Menagih Janji Air Siap Minum

Sumber:Koran Tempo - 23 Juni 2008
Kategori:Air Minum

Sepuluh tahun berjalan, operator swasta air minum di Jakarta belum bisa memenuhi janji memasok air keran siap minum.

"Manis sekali janji itu. Buktinya mana?" Anna, warga Susukan, Ciracas, Jakarta Timur, ngedumel saat diingatkan bahwa operator swasta air minum di Ibu Kota Jakarta pernah berjanji siap mengucurkan air siap minum dari keran pada 2007. Kini, setengah tahun sudah janji itu berlalu. Kenyataannya? "Tadi pagi, alirannya kecil, keruh lagi," ujar ibu muda ini kepada Tempo, Sabtu pekan lalu.

Jangankan mengalirkan air siap minum, menjamin pasokan air bersih tanpa macet pun operator belum bisa. Itu pendapat Nyonya Budi, warga Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan. Walhasil, saat aliran air mati, ia terpaksa meminta air tanah ke tetangga. "Merepotkan," katanya.

Bagi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), masih ada lagi setumpuk keluhan seperti yang dialami Anna dan Ny. Budi. Saban tahun, buruknya layanan air minum di Jakarta selalu masuk tiga besar pengaduan yang masuk. "Jadi, operator tak usah berjanji terlalu tinggi," kata Karunia Asih Rahayu, Koordinator Advokasi Pelayanan Air Minum YLKI.

Janji mengucurkan air langsung minum kepada konsumen dilontarkan dua operator swasta asing yang digandeng Perusahaan Air Minum Jakarta Raya (PAM Jaya) pada 1998. Keduanya adalah PT PAM Lyonnaise (Palyja) dan PT Thames PAM Jaya, yang kemudian menjadi PT Aetra Air Jakarta. "Kini, sah-sah saja konsumen menagih janji," kata Karunia Asih.

Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, H. Arkeno, segendang sepenarian. Pada akhir Mei lalu, dalam Forum Komunikasi Pelanggan Air Minum XII, yang juga diwarnai dengan peluncuran buku 10 tahun kerja sama PAM Jaya dengan kedua mitranya, ia menagih janji itu. "Ternyata, hingga sekarang belum bisa," kata Arkeno. "Bahkan tanda-tanda mereka berkomitmen ke arah sana belum kelihatan."

Peningkatan layanan air bersih menjadi layanan air minum merupakan amanat Undang-Undang Nomor 74/2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah Nomor 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Dalam peraturan pemerintah ini, air minum dimaknai sebagai air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Becermin pada ketentuan perundang-undangan di atas, niat PAM Jaya dan dua mitranya untuk memproduksi air keran siap minum, lama sebelum aturan itu lahir, patut dihargai. Bahwa janji tersebut belum bisa dipenuhi pada 2007, baik pengelola Palyja maupun Aetra, mengakuinya. Namun, mereka tak mau disebut tidak berkomitmen mewujudkan rencana itu. "Kami tetap berusaha ke arah sana," kata Direktur Hubungan Kelembagaan PT Palyja Kumala Siregar.

Sebagai langkah awal, perusahaan ini secara diam-diam menyiapkan empat wilayah yang disebut Permanent Area. Di sini, jaringan pipa lama diganti dan kebocoran terus ditekan agar tak mengganggu kuantitas dan kualitas pasokan air. Setelah semuanya oke dan air ke pelanggan diyakini langsung siap minum, baru akan dipublikasikan. "Satu tahun cukup untuk bisa meluncurkan program ini," katanya kepada Tempo kemarin.

Dengan program yang hampir sama, yakni District Meter Area, PT Aetra juga tetap menyiapkan program air siap minum. Namun, Direktur Eksternal dan Komunikasi PT Aetra Ramses Simanjuntak mengakui sulit untuk memprediksi kapan program itu bisa menjangkau 100 persen pelanggan. "Investasinya sangat besar," katanya, "tapi tak ada kata menyerah."

Sementara itu, Direktur PAM Jaya Didit Haryadi membantah program air siap minum gagal. Menurut dia, beberapa wilayah di Jakarta sudah mendapat layanan itu, tapi ia emoh mempublikasikan dan menyebut wilayah-wilayah tersebut untuk menghindari tudingan ketidakadilan. "Yang pasti pelanggannya tahu itu," katanya.

Di Bogor Sudah Ngocor

Akhirnya datang juga? Kini, warga Bogor sudah bisa menikmati air keran siap minum. Tinggal menekan tombol, mulut dibuka di bawah keran, lalu currr…, air sehat pun membasahi tenggorokan. "Dingin, seperti air kulkas," kata Nuning, warga Sukahati, Bogor, yang tengah mampir ke Balaikota Bogor, Kamis lalu.

Selain di Balaikota, layanan Keran Air Siap Minum (Kasim) juga dipasang pengelola Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Pakuan Kota Bogor di area Kebun Raya Bogor, di Masjid Agung Bogor, di kantor Kelurahan Tajur, dan di kantor PDAM. Kucuran air siap minum dengan skala lebih besar digelontorkan di perumahan Pakuan Tajur. Menurut Nenie Hermayani dari bagian hubungan pelanggan Tirta Pakuan, layanan bagi 450-an rumah di kompleks itu dimulai sejak 2004. Proyek percontohan itu dinamai Zona Air Minum Prima (ZAMP).

Sayang, warga setempat belum percaya dengan kualitas air ZAMP. "Tetap dimasak dulu. Ngeri kalau diminum langsung," kata Giri Saputra, warga Jalan Intan Pakuan. "Kalau ada risiko sakit, siapa yang menanggung?" kata Nyonya Nursih, warga Jalan Melati.

Nenie, yang juga anggota tim sosialisasi ZAMP, membenarkan adanya sikap demikian. Hasil survei lembaganya pada 2005 idem ditto. Untuk itu, sosialisasi akan digenjot lagi. "Tak gampang mengubah kebiasaan memasak air sebelum diminum," katanya. "Padahal, air keran mereka siap minum." DWI WIYANA



Post Date : 23 Juni 2008