Mengorek "Tabungan Sampah" Sungai Cikapundung

Sumber:Pikiran Rakyat - 27 November 2006
Kategori:Sampah Luar Jakarta
MENGGUNAKAN sebilah tongkat kayu sepanjang satu meter, perempuan tua itu mengorek tumpukan sampah yang menumpuk di "tabungan sampah" Sungai Cikapundung, Kota Bandung. Perlahan tapi pasti, sampah-sampah tersebut mulai mengikuti arus sungai, yang hari itu tidak mengalir deras. Pekerjaan itu terus dilakukan, seiring dengan sampah yang terus melewati dan memenuhi "tabungan sampah" di depannya.

Namanya Ati (65), warga Jln. Kebon Sirih, Gang IV RT 08 RW 08, Kel. Babakan, Kec. Sumur Bandung. Di belakang rumahnya, memang mengalir sungai yang menjadi icon Kota Bandung.

Setiap hari, ibu dua anak tersebut melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang, mengamati "tabungan sampah" yang berada di antara dua batu besar, lalu mengoreknya dengan kayu agar tidak mampat.

"Tabungan sampah" yang dimaksud, merupakan tumpukan kayu yang berfungsi untuk membendung derasnya air ketika musim penghujan datang. Namun di musim kemarau panjang, tumpukan sampah pun memenuhi bendungan tersebut dan diberinya nama "tabungan sampah".

"Makanya, lamun teu dibersihan, yang ada sampah numpuk. Padahal, kalau numpuk kan jadi sarang nyamuk dan menimbulkan bau tak sedap," tuturnya saat ditemui pekan lalu, sambil terus membersihkan tumpukan sampah di Cikapundung.

ATI melakukan pekerjaan itu atas dasar kesadarannya sendiri dan tidak dibayar siapa pun. Sebab menurut dia, tumpukan sampah yang sangat disukai oleh nyamuk tersebut memiliki dampak buruk bagi kesehatan.

"Da nu penting mah lingkungan sekitar kita sehat, neng. Apalgi tinggal di pinggir kali seperti ini, kudu bener-bener jaga kebersihan lingkungan," ucapnya lagi.

Saat membersihkan "tabungan sampah" tersebut, Ati sekaligus memilah-milah barang yang masih bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Sendal atau sepatu yang ditemukan "terjebak" di "tabungan sampah", ia kumpulkan dalam satu kelompok di atas batu besar yang bentuknya mirip buaya. Demikian pula botol plastik dan botol kaca yang ia temukan.

Ati mengumpulkannya dalam satu kelompok bersebelahan dengan kumpulan sendal bekas, masih di atas batu buaya. "Barang bekas ini masih banyak manfaatnya buat orang lain. Kalau pagi teh, sok aya pemulung yang ngambil. Ya, itung-itung amal lah," katanya pula.

Saat ati sedang membersihkan bagian kali tersebut, tak jauh dari tempatnya berdiri, seorang perempuan membuang sampah ke Sungai Cikapundung dan segera berlalu. "Aduh, abdi mah prihatin pisan ningali jelema teh meuni sembarangan buang runtah ka dieu. Teu sayang ka Cikapundung meureun nya. Da abi ti barudak oge tos di dieu. Baheula tiasa ngojay di Cikapundung, ayeuna mah hoream. Tos kotor kieu," ucapnya dengan nada prihatin. (Feby Syarifah/"PR")



Post Date : 27 November 2006