Menghitung Hari...

Sumber:Kompas - 25 November 2009
Kategori:Banjir di Jakarta

Kalangan petinggi pemerintah pusat dan daerah, terutama Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Departemen Pekerjaan Umum Pitoyo Subandrio, berharap pada akhir Desember 2009 Kanal Banjir Timur sudah mengalirkan air dari lima sungai yang berhulu di Bogor.

Mereka berharap luapan banjir kiriman dari Bogor yang umumnya mencapai puncaknya pada awal Februari bisa dikurangi dengan tembusnya aliran air di Kanal Banjir Timur (KBT) hingga ke laut.

Selain untuk mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan, pembangunan KBT juga bertujuan melindungi permukiman, kawasan industri, dan pergudangan di Jakarta Timur (Jaktim). KBT juga menjadi sarana konservasi air untuk mengisi kembali air tanah dan sumber air baku serta prasarana transportasi air.

Mampukah? Saat menyusuri KBT dari Kebon Nanas, Jatinegara, hingga Pantai Marunda, Jakarta Utara, sepanjang Selasa (24/11), muncul kegamangan akan harapan itu.

Dari ruas Kebon Nanas hingga Pondok Kopi, Jakarta Timur, sebagian KBT masih berupa deretan kubangan. Intensitas kesibukan tampak tinggi. Truk-truk mondar-mandir mengangkat tanah galian hingga jalanan menjadi kotor dan licin. Belasan ekskavator terus menggali tanah.

Menurut Sekretaris Kota Jakarta Timur Arifin, pembebasan tanah di sepanjang kawasan ini tinggal di dua titik. Oleh karena itu, pelaksana proyek tak perlu khawatir untuk terus bekerja menggali dan mengubah deretan kubangan menjadi saluran air raksasa yang menelan biaya Rp 4,9 triliun.

Dari ruas Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur, hingga ruas Rawa Kuning, ingar bingar alat-alat berat dan truk-truk yang mondar-mandir sudah jarang tampak. Galian sedalam sekitar 15 meter masih tampak.

Sesampainya di ruas Kota Harapan Indah, Bekasi, terhamparlah pemandangan KBT nan elok. Selintas, kawasan ini sangat berpotensi menjadi kawasan wisata air. Puluhan pemancing berjejer di bibir tanggul KBT. Tanpa mengindahkan papan larangan, belasan penjala ikan turun ke kanal.

Ditumbuhi kangkung

Permukaan air hanya sebatas dada mereka. Namun, setibanya di ruas Karang Tengah, permukaan air hanya sebatas paha. Sebagian deretan kubangan berubah menjadi rawa kangkung.

Banyak delta terbentuk di antara deretan kubangan. Di atas delta, tumbuh berbagai tanaman liar. KBT di ruas ini seperti cuma bangunan dua deret tanggul. Truk-truk dan alat-alat berat kian jarang tampak.

Jika harapan saluran tembus ke laut hanya dimaknai asal air tawar bisa sampai laut, akan timbul pertanyaan: mampukah saluran yang tembus ke laut itu menggerakkan arus air dan mengurangi banjir? Pertanyaan ini seperti membentur dangkalnya BKT di ruas Karang Tengah.

Ada beberapa pertanyaan lain yang muncul hingga perjalanan berakhir di Pantai Marunda, Jakarta Utara. Di ruas ini, deretan kubangan kembali tampak. Truk-truk dan alat berat kembali tampak hiruk-pikuk. Warga Jakarta mulai menghitung hari, sampai tiba waktu yang dijanjikan. (WINDORO ADI)



Post Date : 25 November 2009