Mendesak, Masterplan Drainase Bandara

Sumber:Suara Merdeka - 26 April 2006
Kategori:Drainase
SEMARANG-Pengembangan Bandara A Yani tidak boleh mengabaikan persoalan drainase. Sebab, sejak awal bandara itu dibangun di kawasan pantai yang rawan banjir dan rob. Kalau perencanaan drainasenya tidak dilakukan secara matang, bisa jadi bandara berskala internasional itu tidak berfungsi optimal karena gangguan banjir dan rob.

Demikian simpulan rapat yang membahas sistem drainase bandara di Bappeda Kota Semarang, Gedung Moch Ichsan lantai 7 kompleks Balai Kota, Selasa (25/4). Rapat yang dipimpin oleh YMT Kabid Perencanaan Pembangunan Bappeda Kota M Farchan itu, diikuti oleh para stakeholders bandara, mulai dari PT Angkasapura, Lanumad A Yani, Pemprov, dan Pemkot.

"Percuma saja bandara dikembangkan, termasuk dengan perluasan atau perpanjangan landasa pacu, kalau sistem drainasenya tidak dipersiapkan," kata Farchan.

Dia menjelaskan, hasil rapat itu selanjutnya akan disusun sebagai rekomendasi Pemkot, untuk diserahkan ke Gubernur. Rekomendasi itu akan diperkuat oleh Gubernur dan dikirimkan sebagai prasyarat terbitnya Peraturan Menteri Perhubungan (Menhub), terkait dengan status Bandara A Yani sebagai bandara internasional. Tanpa rekomendasi Pemkot, memorandum of understanding (MoU) antara Ditjen Perhubungan Udara dan Mabes TNI AD terkait dengan pengembangan bandara itu tidak akan bisa diteken.

Dikatakannya, sesuai hasil rapat itu, secara prinsip Pemkot menyatakan persetujuan terhadap pengembangan bandara.

Namun, ada sejumlah catatan yang disertakan sehubungan dengan rencana perluasan itu. Persoalan sistem drainase menjadi catatan penting, mengingat pengembangan kawasan bandara amat memengaruhi lingkungan sekitarnya. Pada saat yang sama, disertakan pula catatan terkait dengan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan.

Penting diketahui, rencananya pengembangan A Yani itu paling cepat akan selesai pada 2007. Dana yang digunakan untuk pembangunan fisik bandara selama ini melibatkan pemerintah pusat dan daerah.

Untuk perpanjangan landasan hingga 2.850 meter misalnya, mereka mendapatkan kucuran dari APBN melalui Dephub. Tujuannya, agar pesawat berbadan lebar dapat mendarat di Semarang. Pengembangan dan operasional bandara itu melibatkan PT Angkasapura sebagai pengelola atau penyewa, TNI AD sebagai pemilik lahan, dan Pemprov nantinya sebagai pemilik aset.

Farchan menjelaskan, catatan dalam rekomendasi Pemkot menyebutkan perlunya detail studi perencanaan drainase di kawasan bandara, mengingat problem rob dan banjir yang selama ini mengganggu. Selain itu juga perlu ditetapkan benchmark (titik tertinggi) berkait dengan perluasan bandara, jangan sampai menimbulkan persoalan baru bagi kawasan di sekitarnya.

"Untuk jangka pendek, harus dilakukan upaya penanganan mengingat pembangunan fisik bandara menyebabkan kawasan di sekitarnya terganggu," katanya.

Terkait KKOP, catatan yang disampaikan menyebut perlunya studi detail kewilayahan, termasuk dengan mempertimbangkan batas wilayah pengaruh. Pada saat yang sama akan dilakukan ukur ulang berkait dengan koordinat luasan masterplan bandara. Sementara, PT Angkasapura diharapkan segera membuat Rencana Teknis Terinci (RTT) untuk menyediaan fasilitas bandara.

Rawan Banjir dan Rob

Pada tahap awal pengembangan bandara menunjukkan, terdapat perubahan signifikan terhadap lingkungan sekitar. Salah satu wujudnya, peningkatan elevasi rob atau banjir di kawasan kanan-kiri bandara, selama proyek pengembangan dikerjakan.

Komandan Pangkalan Lanumad A Yani Kolonel Sudarto menyatakan, sejak dini harus disusun sistem drainase yang bagus untuk pengembangan bandara.

Sejak proses pembangunan berlangsung, kata dia, peningkatan ketinggian air di daerah selatan bandara berlangsung lebih cepat dari sebelumnya.

"Kalau sistem drainase tidak dirancang dengan baik, saya khawatir, akan muncul persoalan di belakang hari," katanya.

Salah satu upaya antisipatif yang dilakukan, Lanumad menyediakan lahan seluas 50 hektare untuk resapan. Diharapkan, lahan itu bisa dimanfaatkan secara optimal untuk menekan kemungkinan banjir dan rob di kawasan bandara.

Senada, Kepala Biro Perencanaan PT Angkasapura Kuntadi Budiharto mengatakan, sistem drainase Bandara A Yani bukanlah sistem yang berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dengan lingkungan sekitarnya.

Perubahan yang terjadi di kawasan itu, sedikit banyak, akan memberikan pengaruh pada sekelilingnya.

"Oleh karena itu, dia mengharapkan adanya pembahasan yang intensif dengan para pemangku kepentingan perihal drainase bandara," tuturnya. (H9-64 )

Post Date : 26 April 2006