Mengatur Air Masuk dan Keluar

Sumber:Koran Jakarta - 14 Juli 2009
Kategori:Drainase

Mencegah air masuk ke kawasan, mengalirkan air permukaan dan rembesan ke waduk, serta menjaga ketinggian air di waduk, adalah prinsip sederhana untuk menjalankan sistem polder. Meski prinsipnya sederhana, tapi dalam pelaksanaan tidak begitu saja bisa diterapkan dengan mudah.

Harus ada perhitungan-perhitungan yang cukup cermat untuk membangun kawasan tersebut. Sebagai contoh, untuk membuat tanggulnya saja, perlu pertimbangan dan pengukuran yang cermat untuk menentukan tingginya. Untuk itu mesti diketahui seberapa tinggi limpahan air dari luar yang mungkin masuk ke kawasan, berapa besar kekuatan ombak yang mungkin meruntuhkan tanggul, berapa besar soliditas tanah yang bisa menahan tanggul untuk tetap tegak berdiri, dan lain-lain.

Butuh perhitungan cermat dalam membuat sebuah kawasan polder yang bisa menjamin bahwa daerah itu akan bebas banjir selama berpuluh-puluh bahkan hingga ratusan tahun. Ada lima elemen penting dalam sebuah sistem polder yaitu adanya tanggul penahan air, kanal atau sungai, stasiun pemompaan air, waduk penahan air, sistem drainase permukaan, dan sistem drainase bawah tanah.

Sungai atau kanal ini digunakan untuk membuang kelebihan air yang ada di dalam kawasan polder. “Jika langsung berbatasan dengan laut, bisa juga airnya langsung dipompakan ke laut,” kata Sawarendro, ahli sistem polder dari Indonesia Land Reclamation and Water Management Institute (ILWI). Air tersebut berasal dari hujan dan rembesan (seepage) yang masuk ke dalamnya. Ini disalurkan ke waduk melalui sistem drainase yang ada.

Sistem drainase suatu polder terdiri atas sistem drainase permukaan dan drainase bawah tanah. Drainase permukaan adalah saluran yang menampung pelimpasan air hujan di permukaan tanah. Sedangkan drainase bawah tanah berfungsi untuk menyalurkan air yang berasal dari rembesan air yang terjadi di bawah tanah.

Air yang terkumpul di waduk ini harus dikontrol dengan memompanya keluar jika tingginya sudah melebihi toleransi. Air itu dikeluarkan melalui stasiun pemompaan yang ada. Untuk itu, di stasiun pemompaan ini harus tetap ada petugas yang menjaga. Jika sewaktu-waktu air melimpas bisa segera dibuang ke luar.

Tanggul sendiri posisinya mengelilingi kawasan yang berfungsi untuk menahan limpasan air yang datang dari daerah lain. Dalam sistem polder, tanggul yang dibuat jangan dibayangkan seperti dinding penahan air yang lazim kita lihat. Tanggul bisa berupa jalan yang mengelilingi kawasan tersebut sehingga secara kasat mata orang tidak tahu bahwa jalan tersebut adalah tanggul penahan air yang akan melimpah ke kawasan tersebut.

Sistem polder ini harus ada orang yang mengelolanya secara teratur sehingga kontrol terhadap tinggi permukaan air yang berada di kawasan bisa terus-menerus dijaga. Para petugas di sini ditunjuk oleh para pemangku kepentingan yang berada di kawasan tersebut. Kontrol terhadap sistem polder ini harus dilaksanakan berkelanjutan selama kawasan ini masih diharapkan untuk terbebas dari masalah banjir.

Untuk itu harus diingat, jika ingin tetap tinggal di dataran rendah yang mudah tergenang maka perlu persiapan terus-menerus agar dapat hidup nyaman. Salah satu caranya adalah dengan membuat sistem polder. cit/L-1



Post Date : 14 Juli 2009