Menengok Sistem Pemeliharaan Lingkungan di Mesir

Sumber:Kompas - 10 Januari 2004
Kategori:Umum
DARI sebuah kantor yang terletak di lantai 15 gedung Travel Egypt Tower, Cairo, Mesir, perusahaan Care Service sehari-hari mengoperasikan tugas yang diembannya dalam 25 tahun terakhir ini. Program unggulan perusahaan yang didirikan pada tahun 1979 itu adalah pemeliharaan lingkungan Cairo dan kota lain di Mesir. Dalam perkembangannya, Care Service punya program yang lebih luas lagi, yaitu penyediaan tenaga satpam, kontraktor, pemeliharaan serta perbaikan aset negara dan swasta. Kini ia mempekerjakan sekitar 25.000 karyawan di berbagai divisi.

Tak hanya Care Service yang mengurus lingkungan di Mesir. Perusahaan-perusahaan swasta di sektor ini tumbuh dan berkembang sejak tahun 1979 seiring dengan kebijakan pemerintah saat itu yang semakin membuka lebih banyak kegiatan ekonomi.

Perusahaan Care Service kini juga menangani proyek pembersihan rumah sakit, pantai, hotel, bank, pabrik, objek wisata, dan kantor pemerintah. Divisi pemeliharaan lingkungan saja mempekerjakan lebih dari 15.000 karyawan setelah menjalani pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan perusahaan itu.

Menurut seorang konsultan Care Service, Abdul Hameed Mostafa, perusahaan itu telah menandatangani kontrak dengan Pemerintah Mesir untuk pemeliharaan lingkungan dan pembersihan sampah Kota Luxor, Aswan, Alexandria, dan kota wisata Sharm Al Sheikh.

Dari segi pemeliharaan lingkungan, Cairo dibagi ke dalam empat wilayah: timur, selatan, barat, dan utara. "Di setiap wilayah terdapat sekitar tujuh distrik," kata Mostafa kepada Kompas. "Pembersihan lingkungan setiap distrik ditangani sejumlah kontraktor kecil yang bisa mencapai 20 hingga 30 kontraktor kecil."

Kelemahan sistem pemeliharaan lingkungan di Cairo selama ini, menurut Mostafa, adalah tiadanya kontrol atas kinerja kontraktor kecil yang biasa bekerja seenaknya karena membengkaknya jumlah kontraktor kecil tersebut. Para pemungut sampah dari rumahrumah, jalan-jalan raya, atau kantor-kantor hanya mendapat gaji sekitar 300 pound Mesir per bulan (sekitar 50 dollar AS).

Mostafa menyebutkan, perusahaan Care Service di Cairo hanya mendapat tender dari pemerintah untuk pemeliharaan lingkungan dan pembersihan sampah di sebagian wilayah saja.

"Sekarang pemerintah mulai menawarkan tender pemeliharaan lingkungan di Kota Cairo pada perusahaan asing dari Eropa, seperti Spanyol dan Italia," katanya. "Ini menunjukkan pemerintah mulai kurang percaya pada perusahaan lokal. Tapi, saya berharap pemerintah bisa meminta perusahaan asing itu menggandeng perusahaan lokal hingga bisa terjadi alih teknologi dan pengalaman dari perusahaan asing pada perusahaan lokal."

Di Mesir terdapat perusahaan swasta dan pemerintah yang bergerak memelihara lingkungan dan membersihkan sampah. Perusahaan pemerintah melayani wilayah miskin yang tidak dapat membayar perusahaan swasta. Keduanya mengumpulkan sampah dari jalan-jalan raya, kantor-kantor, rumah sakit, alun-alun, dan kebun-kebun di Cairo saja yang berkisar 9.000 ton sehari.

Perusahaan swasta itu berstatus semiformal, tak punya izin khusus bisnis tetapi memiliki izin kerja di bawah pengawasan dinas kebersihan dan keindahan Cairo sebagai mitra kerja. Mereka dikendalikan oleh majikan untuk mengumpulkan sampah dari rumahrumah penduduk dengan imbalan berupa upah bulanan. Mereka biasanya mengorganisasikan pengumpulan sampah dari kawasan elite yang mampu membayar bulanan yang sampahnya berpotensi besar didayagunakan jadi produk baru.

