MENGANGGAP SUNGAI SALURAN PEMBUANGAN

Sumber:Media Indonesia - 17 November 2009
Kategori:Lingkungan

SIANG itu kegagahan matahari tidak tampak. Sinarnya tertutupi awan tebal dan dedaunan hutan bambu yang menjorok ke arah sungai. Laiknya payung, batang bambu yang rimbun menaungi bocah-bocah kecil yang sedang bermain di bantaran Sungai Ciliwung.

"Bang, ikut Bang. Ikut naik perahu," sahut seorang bocah kepada tim Arung Ciliwung. Saat diberi isyarat untuk ikut naik perahu, tanpa ragu bocah-bocah bertelanjang dada itu langsung menceburkan diri ke sungai.

Mereka pun berenang di sungai berair keruh kecokelatan itu. Bocahbocah itu tak peduli dengan bahaya yang mengancam dari limbang di Sungai Ciliwung. Mereka juga tidak memedulikan sampah di sekeliling mereka. Bocah-bocah seusia siswa SD dan SMP itu bahkan berani menyelam ke dalam sungai. Dengan riang mereka saling berlomba untuk bisa naik ke perahu karet.

"Saya mah enggak takut Bang, sudah biasa," ujar Herman, salah seorang anak yang ikut naik perahu. Herman menceritakan, ia dan temantemannya sering bermain di sungai. Hampir setiap hari mereka berenang, memancing, atau sekadar berjalanjalan menyusuri hutan bambu di bantaran Sungai Ciliwung di daerah Bogor, Jawa Barat. "Kita kan anak kali (sungai)," sahut bocah yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP itu.

Saat diperhatikan, pada tangan dan paha Herman terlihat luka-luka yang menyerupai koreng. Herman juga mengakui luka-luka pada tubuhnya itu terasa gatal akibat sering main di sungai.

Air Sungai Ciliwung kini sudah tidak seperti dulu lagi. Mulai dari bagian hulu, sumber mata airnya telah tercemar oleh berbagai limbah. Contohnya di daerah Puncak, limbah domestik (rumah tangga) dan limbah dari vila-vila serta hotel-hotel di sana dituding telah mengotori Ciliwung.

Belum lagi permukiman di sepanjang sungai. Para penduduk masih banyak yang membuang sampah langsung ke sungai.

Pakar tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna bahkan mengungkapkan bahwa air Sungai Ciliwung sudah tidak direkomendasikan untuk menyiram tanaman. "Saking tercemarnya," tutur Yayat kepada Media Indonesia.

Peradaban Pada zaman pendudukan Belanda, ketika Jakarta masih bernama Batavia sekitar abad ke-18, Sungai Ciliwung digunakan sebagai kanal tempat berlalunya kapal-kapal yang mengangkut perniagaan berbagai komoditas perniagaan. "Fungsi sungai dulu sebagai fungsi peradaban. Sungai adalah bagian dari kehidupan kota," kata Yayat.

Dikatakannya, masyarakat kita tidak mempunyai budaya air. Di Indonesia, budaya masyarakat terbiasa menjadikan sungai sebagai tempat sampah. "Rumah-rumah dibangun membelakangi sungai, jadi semua pembuangan limbah manusia sampai dengan limbah rumah tangga dibuang ke sungai," Yayat mencontohkan. Sehingga, yang ada saat ini adalah apa yang ia namakan terjadinya proses penganiayaan sungai.

Sungai-sungai tidak dipelihara karena tidak dianggap sebagai bagian dari keseharian. Sungai hanya dianggap sebagai bagian dari proses pembuangan sampah.

Sungai Ciliwung masa kini sebenarnya masih memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai sejarah masa lalunya. "Misalnya, bisa enggak kita mengembangkan wilayah-wilayah sungai yang ada di sekitar Kota Tua. Itu merupakan potensi sejarah, di mana orang memanfaatkan itu sebagai kanal," tuturnya, kemarin.

Selain sebagai sarana transportasi, Ciliwung juga memiliki potensi untuk dijadikan sebagai arena rekreasi. Yang lainnya adalah dijadikan taman kota, pinggiran-pinggiran sungai i bisa menjadi alternatif masyarakat dalam melakukan kegiatan interaksi - sosial.

Dengan upaya-upaya pembersihan s area sungai dari sampah atau permuki man, kedua potensi itu bisa diwujud kan. "Tapi itu memerlukan pengor banan, antara lain dengan melakukan - pemindahan mereka yang ada di - bantaran sungai," tandas Yayat.

Yayat berpendapat potensi yang - paling bisa dikembangkan adalah pada wilayah hulu dan tengah.

"Wilayah hilir sudah sulit karena tingkat pencemarannya sudah de mikian berat dan pendangkalannya . juga sangat besar," ucap Yayat. Selain i pendangkalan, semakin sempitnya - luas sungai juga ikut dikhawatirkan. "Jadi itulah sebetulnya salah satu , penyebab banjir mudah terjadi di - Jakarta," ujarnya.(Maulana Fajar) .



Post Date : 17 November 2009