatif

Kehadiran sampah menimbulkan dampak negatif yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Hal itu karena timbunan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat, sarang tikus, menurunkan kualitas lingkungan, estetika lingkungan, menimbulkan bau, kotor dan tidak indah dipandang mata.

Dampak negatif dari sampah dapat diminimalkan apa bila dilakukan pengelolaan sampah dengan baik. Pengelolaan sampah yang baik dan benar sangat dibutuhkan untuk membuat lingkungan bebas dari sampah yang menimbulkan dampak negative bagi kesehatan dan lingkungan. Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan memanfaatkan kembali sampah tersebut yang mana prinsif sampah sesuatu yang tidak berguna, bagaimana bisa dijadikan menjadi berguna maka kuncinya memanfaatkan kembali sampah yang ada.

Kegiatan pemanfaatan sampah kembali adalah jalan terbaik untuk meminimalkan sampah karena memanfaatkan sampah kembali sama dengan kembali ke alam. Memanfaatkan sampai berdasarkan komposisi dari sampah itu sendiri.

Komposisi sampah organik sudah jelas dapat dimanfaatkan untuk composting (pengomposan) karena sampah organik komposisinya sangat mudah membusuk maka dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan. Sampah organik untuk negara berkembang sampai mencapai 70 persen maka bila dilakukan kegiatan composting sampah organik dapat mereduksi jumlah sampahorganik yang banyak itu.

Luar biasa jika jumlah sampah organik sampai 70 persen dari jumlah sampah yang ada bila dilakukan composting sampah organik maka dapat dibayangkan berapa keuntungan yang diperoleh. Mulai dari menghasilkan pupuk organik, pupuk yang sangat baik untuk berbagai jenis tanaman dan otomatis mengurangi biaya pembelian pupuk untuk tanaman pertanian. Mengurangi biaya pengangkutan dan yang lebih hebat lagi menghindari dari pencemaran lingkungan dan ancaman gangguan kesehatan dari lingkungan yang tidak sehat disebabkan sampah yang berserakan.

Kegiatan composting sampah organik sudah dapat mengatasi 70 persen dari jumlah sampah yang ada dan tinggal 30 persen lagi dari sampah anorganik yang harus dikelola. Pemanfaatan sampah anorganik secara langsung seperti pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas dan pemanfaatan kembali secara tidak langsung dapat kita (Anda) lakukan dengan menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas, botol air minum dalam kemasan dan lainnya.

Sampah anorganik memiliki kendala dengan lingkungan sebab sampah anorganik seperti plastik, botol kaca, logam atau material lain sulit terurai. Seandainya terurai membutuhkan waktu yang sangat lama, ratusan bahkan ribuan tahun. Berdasarkan sifat sampah anorganik yang sulit terurai(hancur) maka pengelolaannya juga lebih rumit dibanding dengan organik.Sampah anorganik dikumpulkan lalu diolah atau didaur ulang. Kita (Anda) patut bersyukur karena sampah anorganik ini dikumpulkan para pemulung dan otomatis berjasa mengurangi timbunan sampah anorganik yang ada sehingga dapat menjaga lingkungan dari tumpukan sampah.

Dalam mengurangi dampak negatif sampah secara umum banyak yang hal yang bisa kita (Anda) lakukan seperti yang sangat sederhana tidak membuang sampah sembarangan dimana dan kapanpun kita (Anda) berada. Hal lain yang dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik semisal ketika kita (Anda) berbelanja keperluan sehari-hari. Usahakan tidak memakai plastik kantongan. Biasakan jika berbelanja ke pasar membawa keranjang. Tindakan ini akan mengurangi limbah plastik.

Konsep kembali ke alam sudah pasti mengurangi sampah anorganik, meminimalkan jumlah sampah anorganik. Konsep kembali ke alam seperti menyediakan keranjang sewaktu berbelanja, menggunakan daun pisang untuk membungkus nasi, daun jati untuk membungkus ikan basah dan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan pemakaian daun pisang, daun jati untuk pembungkus sangat bagus dibandingkan kertas, plastik dan lainnya. Fadmin Prihatin Malau



Post Date : 11 Februari 2011