Sampah di Mesir dikumpulkan di kawasan pembuangan sampah yang terletak di pinggiran atau luar kota. Sekitar 80 persen hingga 85 persen sampah di sana diproduksi lagi, didayagunakan, dan diperdagangkan. Para pemilik perusahaan itu biasanya menjual sampah kepada para pengumpul untuk diberdayakan kembali, didaur ulang, atau dimanfaatkan lagi energinya. Sisa yang 15 persen hingga 20 persen tidak dapat diberdayakan dan dibuang di pembuangan sampah permanen atau dibakar.

Komunitas pengumpul sampah di Cairo cukup besar (20.500) yang tersebar di seluruh ibu kota Mesir itu. Sejak tahun 1974, organisasi pengumpul sampah berada di bawah kementerian sosial dan kini jumlahnya tak kurang dari 7.000.

Sumber sampah

Sumber sampah berasal dari kawasan urban dan pedesaan di seluruh Mesir. Tahun 1998 mencapai 15 juta ton, meningkat dari 12.8 juta ton (1996) dan 10 juta ton (1990). Penduduk urban biasanya membuang sampah 0,4 hingga 1,3 kg per hari, sedangkan penduduk desa 0,2 hingga 0,35 kg per hari.

Sektor industri diperkirakan menghasilkan sampah 1-3 juta ton per tahun, termasuk limbah. Sektor pertanian diperkirakan menghasilkan sampah minimal 10 juta ton per tahun. Rumah sakit hanya menghasilkan sampah 32.000-68.000 ton per tahun.

Peralatan pemeliharaan lingkungan dan pembuangan sampah di Mesir dinilai masih belum sesuai dengan kebutuhan lingkungan. Karyawan kontraktor masih menggunakan alat kuno untuk menghimpun dan memindahkan sampah dari rumah penduduk atau jalan raya. Seiring pertumbuhan penduduk urban di kota-kota, tuntutan pelayanan, tersedianya peralatan yang memadai, dan proses pemberdayaan kembali sampah kian meningkat.

Proyek industri Mesir membutuhkan 4 miliar dollar AS untuk mengganti teknologi peralatan pemeliharaan lingkungan sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 1994 dan tuntutan pasar. Sekitar 90 persen peralatan dan teknologi lingkungan di Mesir masih diimpor dari luar negeri. Hal itu tentu merupakan peluang bagi pengusaha dan perusahaan asing. Perusahaan dari AS, Inggris, dan Perancis merupakan pemasok utama alat canggih dan teknologi penunjang pemeliharaan lingkungan di Mesir, sedangkan perusahaan AS (melalui United States Agency for International Development/ USAID) merupakan pemegang dominasi utama untuk pasokan teknologi lingkungan di Mesir.

Proses pemberdayaan kembali sampah merupakan elemen penting dalam sistem kelola lingkungan, yang terus berkembang di Mesir serta menjadi bagian dari strategi nasional untuk mengelola pemberdayaan kembali sampah. Sistem pemberdayaan kembali sampah selalu direkomendasikan sebagai proyek yang ditangani oleh perusahaan nasional sebab merupakan metode perawatan sampah yang sesusai dengan ilmu kesehatan. Lagi pula, ia menghemat energi, mengurangi polusi, dan melindungi sumber daya alam. Untuk membuat kaleng dari bahan aluminium, misalnya, hanya dibutuhkan 10 persen dari bahan material mentah.

Kesadaran lingkungan sampai ke tingkat individu di Mesir merupakan momentum bagi organisasi nonpemerintah dan swasta untuk membangun proyek pemberdayaan kembali sampah. Sejak dasawarsa lalu, bahan kertas dari hasil pemberdayaan sampah di Mesir diproses di pabrik penggilingan kertas. Bahan plastik dari hasil pemberdayaan sampah dibuat di Kota Alexandria. Organisasi nonpemerintah bernama Arab Office for Youth and Environment (AOYE) sejak tahun 1998 mengelola masyarakat perlindungan sampah dengan USAID sebagai sponsor dana.

Peduli lingkungan

Sejak tahun 1960-an proyek industrialisasi di Mesir telah memberi perhatian khusus kepada sistem perlindungan lingkungan dan kesehatan khalayak. Pencemaran air dan udara telah diteliti di dua kota terbesar Mesir, Cairo dan Alexandria. Di dua kota itu terdapat 80 persen aktivitas industri di Mesir.

