Mereka Hanya Bisa Pasrah

Sumber:Media Indonesia - 20 Februari 2004
Kategori:Banjir di Jakarta
WAJAH lembut itu tampak semakin muram ketika menceritakan rumahnya yang kemarin tergenang air setinggi dua meter. Karena tingginya genangan air, hanya atap rumahnya saja yang terlihat di permukaan.

Hawina, 45, ibu berwajah lembut, itu mengaku sangat terpukul dengan banjir yang ketiga kalinya menimpa tempat tinggalnya dalam awal tahun ini. Rumahnya yang berada di tengah-tengah sawah di Kampung Duri, Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, selalu disapa banjir jika musim hujan tiba.

Genangan air yang menutupi permukiman itu terlihat seperti danau. Rumah yang tenggelam itu kebanyakan sederhana, hanya terbuat dari tripleks dan seng. Rata-rata rumah itu seluas 4x5 meter.

Banjir kali ini memaksa Hawina dan keluarganya mengungsi ke sebuah tenda berukuran 5x15 meter. Tenda sumbangan warga itu dibangun di depan kompleks perumahan mewah, Taman Semanan Indah.

Di tenda itulah mereka mencoba bertahan hidup dengan tidur berimpitan beralaskan tikar. Tenda itu juga dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang-barang pribadi.

Menurut Hawina, walaupun rumahnya selalu kebanjiran, ia tidak berniat untuk pindah. Sebab, ia tidak mempunyai biaya untuk mencari rumah baru.

"Suami saya kan hanya penjual kasur keliling. Saya sendiri hanya seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus empat anak yang masih remaja," ujar perempuan asal Palembang yang sudah 12 tahun hidup merantau di Jakarta.

Mau tidak mau, Hawina harus pasrah karena tidak punya pilihan lain. Sikap pasrah juga ditunjukkan oleh pengungsi lainnya Lela, 38, janda satu anak.

Ia mengatakan bahwa dirinya sudah terbiasa untuk hidup susah. Sehingga, banjir yang menimpa rumahnya hanya dianggap sebagai masalah biasa.

Baginya, banjir dianggap sebagai suatu selingan hidup yang harus dijalaninya.

"Sebab jika saya frustrasi hanya karena banjir, maka siapa yang akan mengurus dan merawat anak tunggal saya," ujar perempuan yang sehari-harinya bekerja sebagai pengisi bahan kasur ini dengan tegas.

Menurut pengungsi lainnya, Fauzi, 29, bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga saat ini belum mereka dapatkan. Namun, bantuan obat-obatan dari puskesmas sudah datang sejak kemarin. Untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan buang air, warga terpaksa menumpang di sebuah kamar mandi yang terdapat di warung tegal yang kebetulan tidak tergenang air.

Ketua RT 01 Kelurahan Semanan Hartono, 65, yang sudah puluhan tahun menempati kawasan tersebut, mengatakan warganya rata-rata adalah petani penggarap ataupun para pedagang keliling yang pendapatannya tidak menentu.

Ia sangat menyesalkan sikap pemerintah yang tidak memedulikan keluhan warganya untuk segera membuat tanggul baru di sepanjang aliran sungai yang membentang di Kelurahan Semanan. Karena, menurut dia, penyebab banjir di Semanan itu tidak semata-mata karena hujan deras. Tetapi, karena tidak adanya tanggul yang membatasi aliran air sungai yang menyebabkan air sungai Cisadane selalu meluap ke perkampungan mereka. (Christina Yulianti/J-2)

Post Date : 20 Februari 2004