Mereka yang Masih Kesulitan Air...

Sumber:Kompas - 22 Desember 2006
Kategori:Air Minum
Dua perempuan setengah baya tengah mendorong troli dari kayu bermuatan jeriken air berukuran 30 liter. Putaran roda-roda troli yang terbuat dari besi laher bekas as roda sepeda motor itu menimbulkan suara gemeresik tatkala bersentuhan dengan aspal panas.

Sehelai selendang tenun warna hitam kusam yang sebelumnya melindungi kepala mereka dari terik mentari sengaja ditarik dan dipakai untuk menutupi wajah. Kami yang datang dan bermaksud memotret rupanya membuat mereka malu hingga akhirnya meninggalkan troli di tepi jalan dan memilih sembunyi ke halaman rumah warga yang lain.

Itulah sepotong gambaran yang tampak di Dusun Karangasem, Mulo, Wonosari, Gunung Kidul, Kamis (21/12) sekitar pukul 11.15. Para perempuan yang pagi hari bekerja di tegalan dan mencari rumput terpaksa mengambil air untuk kebutuhan hidup. Tidak jauh, mereka hanya mengambil dari hidran umum yang baru saja diisi air bantuan pemerintah daerah.

Meski sejumlah daerah telah memasuki musim hujan, bahkan ada yang waswas takut daerahnya longsor, ternyata hal itu tidak berlaku bagi sebagian warga di wilayah selatan Gunung Kidul. Mereka masih saja sulit mencari air. Kerasnya hidup yang mereka jalani seolah telah menyatu dengan kerasnya alam yang sebagian besar berupa tanah kering bercampur batuan kapur.

"Hujan agak deras baru turun kemarin sore. Dua kali hujan sebelumnya hanya turun rintik-rintik. Demikian pula desa tetangga, kalaupun ada hujan biasanya tidak merata. Jangan heran kalau warga di salah satu RT sudah mulai menanam palawija atau padi gogo, ternyata di RT yang lain belum," ujar Rubianto, warga Kemiri, Desa Kemiri, Tanjungsari.

Hujan yang turun di sebagian besar wilayah selatan Gunung Kidul memang belum maksimal. Kondisi ini agak sedikit berbeda dengan wilayah utara maupun tengah yang notabene lebih sering hujan.

Beberapa kecamatan di wilayah selatan seperti Purwosari, Panggang, Paliyan, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, dan Rongkop selalu masuk kategori daerah kering dan seluruh warganya senantiasa menunggu bantuan air yang disalurkan lewat tangki-tangki truk oleh pemerintah setempat.

Di daerah mereka juga jarang ada sumber air. Puluhan telaga yang biasanya terisi pada waktu musim hujan saat ini telah kering. Bahkan, ada sebagian dasar telaga yang sengaja dipakai untuk menanam palawija. Mereka memanfaatkan bekas kubangan yang masih basah dibanding tanah di sekitarnya.

"Untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti masak, mencuci, dan minum ternak, kami lebih banyak membeli air. Biayanya Rp 70.000 per tangki ukuran 5.000 liter. Itu pun hanya bertahan sekitar dua minggu bila anggota keluarganya banyak," kata Rubianto, yang mengaku bantuan air dari pemerintah biasanya datang seminggu sekali.

Ia sendiri sangat bersyukur karena hujan Rabu (20/12) sore telah menambah volume air dalam penampungan air hujan (PAH) miliknya. Setidaknya satu meter kubik air hujan telah ia dapatkan. Apabila dihemat, air itu bisa untuk memenuhi kebutuhannya selama beberapa hari.

Membeli air saat musim kemarau memang bukan persoalan mudah. Untuk keluarga kecil, sedikitnya membutuhkan 6-7 tangki air untuk satu kali musim kemarau. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan tinggal mengalikan saja dengan jumlah tangki. Kalau satu tangki Rp 70.000, maka dalam satu musim kemarau mereka bisa menghabiskan Rp 420.000-Rp 490.000. Apalagi, kalau musim kemarau panjang seperti sekarang maka jumlah uang yang harus dikeluarkan otomatis membengkak.

Harga air di setiap daerah juga berbeda-beda. "Di sini harga satu tangki Rp 100.000. Kalau jarak rumah dengan jalan raya agak masuk, maka harganya membengkak jadi Rp 120.000," tutur Maryati, warga Bulu, Giring, Kecamatan Paliyan.

Tingginya harga beli air disebabkan jarak desa mereka dengan sumber air. Padahal, harga air di sumber sangat murah, masih di bawah angka Rp 10.000 tiap tangki.

Daerah selatan DIY seperti Gunung Kidul di masa sekarang ibarat antitesis terhadap musim hujan di utara. Ketika warga Kota Yogyakarta sibuk mengurusi kemungkinan banjir dan longsor, orang- orang pesisir selatan itu masih bersikutat mencari sumber air untuk penghidupan....Defri Werdiono



Post Date : 22 Desember 2006