Problem lingkungan juga merambah kota-kota lain, seperti Suez, Ismailia, kota 10 Ramadan yang menjadi pusat sebagian aktivitas industri di Mesir. Arus urbanisasi di Cairo yang sangat kuat memberi andil besar bagi pembentukan sistem pemeliharaan lingkungan dan pengelolaan sampah kota. Sejak tiga dekade lalu, Mesir mengadopsi sejumlah UU dan peraturan menyangkut lingkungan, yang kemudian menjadi bagian dari sistem manajemen lingkungan. Mengenai penghimpunan, pembuangan, dan perawatan sampah adalah UU Nomor 38 Tahun 1967, yang kemudian diubah menjadi UU Nomor 31 Tahun 1976.

Lembaga donor internasional kini terlibat dalam berbagai proyek lingkungan di Mesir. Sebagian terlibat dalam pengelolaan sampah: DIID (Department for International Development) dari Inggris, DANIDA (Danish International Development Agency) dari Denmark, GTZ dari Jerman, JICA dari Jepang, SIDA dari Swedia, LIFE dari Uni Eropa, EEPP dari AS, dan NORAD dari Norwegia.

Proyek patungan antara lembaga internasional dan perusahaan nasional telah berandil menangani berbagai proyek di provinsi seantero Mesir. Finlandia dan Mesir telah menandatangani kesepakatan kerja sama pemeliharaan lingkungan dan pengelolaan sampah.

Fase pertama pelaksanaan kesepakatan tersebut meliputi 10 provinsi yang dimulai dari Alexandria. Lembaga keuangan Finlandia telah memasok dana sebanyak 10.000 marks Finlandia untuk melakukan survei sampah secara komprehensif dan pembangunan pabrik pemberdayaan sampah di Kota Alexandria.

Mesir juga telah menandatangani kesepakatan dengan AS untuk perlindungan lingkungan. Kesepakatan tersebut meliputi pasokan dana AS sebanyak 40 juta dollar AS untuk proyek pemeliharaan lingkungan di Mesir. Bank Dunia memperkirakan dana investasi untuk sektor perlindungan lingkungan di Timur Tengah dan Afrika Utara membutuhkan lebih dari 100 miliar dollar AS dalam beberapa tahun mendatang. Mesir adalah salah satu pasar utama bagi ekspor AS di bidang lingkungan di kawasan Timur Tengah.

Mesir adalah pasar terbesar di Arab. Sejumlah perusahaan lingkungan AS memberi perhatian khusus pada pasar Mesir. USAID, misalnya, memfokuskan operasinya di Mesir. USAID telah meletakkan program kebijakan lingkungan selama tiga tahun di Mesir sejak tahun 1999. USAID juga telah mengucurkan dana sebanyak 60 juta dollar AS untuk kontrak pengadaan air bersih.

Menyusul partisipasi Mesir pada forum konferensi pembangunan dan lingkungan PBB di Rio de Janeiro, Brasil, tahun 1992, Pemerintah Mesir menangani lingkungan lebih terencana lagi sesuai dengan rekomendasi deklarasi Rio de Janeiro untuk sistem kelola ling kungan. Akibatnya, rencana aksi lingkungan pertama (EAP) yang dikeluarkan pada tahun 1992 dengan bantuan bank dunia diperkuat lagi oleh UU baru yang disponsori oleh EEAA (Egyptian Environmental Affairs Agency). EEAA memberikan sebuah kebijakan umum tentang pembangunan lingkungan sehat yang pelaksanaannya dilakukan melalui koordinasi dengan departemen pemerintah terkait.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1994 tentang Perlindungan Lingkungan disahkan di Mesir untuk memperkenalkan dan menyatukan semua kebijakan, perencanaan, dan program nasional tentang lingkungan yang bertujuan melindungi kesehatan manusia dan sumber alam. Petunjuk pelaksanaan UU itu diresmikan melalui Dekrit Perdana Menteri Nomor 338 Tahun 1995.

Tujuan strategi UU ini adalah mengombinasikan sasaran jangka menengah dan pendek untuk mengurangi jurang antara masukan dan keluaran polusi. Sasaran jangka pendek adalah membatasi dampak volume polusi dan meminimalkan gangguan kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan sasaran jangka menengah adalah upaya menghasilkan pembangunan dengan mengoptimalkan pemeliharaan sumber daya alam. Itulah gambaran umum sistem pemeliharaan lingkungan di Mesir. (MUSTHAFA ABD RAHMAN, dari Cairo)

Post Date : 10 Januari 2004